Melihat langit yang kini gelap karena matahari telah menyembunyikan wujudnya, Ruley menarik jubah hitam dari lemarinya, dan memakainya dengan rapi. Gadis beriris kuning itu melangkah di koridor kediaman Naois yang mulai sepi dengan perlahan.
Menuju pintu samping karena berniat pergi diam-diam, gadis itu dikejutkan saudara kembarnya yang tengah bersandar di ambang pintu samping dengan jubah senada. Seringaian yang tidak cocok terlukis di wajah si bungsu Naois, membuat Ruley memutar bola matanya.
"Apa yang ingin kau lakukan?" Tak tergoyahkan meskipun terpergok kembarannya, Ruley melewati adiknya dan berlalu melawan angin malam. Tak mendapatkan penolakan dari saudari kembarnya, Riley menutup pintu samping dengan pelan, dan membuntuti kembarannya.
"Tidak ada. Hanya ingin mengetahui kemana kembaranku ini pergi malam-malam begini." Kecohnya. Aslinya, Riley ingin mengawasi kakaknya. Dibalik wajah lembut pemuda Naois, Riley sebenarnya adalah sosok yang posesif pada siapapun yang disayanginya. Apalagi Ruley.
Tak menggubris kembarannya, Ruley terus melangkahkan kakinya menuju pasar malam yang ramai oleh rakyat Fairytale. Keduanya membaur tanpa menimbulkan keributan dengan jubah hitam yang menutup tubuh mereka dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Silakan dibeli, siap dibaca, cerita tentang 'Sang Putri dan Ksatrianya' karya RV penulis kesayangan kita!" Mendengar nada sosok pemuda penjual buku yang menarik perhatiannya, Ruley menghentikan langkahnya. Iris kuningnya yang sedikit bercahaya di malam hari menyorot sebuah buku dengan sampul lukisan ksatria dan seorang putri.
Tertarik, Ruley mendatangi toko buku tersebut dan mengambil salah satu buku yang mengisahkan tentang seorang putri dan ksatrianya. Gadis berambut hitam itu mengelus lembut inisial penulis di bagian bawah sampul, di sebelah inisial nama pelukis cover.
"Wah nona, apakah anda tertarik membelinya? Harganya cukup murah sekalipun bagi rakyat biasa, hanya tiga koin perak saja. Penulis RV telah lama berkecimpung dalam dunia cerita romansa dan karya-karyanya merupakan favorit para gadis Fairytale. Ditambah sosoknya meminta agar naskah ceritanya tidak dijual dengan harga mahal." Ucapan semangat dari sang penjual buku membuat Ruley sedikit tersentak. Gadis itu mengulum bibir dan memiringkan kepala. "Penulis RV? Apakah ia laki-laki atau perempuan?"
Sang penjual menggeleng dan mengedikkan bahunya. "Sejujurnya saya sedikit ragu, karena yang mengantarkan naskah cerita ini adalah seorang gadis. Namun, katanya teman laki-laki sebelah rumahnya yang menulisnya." Menganggukan kepala mengerti, Ruley merogoh saku jubahnya hendak mengeluarkan beberapa keping koin perak.
"Ini, kembaliannya ambilah." Suara lembut milik Riley terdengar seiring dengan sekeping emas dikeluarkan. Sang penjual membelalakkan kedua matanya dan menggeleng ngeri. "M-maaf tuan, bukannya lancang tetapi saya tidak berani menerimanya. Sebentar, saya akan ambilkan kembaliannya." Ruley menampar lengan adik kembarnya dan melototkan kedua matanya.
"Kau gila? Rakyat Fairytale bisa jantungan ketika dibayar dengan sekeping koin emas ketika harga barangnya hanya tiga koin perak!" Riley mengusap tengkuknya kikuk. "Yaa.. Aku hanya terburu-buru mengeluarkan koin, tidak tahu itu koin apa." Pembelaan yang adiknya sampaikan membuat Ruley menepuk dahinya lelah.
"Lain kali kalau mau ikut denganku, isi kantung jubahmu dengan koin perak saja, jangan koin emas. Mengerti?!!" Riley mengangguk patuh. Satu koin emas dinilai lima puluh koin perak, dan satu koin perak bernilai lima puluh koin perunggu. Rata-rata barang rakyat hanya bernilai beberapa koin perak, jadi menurut mereka tiga koin perak untuk sebuah cerita adalah hal yang terjangkau.
"Ini tuan dan nona, silakan bisa dihitung ulang." Ruley menerima sekantung koin perak yang sang penjual berikan. Gadis itu menggelengkan kepalanya, "tidak perlu dihitung ulang, aku mempercayaimu." Setelahnya, si kembar berlalu meninggalkan sang penjual yang membungkuk haru karena seseorang mengungkapkan kepercayaan kepadanya.
Kembar Naois menikmati suasana ramai yang damai di pasar malam. Sesekali Riley melipir ke kedai-kedai makanan manis yang dijual oleh rakyat Fairytale. Ruley yang melihat adiknya terpikat dengan makanan-makanan manis di sekelilingnya hanya bisa pasrah, memilih untuk mencari bangku untuk dirinya duduk.
