SIX: Petaka

527 67 14
                                    

Sepasang kaki berayun melawan arah, membuat si pemilik tak sabar dengan proses tumbuh kembang yang kelak akan membuatnya meninggi, karena faktanya, permukaan ubin putih itu masih cukup berjarak dengan tapak kasutnya. Lagipula, kenapa juga kantor kepala sekolah harus ditempatkan di lantai empat? Taehyun jadi tak mampu menahan diri untuk menengok ke belakang, tanpa sengaja melirik ke arah dasar dengan bayangan ngeri, "Bisa langsung mati kalau jatuh. Pasti. Kalau tidak mati, minimalnya cacat seumur hidup." –Begitu kiranya bunyi monolog random dalam otak Taehyun, pikiran intrusifnya sembarang mengajak untuk jatuh saja. Penasaran rasanya mati.

"Hyun?"

Yang dipanggil segera kembali ke realitas. Mewaraskan diri. Meluruskan lagi arah pandangnya, disana berdiri seorang pria jangkung yang ia kenali sebagai ayah. Dua alis tebalnya diangkat, menunjukan mimik bertanya, tangannya bertumpu pada bagian atas tembok setinggi satu meter yang ia duduki sejak tadi, tubuh kurusnya ia ayunkan ke arah depan, membuat tapak kasutnya mendarat di ubin. Remaja itu melenggang santai ke arah sang ayah sembari membenahi ranselnya yang sempat merosot dari pundak.

Mereka kini berhadapan, saling menatap, namun dengan ekspresi yang berlawanan. Si ayah alisnya hampir menyatu dengan lipatan kening yang berkerut, matanya penuh kecemasan, "Dengarkan appa baik-baik! Kau diberi dispensasi untuk aktifitas fisik seperti olahraga dan seluruh praktek outdoor apapun yang melibatkan fisik. Kau boleh ke ruang kesehatan kapanpun tubuhmu dirasa tidak enak. Dan untuk satu minggu ini, akan ada perawat khusus di ruang kesehatan yang siap menangani seringan apapun keluhanmu—,"

"Yoona Noona?" –Potong Taehyun bertanya, ia menebak penuh harap.

David menggaruk tengkuknya, lelaki itu sedikit kikuk mendengar nama wanita itu lagi, "Sayangnya, bukan. Uh— Aku sudah memintanya, tapi dia tidak bisa, ada pasien lain di rumah sakit yang masih menjadi tanggung jawabnya." –Tutur David, diakhiri dengan senyum kecut.

Tak mendengar interupsi dari anaknya lagi, David inisiatif melanjutkan, "Jadi, paman Dongmin mengirimkan perawat lain kesini, dia laki-laki." –David melangkah lebih dekat, dua tangannya bertengger di pundak anaknya, meringis seketika menyadari tulang selangka yang lebih menonjol dari biasa, "Taehyun, Kau tahu kan, sesulit apa kita memohon pada dokter Choi agar kau dipulang paksa? Bahkan sampai memundurkan jadwal kemoterapi pertama yang seharusnya dilakukan hari ini. Jadi appa berharap, kau harus jujur dengan keadaanmu sendiri. Buktikan perkataanmu kemarin tentang kondisimu yang membaik. Appa tidak ingin merasa bersalah pada dokter Choi karena sudah menentang anjurannya. Kau yang lebih mengerti dengan apa yang terjadi pada tubuhmu sendiri." –Tutur si ayah panjang lebar, penuh penekanan.

Taehyun mengedip cepat beberapa kali. Penyakit sialan itu membuat otaknya berkerja lebih lambat. Anggukan akhirnya ia berikan, tanda mengerti seluruh ucapan serta wejangan ayahnya barusan.

"Jika kau tidak kuat berdiri, tapi terlalu malu meminta bantuan pada teman kelas, kau bisa hubungi Kai saja. Kai akan langsung mengerti, dia sudah appa beri intruksi bagaimana cara menangani situasi buruk yang mungkin bisa terjadi padamu. Mengerti Taehyun?"

Terselip rasa risih saat ayahnya memberi banyak penekanan pada kalimatnya, tidak lupa pundaknya yang diguncang dengan kedua tangan ayahnya, pelan memang, tapi mode ayahnya yang seperti ini adalah yang paling Taehyun tidak suka. Ia diperlakukan seperti gelembung sabun yang sekiranya mudah pecah. Padahal, dia tidak selemah itu, kan? Iya, kan?

"Taehyun? Mengerti semua yang appa ucapkan?"

"Mengerti, appa." –Jawab Taehyun singkat. Dia jengah.

"Pakai maskermu, jangan dilepas jika tidak terpaksa. Minum obatmu sesuai alarm yang sudah diatur di iWatch. Jauhi bakteri dan polusi sebisa mungkin, jauhi orang yang sedang flu, jangan dekati teman yang merokok, jangan sampai terbentur benda tumpul, pakai langsung jaketmu jika terasa dingin, jangan abai jika terasa pusing meski sedikit, jangan—"

✔ TWIN FLAME || Taehyun & HueningKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang