Sore telah tiba. Langit berwarna jingga dengan perpaduan warna merah muda, terlihat begitu cantik dan menenangkan jiwa. River yang kala itu tengah membersihkan kamarnya dikejutkan dengan sosok ibu tirinya. Merina mendobrak pintu kamar River, bergegas menutup jendela River dan menguncinya dengan gembok.
River mengernyitkan dahi, "nyonya? Untuk apa jendela saya digembok?" Tanyanya sopan. Bukannya menjawab, Merina malah mendengus dan menatap putra tirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Seulas senyum miring terlukis di wajah wanita yang terpoles riasan dewasa.
"Kau mau ikut ke pesta?" Tanya Merina tiba-tiba, menimbulkan kernyitan di dahi River. Apa yang ibu tirinya rencanakan? Dengan ragu, pemuda dengan surai cokelat itu mengangguk. Melihatnya, Merina tersenyum puas.
"Gunakan baju terbaikmu, kami tunggu di bawah."
Setelahnya Merina berlalu meninggalkan kamar River dengan pintu terbuka. Merasa aneh, River melirik sudut ruangan di belakang pintu. Setelan dan sepatu yang dipinjamkan Sophia tersembunyi dengan aman disana.
Pemuda itu mengulum bibir, merasa janggal dengan Merina yang tiba-tiba memintanya untuk segera berpakaian, dan secara tidak langsung mengajak berangkat bersama. Menepis keraguannya, River mengobrak-abrik tumpukan bajunya. Setelah sekian menit, pakaian terbaik yang ia punya terpasang rapi di tubuhnya.
Pemuda itu melirik ke atas untuk mencari keberadaan tikusnya, namun tak mendapatinya dimana-mana. Meski begitu River yakin Travey baik-baik saja. Karena itu ia keluar dari kamar, menutup pintu kamarnya, dan menuruni tangga dengan perlahan.
Ketika tiba di anak tangga terakhir, sosok Arnold tiba-tiba menabraknya. Sengaja, River tahu betul saudara tirinya sengaja menabraknya. Entah apa yang direncanakan keluarga tirinya itu, namun ketika ia merasakan basah di bagian dadanya, pemuda itu menggigit lidahnya.
Tinta. Arnold menabraknya dan sengaja menumpahkan tinta di bajunya. River terdiam, menunduk pasrah melihat bajunya yang ternoda tinta. Gerald dan Arnold tertawa sembari menunjuk-nunjuk bajunya.
"Oh, putra tiriku sayang... Maafkan Arnold yang tidak sengaja menumpahkan tinta ke pakaian terbaikmu. Apakah kau masih memiliki yang lainnya?"
River menggeleng, kepalanya menunduk. Menduga putra tirinya sedih, Merina berpura-pura mengusap puncak kepala River dengan lembut, kemudian menunduk, dan membisikkan sebuah kalimat.
"Karena bajumu kotor, diamlah di rumah seperti anjing yang menunggu majikannya sampai kami pulang dari pesta perayaan!"
Ketika Merina menegapkan tubuhnya, dengan isyarat mata ibu tiri River memerintahkan putranya untuk mengurung adiknya di loteng. Wanita paruh baya itu melempar kunci ke tangan Arnold, membiarkan Gerald menyeret kasar tubuh River menuju ke loteng.
Meskipun River memberontak sebisanya, cengkraman Gerald menguat. Pintu kamar loteng dibuka, tubuh River dibanting masuk. Pemuda dengan rambut cokelat itu terbatuk, meringis ngilu karena beberapa memar timbul di lengannya.
"Nikmati malammu di loteng, adik tiri!" Gerald berteriak diikuti suara tawa. Kemudian pintu tertutup, disusul suara kunci yang berputar. Detik itu River menyadari tujuan Merina mengunci jendelanya.
Pemuda itu mendesah kasar, melepas pakaiannya yang ternoda tinta, dan meraih bajunya yang lain. Iris cokelatnya menyorot setelan milik ayah Sophia.
"Untung aku tidak menggunakannya tadi." Gumamnya lega. Pemuda itu kini meraih setelan berwarna hitam dari belakang pintu, kemudian mengenakannya dengan hati-hati. Beruntungnya tubuhnya cukup pas untuk mengenakan setelan milik ayah Sophia.
Sebuah senyuman puas terukir di bibirnya. Kemudian pemuda itu meraih sepasang sepatu hitam, kemudian memasukkan kakinya satu persatu ke sepasang sepatu tersebut. Selesai dengan tubuhnya, River menyugar rambutnya ke belakang, mengacak-acaknya kasar.
![](https://img.wattpad.com/cover/358524582-288-k965776.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroying Fairytale: Cinderella
FantasíaUntuk menghargai jasa Duke dan Duchess Naois yang telah memburu monster magis selama lima tahun, sang Raja mengadakan sebuah pesta perayaan sekaligus pesta ulang tahun keponakannya yang boleh dihadiri oleh keluarga bangsawan maupun rakyat biasa. Sta...