Gadis beriris kuning itu menepuk bahu adiknya, mengedikkan dagu ke sebuah bangku di sudut pasar sembari menggoyangkan novel yang dibawanya. Isyarat bahwa dirinya akan menunggu di bangku sudut pasar sembari membaca novel 'Sang Putri dan Ksatrianya'.
Sibuk memesan makanan manis, Riley melirik sebentar ke arah sudut pasar dimana bangku yang kembarannya tuju sebelum akhirnya menganggukkan kepala singkat. "Hati-hati!" Peringatnya serius, hanya dibalas lambaian tangan oleh si iris kuning.
Ruley bergumam kesal, "siapa juga yang berani mencari masalah denganku."
Sampai di sudut pasar, Ruley menepuk-nepuk permukaan bangku sebanyak tiga kali sebelum mendudukkan tubuhnya disana. Punggungnya ia sandarkan lembut di sandaran bangku, kedua tangannya mulai membuka halaman pertama. Iris kuning itu bergerak sesekali, membuntuti kalimat demi kalimat yang empunya ingin raup dalam otak.
Singkatnya, novel 'Sang Putri dan Ksatrianya' mengisahkan tentang kehidupan damai seorang putri kerajaan. Putri dengan surai hitam dan iris kuning itu di didik keras oleh keluarga kerajaan, sosoknya harus bisa menjadi seorang putri yang lemah lembut sekaligus seorang pejuang wanita.
Sementara sang Ksatria merupakan putra Baron yang telah meninggal dan dibesarkan di markas para prajurit bayaran. Ketua kumpulan prajurit bayaran sangat menyayangi sang ksatria kecil, ia di didik sebagai ksatria. Kelak, ketua prajurit bayangan ingin putra angkatnya menjadi ksatria gagah yang dibanggakan.
Keduanya bertemu ketika akhirnya sang ksatria berhasil menjadi ksatria kerajaan dan saat itu sang putri diminta untuk mengangkat seorang ksatria pribadi. Pada mulanya, keduanya hanya bertingkah profesional. Sampai suatu ketika sang putri tiba-tiba meminta ksatrianya untuk menjadi pasangannya di pesta debut sang pangeran dari kerajaan sebelah.
Hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh ayahnya, namun sang putri tetap bersikeras sampai akhirnya ayahnya menyerah, dan mengizinkannya. Sang ksatria yang tak tahu apa-apa hanya menuruti permintaan nona mudanya.
Sejak saat itu keduanya menjadi lebih dekat, semakin dekat, dan sangat dekat. Konflik utamanya hanya terletak pada pencarian restu sang ayah dari putri dan rasa rendah diri milik ksatria.
"Sial, mengapa ksatria satu ini begitu rendah diri!" Terlalu larut dalam cerita, Ruley sampai membanting novel yang ia pegang ke pahanya, dan mengumpat keras. Gadis itu tak mempedulikan beberapa lirikan pasang mata yang terarah padanya.
Gadis itu terus melahap kata demi kata dengan iris kuningnya yang bergerak cepat. Novel yang ia baca memang hanya sekedar novel romansa dengan alur cerita yang mudah di tebak, namun entah mengapa Ruley begitu menyukainya dan sangat menikmati penyampaian bahasa yang RV, sang penulis novel goreskan.
Bahkan, gadis yang sibuk membaca novel itu tak menyadari saudara kembarnya yang mengamatinya dengan pipi menggembung mengunyah satu demi satu makanan manis yang ia beli. Riley menyuap sebuah strawberry yang dicelupkan dalam cokelat leleh, mengunyahnya dengan nikmat sembari iris hijaunya terus mengamati kembarannya.
"Omong-omong, kita besok harus menemui Bibi Belinda untuk mengukur baju perayaan." Suara berat Riley memecah keheningan, Ruley tersentak, dan membulatkan kedua matanya serta menoleh ke samping.
"R-Riley?!! Sejak kapan kau disitu?" Novel di tangannya ia tutup cepat setelah iris kuningnya melirik halaman di sudut kertas. Riley menyipitkan matanya sembari terus mengunyah makanan manis di tangannya.
"Sejak awal, kira-kira lima detik setelah dirimu membuka novel di tanganmu. Seseru itukah?"
Tanpa sadar Ruley mengangguk semangat, "sangat! Kau harus membacanya!" Gadis itu mengulurkan novel yang tertutup ke tangan kembarannya yang terulur juga setelah mengusapnya ke jubah.
Riley membaca dengan cermat isi perkenalan buku di tangannya dan mengernyit, "mengapa tokoh putri ini sangat mirip ciri-cirinya denganmu?"
o --
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroying Fairytale: Cinderella
Viễn tưởngUntuk menghargai jasa Duke dan Duchess Naois yang telah memburu monster magis selama lima tahun, sang Raja mengadakan sebuah pesta perayaan sekaligus pesta ulang tahun keponakannya yang boleh dihadiri oleh keluarga bangsawan maupun rakyat biasa. Sta...