Part ini dihadirkan
untuk kalian pahami
tentang seberapa indah
arti kehadiran Hueningkai
di hati si penulis#GetWellSoon_HUENINGKAI
Our Angel 🤍ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
Masih di hari yang sama. Udara pagi yang mengembun dingin tak lantas membuat Hueningkai menggigil. Hangat. Hanya hangat yang bisa Hueningkai rasakan saat ini.
Tiffany tak memasak apapun pada akhirnya. Wanita itu memilih untuk memesan berbagai menu makanan enak dari restoran terbaik dengan jasa antar yang tercepat. Wanita itu tak ingin Hueningkai mengecap makanan dari hasil tangannya di hari pertama dia datang ke rumah ini. Enggan untuk mengecewakan.
"Terima kasih, Tiff."
Tak ada hentinya Tiffany mengulum senyum. Sejak tadi ia sibuk menyiapkan makanan yang baru saja datang, dan Hueningkai hanya duduk manis menunggu di kursi meja makan.
Hanya dengan kehadirannya saja, Tiffany bisa merasakan kedamaian yang tak terkira. Beruntung Taehyun yang selalu menemukan Hueningkai di sisinya.
"Makanlah yang banyak."
Hueningkai mengangguk patuh. Baru saja dia menuntaskan panjat doanya, berterima kasih pada Tuhan atas rasa lapar yang sebentar lagi akan sirna. Makanan yang tersaji di depan mata betul-betul menggugah seleranya. Sedikit menyesal sebab Taehyun tak ikut menyicip. Sempat Hueningkai masuk ke dalam kamar, namun yang dia temukan adalah Taehyun yang tertidur begitu lelap.
"Tiff, kapan Taehyun membeli rumah ini?" tanya Hueningkai di sela ruang mulutnya yang tengah kosong. Jika mulutnya berisi, maka Hueningkai akan menunda untuk bersuara. Dia sedang membiasakan diri untuk selalu mengutamakan sebuah adab. Sedikit demi sedikit menjadi manusia yang lebih baik.
Tiffany tak turut menyantap makanan meski dia duduk di hadapan meja yang sema dengan Hueningkai. Dia hanya ingin sekedar menemani saja —seperti yang diperintahkan oleh tuan rumah yang sebenarnya.
"Tiga tahun lalu. Tepatnya di hari ulang tahun kalian. 'Hadiah untuk Kai,' katanya."
Mendengar penuturan itu, Hueningkai merengut masam. "Hadiah apanya? Dia bahkan tidak pernah memberi tahuku tentang rumah ini." rajuknya yang membuat Tiffany terkekeh gemas.
"Dia bilang akan membawamu ke sini jika kau sudah punya Tuhan."
Hueningkai berjengit, ujung matanya menyorot Tiffany tak percaya.
"Kau lihat ruangan itu?" Tiffany menunjuk ke arah sebuah pintu yang tak jauh dari area dapur. Ujung mata Hueningkai mengekor apa yang Tiffany tunjuk.
"Di balik pintu itu, ada banyak sekali hadiah untukmu yang sengaja dia simpan. Dia bilang, 'Kai akan mendapatkan itu semua nanti—saat dia mulai beriman.' Astaga ... Kau harus tahu, dia itu sudah menghabiskan banyak sekali uang hanya untuk bertaruh bahwa suatu hari kau akan percaya pada keberadaan Tuhan ... "
Semburat merah tercetak jelas di pipi Hueningkai. Menyadari hal itu, Tiffany tergelak.
"Apa-apaan dia itu ... " cicit Hueningkai yang tengah malu.
"Aku menebak, selama ini kau banyak sekali meminta padanya, bukan? Jangan bilang kau mengira dia itu Tuhan? Atau Genie in a bottle? Sinterklas?" Tiffany tertawa lagi, teringat seberapa banyak hadiah yang tertimbun di dalam sana.
"Kalian sangat menggemaskan."
Hueningkai meraih gelas susunya, meneguknya perlahan guna menyamarkan merah di pipi. Entah berhasil atau tidak, tapi melihat Tiffany yang mulai mengakhiri tawanya, Hueningkai jadi sedikit lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ TWIN FLAME || Taehyun & HueningKai
Fanfiction[BUKAN LAPAK BXB!] [100% FIKSI] Satu peti, satu jiwa, dua raga. ••• Yang mereka suguhkan bukanlah fantasi, bukan pula komedi. Berharap inspiratif, justru ironi yang terjadi. Terima saja apa adanya si kembar sial yang terikat dalam silang sengkarut a...