TWELVE: Pulang?

330 47 6
                                    



Hancur sudah sugesti positif yang telah Taehyun bangun sejak awal dihadapkan oleh kenyataan. Kepercayaan dirinya kini tak tersisa barang sepersen saja.

Siklus pertama kemoterapi telah ia lewati. Namun, bukannya membaik, tubuhnya malah terasa semakin rusak. Suram. Hari-harinya berjalan dengan nyeri hebat di segala titik. Plester demam tak lepas dari dahinya. Suhu tubuhnya menggila. Pernah sedikit lagi menyentuh angka empat puluh dua derajat celcius, saat itu, Taehyun kerap mengalami kejang, sinkop, bahkan hampir koma. Sehari-hari, sakit kepala ekstrim dan nyeri tulang membuatnya tak bisa lagi beraktivitas normal. Taehyun hanya bisa berbaring di ranjangnya, tanpa daya. Diserang rasa lemas yang tak wajar, perutnya tak pernah terasa nyaman. Mual muntah yang berkepanjangan, menyebabkan nafsu makannya menjadi sangat buruk. Keluhan-keluhan lainnya yang tak terbilang ringan juga turut andil dalam mengoyak tubuhnya yang semakin melemah. Taehyun marah. Obat-obat yang masuk ke tubuhnya selama ini seolah tidak berniat menyembuhkan, malah sebaliknya, berlaku seperti racun.

Taehyun sempat mencuri dengar tentang harapan para dokter soal dirinya. Mereka berkata akan sangat senang jika sel kankernya berhasil berkurang meski hanya sedikit. Tidak apa walau hanya satu persen saja, kata mereka. Mereka juga banyak berbicara tentang harapan-harapan lainnya yang tak begitu Taehyun pahami. Setelah itu, Taehyun tak mendengar soal apa pun lagi, karena kepalanya saat itu tiba-tiba diserang nyeri yang sangat kuat.

Tapi hari ini, ingin rasanya Taehyun mengamuk ketika Dokter Choi berkata bahwa hasil PET scan menunjukan kanker yang bersarang di tubuhnya tak berkurang sedikitpun. Sebaliknya, hasil tes tertulis bahwa kadar kankernya meningkat pesat, sel kanker telah menyebar. Taehyun akhirnya sampai di stadium 4, tingkatan dimana keadaan sudah terlalu buruk untuk diperbaiki.

Fakta pahit turut terungkap hari ini; Taehyun positif resisten terhadap obat-obatan kemoterapi. Dan para dokter sepakat menghentikan pengobatan untuk sementara. Karena jika dipaksakan untuk lanjut, maka Taehyun bisa saja malah mengalami kerusakan berat pada sel-sel sehatnya. Sama sekali tak sebanding dengan sedikit hancurnya sel kanker yang jumlahnya semakin membludak.

Di ranjang pesakitannya, Taehyun tercenung, sama sekali tak ada binar di mata besarnya yang kali ini tampak begitu sayu. Taehyun berubah menjadi sangat pasif, tak ada seorang pun yang dapat membuatnya berbicara, sekalipun itu adalah sang ayah. Bibir pucat itu sudah lama sekali tak tercetak senyum. Taehyun belum menerima fakta bahwa rasa sakitnya yang luar biasa kemarin, nyatanya akan dibayar dengan keadaan yang lebih buruk lagi. Sia-sia.

Di titik lelahnya, Taehyun memutuskan untuk tak lagi mengeluh pada manusia, melainkan langsung pada Tuhannya yang telah membuatnya bertanya-tanya perihal apa tujuan-Nya masih mempertahankan ruh pada raganya yang telah rusak.

"Pulang..." Adalah kata pertama Taehyun setelah berminggu-minggu memutuskan untuk menjadi bisu. Belakangan ini, dia hanya mengeluarkan suara saat menangis dan berteriak.

Taehyun benar-benar berada di titik terendah.

Kualitas hidupnya yang sempat tertakar sempurna, sekarang hancur lebur. Berantakan.

Chapter ini memang pendek! Karena aku cuma mau ucapin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter ini memang pendek! Karena aku cuma mau ucapin.....
.

SELAMAT LEBARAN!

.

...pulangin gak nih si tyun?

✔ TWIN FLAME || Taehyun & HueningKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang