Jam satu malam, Taehyun terbangun dalam keadaan super bingung. Seperti seseorang yang baru saja sadar dari koma, kepalanya berputar ke kiri dan ke kanan, matanya menyipit guna mengintai seluruh sudut ruangan. Begitu cukup lama, tetap saja Taehyun lupa, Taehyun tak mengenal.
"Hotel?" Dalam hati, Taehyun menerka-nerka. Jelas ruangan itu bukan kamarnya, "Tapi jika ini benar kamar hotel, untuk apa Yeonjun hyung membawaku kemari? Dan ... di mana toiletnya? Aku ingin muntah, sial." Terus saja ia bermonolog dalam hati. Sampai akhirnya Taehyun menyadari, ada Hueningkai yang sedang tertidur di sampingnya. Hah~ Taehyun jadi tenang.
Menahan sensasi terbakar di tenggorokannya, Taehyun nekat untuk turun dari kasur dan membenarkan langkahnya yang oleng sana-sini dikala ia mencoba untuk melangkah. Butuh bantuan sebetulnya, namun tak sampai hati ia membangunkan Hueningkai yang tertidur nyenyak hingga dengkurnya terdengar nyaring. Mencari keberadaan kakaknya, namun Yeonjun pun tak nampak di manapun juga.
Sampai di satu-satunya pintu yang terdapat di ruangan tersebut, Taehyun tanpa ragu memutar gagangnya. Saat pintu itu terbuka, seketika Taehyun ber-oh ria dalam hati, dia mendapatkan jawaban dari pertanyaan pertamanya. Taehyun melangkah melewati batas pintu, lantas segera ia tutup rapat pintu itu, dan membiarkan Hueningkai terlelap di dalam sana tanpa gangguan apa pun dari luar kamar.
Dari pagar besi pembatas lantai dua, Taehyun menyembulkan wajahnya ke lantai dasar, pemandangan yang langsung terlihat dari atas sana adalah ruang keluarga yang terdapat televisi besar, dua sofa panjang yang membentuk letter L, dan juga karpet nilon berukuran megah yang melingkari zona bersantai tersebut.
"Soobin! Papa!"
Taehyun berdeham pelan guna meluruhkan dahak membandel yang membuat suaranya terdengar sumbang oleh telinganya sendiri. Dia butuh minum memang, tapi yang lebih ia butuhkan sekarang adalah menuntaskan isi perutnya yang membabi buta meminta untuk dikeluarkan melewati kerongkongannya.
Baru memfokuskan lagi matanya ke arah sofa di lantai satu, dua orang yang tadi ia yakini terlihat sedang bersantai di sana, sekarang tiba-tiba menghilang. Bulu halus di sekujur tubuhnya meremang, Taehyun mulai berpikir yang tidak-tidak.
"Tadi aku lihat apa? Hantu?"
"Taehyun!"
Hampir saja Taehyun reflek melompat dari pagar pembatas. Terkejutnya bukan main. Bagaimana tidak? Dua sosok tinggi besar tiba-tiba muncul dari belakang punggungnya, yang satu tampak muda dan ramping, satunya lagi adalah pria kelewat matang dengan perutnya yang sedikit buncit, mereka membawa senyuman lebar yang rupanya tak ada beda. Sejenak, Taehyun ingin berubah wujud menjadi gorila, hanya agar bisa menghempaskan dua sosok itu ke bulan karena ia kesal, dengan tubuhnya sendiri yang kalah jauh dari segi ukuran, lebar dan tinggi, mana bisa ia menghajar.
"Apalah kalian ini!" Taehyun meringis seraya menekan dadanya yang berdebar tak santai, tubuhnya meluruh tersandar di pagar pembatas. Sama seperti Hueningkai, dia tidak suka dikejutkan.
"Apa? Bukankah kau memanggil kami tadi? Sebab itu kami datang. Kau butuh apa?"
Soobin dengan wajah polosnya seperti biasa.
"Tyun-Tyun! Papa rindu!"
Tanpa peringatan, tuan Choi berhambur memeluk Taehyun, hingga remaja itu tenggelam dalam dekapan tubuh gempal pria kelewat matang tersebut.
Tidak menolak, tidak juga membalas. Taehyun hanya menerima dengan pasrah saat tuan Choi menggoyangkan badannya ke kiri dan ke kanan, membuat tubuh Taehyun turut terombang-ambing dalam pelukannya.
Ralat, Taehyun bukan pasrah, dia hanya terlalu lemas untuk kabur sebelum tuan Choi menerjangnya. Belum lagi kondisi perutnya yang sedang tidak baik-baik saja, semakin tuan Choi menggoyangkan tubuhnya, semakin Taehyun merasakan sesuatu yang hendak keluar dari—
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ TWIN FLAME || Taehyun & HueningKai
Fanfiction[BUKAN LAPAK BXB!] [100% FIKSI] Satu peti, satu jiwa, dua raga. ••• Yang mereka suguhkan bukanlah fantasi, bukan pula komedi. Berharap inspiratif, justru ironi yang terjadi. Terima saja apa adanya si kembar sial yang terikat dalam silang sengkarut a...