Masih di malam yang sama, kami mulai melahap makanan kami dalam hening. Aku sudah menghabiskan beberapa jenis makanan yang terhidang termasuk menghabiskan sup rumput laut sendirian. Meski aku bilang tidak lapar, tapi jika makanan sudah tersaji di depan mata, perutku tidak bisa menolak. Di sela makanku, aku masih bisa mengamati sosok Taehyun dari ujung mata, dia baru menyuap jajangmyeon-nya terhitung hanya dua kali saja, sekarang dia sudah menaruh sumpitnya, tanda makannya sudah selesai. Aku paham mengapa pasien leukemia hanya mampu makan sedikit saja. Salah satu gejala kanker darah yang dialami oleh eomma dan Taehyun adalah mereka akan mengalami pembesaran limpa, yang membuat perut mereka terasa cepat sekali penuh karena limpa yang membengkak akan mendorong bagian perut atas, dan hal itu juga yang menyebabkan nafsu makan mereka sangat buruk. Maka dari itu, aku tidak pernah menaruh kesal pada eomma yang tak pernah menghabiskan makanannya. Begitu juga dengan Taehyun, aku tidak akan memaksanya untuk makan lebih banyak lagi. Mereka bukan tidak mau, tapi tidak bisa."Bagaimana dengan eomma semasa hidupnya? Apa dia bahagia?" Tanya Taehyun tiba-tiba di tengah keheningan.
Potongan bulgogi yang masih berputar di mulutku, terpaksa aku telan meski kunyahanku belum menyentuh level kehalusan yang sempurna, "Tentu. Dan mungkin eomma akan lebih bahagia jika kau ada." Jawabku seadanya.
Taehyun mengangguk samar, "Terimakasih sudah menjaga eomma selama ini. Aku akan mengambil bagian di kehidupan selanjutnya." Tuturnya sembari memainkan bibir gelas kaca yang hanya berisikan air bening.
"Kehidupan selanjutnya? Reinkarnasi?"
"Maksudku adalah kehidupan setelah mati."
"Percaya diri sekali..." Celetukku tanpa berpikir.
"Kau melihat dengan mata kepalamu sendiri bagaimana eomma dikalahkan dengan penyakit ini. Dan mungkin juga berlaku untukku nanti."
Aku nyaris tersedak, "Maksudku... Kau percaya diri sekali akan dipertemukan dengan eomma di surga yang sama." Niatku berkilah, tapi sepertinya aku masih salah memilih kata.
"Ah, benar juga. Bisa saja nanti aku ditempatkan di neraka. Oh, bagaimana jika eomma yang ternyata tidak berada di surga?"
Semua rasa makanan di mulutku berubah jadi hambar ketika mataku menangkap bibir Taehyun yang melengkung sinis.
"Maaf, aku tidak bermaksud berkata seperti itu." Aku menunduk.
"Jangan dulu bersedih. Aku belum mati, dan aku akan berusaha untuk tidak dimasukkan ke dalam neraka. Belakangan ini aku sering beramal."
"Sepertinya appa memberimu terlalu banyak uang." Gumamku mengalihkan.
Beberapa saat, Taehyun terdiam. Hanya diam dengan tatapan kosong tanpa berkedip. Aku ikut diam, kutaruh sumpit di samping piring, selera makanku sudah hilang.
"Appa tidak punya uang, asal kau tahu. Perusahaannya bangkrut dan hanya menyisakan hutang di mana-mana. Appa sedang kesulitan beberapa tahun ini. Dia payah dalam berbisnis." Ucapnya mengalir begitu saja.
Aku rasa, Taehyun sedang memberi celah untuk kami memulai obrolan panjang tentang segalanya. Jujur, aku ingin tahu apa saja yang sudah terjadi dalam hidupnya, yang selama ini sama sekali tidak tersentuh olehku.
"Kau tahu banyak, ya? Appa menceritakan langsung padamu? Bagaimana bisa dia membagi kesulitannya pada remaja seumuranmu?" Aku menimpali.
Samar, Taehyun menggeleng, "Dia tidak pernah mengatakan apa pun. Appa pandai dalam mengarang situasi, tapi aku lebih pandai dalam menguak fakta." Sahutnya. Senyum sinisnya terlihat lagi.
"Lalu dari mana kau mendapatkan uang untuk membeli kue semahal ini?" Aku menunjuk ke tengah meja, tempat kue ulang tahun eomma berada, "Aku tidak tahu berapa harganya, tapi penampilannya terlihat sangat mahal." Aku tidak melebih-lebihkan, itu adalah kue termewah yang pernah aku lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ TWIN FLAME || Taehyun & HueningKai
Fanfic[BUKAN LAPAK BXB!] [100% FIKSI] Satu peti, satu jiwa, dua raga. ••• Yang mereka suguhkan bukanlah fantasi, bukan pula komedi. Berharap inspiratif, justru ironi yang terjadi. Terima saja apa adanya si kembar sial yang terikat dalam silang sengkarut a...