21. Pelampiasan

40 2 1
                                    

Zoro nidurkan bayinya di kasur bayi.

"Hahaha. Kenapa aku kaget? Kan aku mainannya jadi wajar dong kalau Sanji punya pria lain. Dinikahi karna dia gak mau mainannya jadi milik orang lain, gak usah sok sedih deh". Ucap Zoro yang tengah duduk diatas kasurnya.

Tanpa sadar Zoro sedang menangis.

"Eh... aku nangis? Gak, gak, gak. Hubungan ini cuma sebatas mainan dan pemiliknya, gak boleh libatin perasaan. ...Dia kok sejahat itu ya? Gak puas nyiksa aku kah sampai-sampai memberi pintu untuk orang baru dihubungan kami?"

Awan menjauh dari bulan sehingga sinarnya masuk ke dalam kamar Zoro dan menyinari kamar Zoro.

Zoro berjalan ke dekat jendela, dia memegang kaca jendela yang berada tepat didepannya.

"Dia udah bosan ya sama aku? Jadinya dia main sama pria lain. Dia udah lakuin itu dibawah sinar bulan juga gak ya? Dia kok kayaknya bangga banget punya pria itu, aku gak cukup ya?"

Zoro terus bertanya ini itu kepada dirinya sendiri, menyalahkan dirinya, overthinking, berburuk sangka, dan putus asa.

Hingga dia tanpa sadar, dia tertidur di lantai dekat dengan jendelanya.

Pagi pun datang. Zoro dan bayinya keluar dari kamarnya untuk sarapan bersama.

Saat dia tiba di ruangan sarapan, kursinya sudah diisi oleh Chrollo.

"Sanji, bukannya ini kursik-"

"Cari kursi yang lain aja, mulai sekarang kursi ini buat Chrollo"

Zoro mengalah, dia memilih duduk disebelah Gin.

Sepanjangan sarapan, Zoro dan Gin hanya diam ketika tak diajak Sanji ngobrol sedangkan Sanji dan Chrollo tengah asik mengobrol, kehadiran mereka seperti tak di anggap.

Selesai sarapan, Zoro melakukan aktivitas sehari-harinya bersama bayinya.

Sejak Chrollo di rumah Sanji. Mau Zoro di ruangan manapun dan ngapainpun dia selalu tak sengaja melihat Sanji melakukannya dengan Chrollo dan ditambah ketika Sanji melakukan itu, Sanji sangat hati-hati, dia benar-benar tak ingin Chrollo terluka ataupun tersakiti. Sanji terlihat seperti benar-benar mencintai Chrollo, sangat berbeda dengan perilaku Sanji ke Zoro.

Dan sejak itu Sanji tak pernah menyentuh Zoro, menyapa saja sangatlah jarang.

Bulan demi bulan berganti, sudah tiga bulan sejak Chrollo datang, Hijikata sudah bisa merangkak dengan lancar namun untuk berjalan sendiri dia masih tertatih-tatih.

Suatu hari saat Zoro sedang membersihkan pedang-pedangnya setelah menidurkan Hijikata, Chrollo datang untuk membantunya.

"Bolehkah aku membantumu? Aku bingung mau melakukan apalagi"

"Tak perlu, nanti kau terluka"

"Aku akan hati-hati"

"Bagaimana jika kau terluka dan Sanji marah padaku karna telah membiarkan pria kesayangannya terluka?"

"Aku akan berhati-hati"

"Terserah kau"

Chrollo mulai membantu Zoro.

"Apa kamu keberatan dengan adanya aku?"

Zoro menghiraukan pertanya Chrollo.

"Jawab"

"Gak ada kewajiban buat menjawab pertanyaanmu"

"Tinggal jawab susah amat, kenapa sih?"

Saat Chrollo sedang kesal, dia tak sengaja tersayat pedang Zoro dan dia terluka. Sialnya itu terjadi saat Sanji ada didekat mereka.

"Atch... aww..."

Sanji bergegas menuju Chrollo.

"Sayang, kamu tak apa?"

"Sakit..."

"Zoro! Kamu kenapa nyuruh Chrollo ikut bersihin pedangmu?!"

"Dia yang mau"

"Pedang jelek! Akan ku buang semua pedangmu!"

"Berhak apa kamu atas barang-barang ku?"

"Kamu hanyalah mainanku dan aku pemilikmu. Seluruh hidupmu untukku, kamu hanya perlu nurut padaku!"

"Apapun permintaanmu sudah aku turutin kecuali kamu membuang pedang-pedangku. Aku tak mau! Apalagi jika hanya demi pria jalang ini!"

*Plak
Sanji menampar Zoro.

"Jaga omonganmu!!. Kamu udah berani melawanku? Mau kembali ke Akemi lagi? Aku gak ada waktu buat menghukummu"

"Iya, kamu udah sibuk sama pria barumu. Sekalian aja kamu bunuh aku, eh... tapi kamu kan lebih suka melihatku tersiksa"

Sanji semakin marah mendengar omongan Zoro. Sanji pergi membawa pedang-pedang Zoro untuk dibuang di depan rumah.

Itu terjadi langsung didepan mata Zoro. Zoro semakin benci kepada Sanji. Sejak itu Zoro tak pernah mengobrol apalagi melihat Sanji lagi.

Zoro semakin pasrah dengan hidup yang dijalaninya. Didunia ini Zoro hanya mempunyai Gin dan Hijikata.

Sebelumnya Sanji tak pernah menyentuh Zoro lagi. Namun, suatu malam ketika Sanji pulang dari nongkrong dengan teman-temannya, dia pulang dengan membawa marahnya lalu menuju kamar Zoro begitu saja.

Yup. Kini Zoro menjadi pelampiasan amarah Sanji. Sanji menyentuh Zoro hanya ketika Sanji merasa kesal atau marah.

Sanji menggenggam tangan Zoro dengan sangat erat.

"Atch... sakit. Bisa pelan-pelan gak?!"

"Kamu diem bisa gak?!"

"Tumben kamu kesini, biasanya sama Chrollo kesayanganmu itu"

"Gak usah banyak tanya"

Sanji membuka pakaian Zoro dengan paksa lalu memasukkan miliknya begitu saja tanpa aba-aba bahkan persiapan.

"ARGHHH SAKITT"

Sanji tak memperdulikan apa yang dirasakan Zoro. Semakin lama, mainnya semakin kasar.

"Kamu kenapa sih? Gak bisa lembut dikit apa? Aku capek tau kamu kasarin terus! Aku juga pengen diperlakukan kayak Chrollo! Iya aku tau aku cuma mainan kamu tapi bisa gak kamu lembut sama mainan kamu?"

Sanji tetap tak memperdulikan apa yang di bicarakan Zoro, malahan Sanji semakin kasar kepada Zoro.

Be My Favourite Toy by Zera - (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang