30

231 40 30
                                    

"Binbin~ kami sampai! Tapi gerbangnya terkunci(?)"


Seperti kelinci, namun yang ini seukuran raksasa, Soobin berlari dengan lompatan kecil di setiap langkahnya. Ponsel yang berada di genggamannya masih menunjukkan layar menyala dengan ruang pesan yang tersemat nama 'Jjunie Hyung' di dalamnya.

"Wah! Kalian benar-benar datang!" Sambut Soobin dengan gelak sumringah. Dari yang hanya menyembulkan kepalanya di sela pintu gerbang besi yang hanya dia buka sedikit, perlahan gerbang itu bergeser hingga terbuka sepenuhnya, "Parkir saja di dalam!" utusnya, menyilahkan Yeonjun untuk melajukan mobilnya lagi.

Bak pemarkir handal, Soobin dengan cekatan mengarahkan Yeonjun untuk memposisikan mobilnya tepat di samping Maserati Ghibli milik ayahnya. Setelah Yeonjun mematikan mesin mobil, Soobin kembali berlari menuju pintu belakang yang terdapat bayangan Hueningkai dan Taehyun di baliknya. Soobin mengetuk pelan kaca bersemu hitam tersebut, dan dia terkikik saat melihat bayangan Hueningkai yang terperanjat karena melihat wajahnya tak berjarak dari balik kaca.

***

"Benar tidak apa-apa jika kami datang larut begini? Bagaimana dengan orang tuamu?" Yeonjun bertanya resah.

Bisa saja mereka menginap di hotel sebetulnya. Tapi, Yeonjun berpikir, dari mana uangnya? Sedangkan dompet Yeonjun langsung menipis setelah kegiatan berfoya-foyanya hari ini. Hueningkai sempat menawarkan untuk memakai uang Taehyun saja, tapi Yeonjun menolak tegas, "Aku masih punya harga diri untuk tidak memakan uang adikku sendiri." Dan mendengar kalimat itu dari mulut Yeonjun, Hueningkai hanya bisa tertawa maklum, 'Dia tidak tahu saja,' ucapnya di dalam hati saat itu.

"Mama dan papa yang paling senang saat aku bilang kalian mau menginap!" Soobin menanggapi keresahan yang Yeonjun rasakan.

Di perjalanan menuju pintu masuk rumahnya, Soobin berjalan bersampingan dengan Yeonjun, sedangkan Hueningkai berjalan lebih dulu dengan Taehyun yang masih tertidur di punggungnya.

Soobin melangkah lebih cepat untuk sekedar menyapa lagi sosok Hueningkai yang mendiamkannya sejak dia menyapa lewat jendela mobil secara tidak wajar.

"Sepertinya kau benar-benar marah?"

"Sudah dibilang aku tidak marah! Aku mengantuk, hyung!"

Soobin tertawa kecil, dia mengangguk seolah mengiyakan alasan Hueningkai jadi lebih diam, "Aku paham bagaimana lelahnya mental dan fisik setelah berkumpul bersama para ekstrovert yang menguras energi," cetusnya sok tahu.

Hueningkai membulatkan bibirnya, dia menoleh sekilas ke arah Soobin yang masih tersenyum lebar ke arahnya, "Mr. Know-it-all, huh?" tanggapnya asal. Kepalanya sedang penuh, Hueningkai jadi kurang berminat untuk menunjukkan sisi afektifnya kepada orang sekitar.

"Kulitnya panas sekali ... Apa kita benar-benar tidak perlu membawa dia ke rumah sakit?" tanya Soobin yang terdorong untuk menyentuh punggung tangan Taehyun yang terayun di tumpuan pundak Hueningkai.

"Tidak perlu, selama gejalanya tidak memburuk," sahut Hueningkai acuh tak acuh.

Memangnya apa lagi yang bisa dilakukan oleh rumah sakit jika normalnya memang begini?

***


Hueningkai ingin langsung tidur tadinya. Tapi, melihat tuan dan nyonya Choi yang antusias menyambut mereka dengan begitu hangatnya, membuat Hueningkai tak kuasa untuk menolak saat nyonya Choi menawarkan makan malam bersama yang sengaja dimundurkan —dari jam makan seharusnya— hanya demi bisa makan malam bersama dirinya, Yeonjun, dan Taehyun.

✔ TWIN FLAME || Taehyun & HueningKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang