Jam sepuluh malam, mereka baru sepakat untuk pulang. Belum terlalu larut untuk sekumpulan remaja yang baru beranjak dewasa, sebetulnya. Salah satu yang sudah terlelap di kursi belakang, menjadi alasan Yeonjun untuk tidak memperpanjang lagi masa sewa studio untuk yang ketiga kali. Toh, kesenangan mereka masih bisa terulang kembali lain waktu, dan tidak harus dihabiskan dalam satu malam. Semoga bisa, dan semoga sempat.
Empat kepal tangan saling beradu, merepresentasikan gestur sampai jumpa kepada satu sama lain. Setelah mengakhiri aksi berpamitan dengan ucapan terima kasih yang berasal dari mulut Soobin dan Beomgyu, si ducati mulai Soobin lajukan bersama Beomgyu yang berada di jok belakang. Yeonjun mulai menginjak pedal gasnya seusai Soobin menuruti perintahnya untuk mendahului.
Mobil hitam milik David —yang sekarang jadi lebih sering dikuasai oleh Yeonjun— akhirnya terbebas dari area parkir Mal, dan jarak tempuh untuk sampai ke gedung apartment yang mereka huni hanyalah sekitar delapan kilometer, dengan waktu tempuh berkisar dua belas menit saja jika tanpa hambatan. Dari spion tengah, sekilas Yeonjun melirik ke arah pantulan Hueningkai yang sedang tersenyum-senyum menatap layar ponselnya dengan raut sumringah. Yeonjun ikut tersenyum, dia berdeham untuk mencuri sedikit perhatian dari si adik.
"Gadis mana kiranya yang bisa membuat adikku sampai tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila? Berapa usianya? Apa dia seorang noona?"
Runtutan pertanyaan dari Yeonjun membuat Hueningkai mendongak cepat.
"Gadis apa?" Hueningkai terkekeh, "Aku tidak akan punya pacar sebelum Kim Taeyeon mengumumkan tanggal resmi atas upacara pernikahannya!" serunya dengan pupil mata yang membesar.
"Kim Taeyeon? Sonyeo Shidae?" tanya Yeonjun memastikan.
Hueningkai mengangguk mantap, "Benar. Dia cinta pertamaku sejak usiaku delapan tahun. Masa-masa yang indah untuk dikenang ... "
Derai tawa terdengar nyaring, "Astaga ... " Yeonjun mengaduh.
Yeonjun melirik lagi sejenak saat Hueningkai menampakkan layar ponselnya dari pantulan kaca.
"Aku sedang mengganti PFP di seluruh media sosialku dengan potretku bersama Pokémon yang tadi memakai kostum pengantin merah muda! Hihi~ kalau tadi aku tidak pergi bersama Yeonjun hyung, mungkin aku tidak akan mendapatkan kesempatan bagus semacam ini, karena aku sendiri terlalu malu untuk memintanya secara langsung," celotehnya dengan wajah berbinar. Bahagia sekali Yeonjun melihatnya.
"Dari pada Taehyun, kau lebih mudah dibuat senang rupanya," ujar Yeonjun yang tengah tersenyum simpul sembari tetap berfokus pada marka jalan.
Tanpa ragu Hueningkai mengangguk setuju pada opini tersebut, "Karena itulah aku tidak pantas untuk mengeluh. Sama seperti Yeonjun hyung, Taehyun juga selalu melakukan hal yang sama untuk membuatku senang. Aku bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang pandai dalam bersosial, seperti kau dan Taehyun contohnya."
Yeonjun turut mengangguk, "Itu bagus. Tapi lebih bagus jika kau juga belajar untuk melebarkan sayap sosialmu sendiri di ranah publik, lingkungan sekolah yang paling utama. Dengan siapa kau biasa makan siang di jam istirahat?" tanyanya penasaran.
Hueningkai tampak berpikir sejenak, "Sejak Taehyun berhenti pergi ke sekolah, aku jadi selalu sendirian. Tapi, para siswa dari kelas Taehyun selalu mengajakku untuk makan siang bersama. Beomgyu hyung yang paling sering memaksaku untuk duduk di meja mereka," ungkapnya.
"Lalu? Apa kau menerima ajakan mereka?" tanya si kakak lagi.
Hueningkai menggeleng pelan, "Tidak. Meja mereka selalu ramai dan berisik, aku sedikit tidak nyaman," jujurnya.
"Ah, aku baru ingat, kau juga dulu sering menolak ajakanku."
"Um ... alasan untuk Yeonjun hyung sedikit berbeda, sebetulnya." tuturnya sembari meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ TWIN FLAME || Taehyun & HueningKai
Fiksi Penggemar[BUKAN LAPAK BXB!] [100% FIKSI] Satu peti, satu jiwa, dua raga. ••• Yang mereka suguhkan bukanlah fantasi, bukan pula komedi. Berharap inspiratif, justru ironi yang terjadi. Terima saja apa adanya si kembar sial yang terikat dalam silang sengkarut a...