NINETEEN: Birthday Cake

330 48 31
                                    

Aku tersentak dari tidurku, hidungku kembang kempis, aku tersadar bahwa aku sedang terisak. Jemariku yang bergetar aku angkat untuk menyentuh sisi mataku. Basah, sangat basah, bahkan sekarang air mata masih mengalir melewati daun telingaku. Aku mencoba bangkit untuk duduk dan merenung cukup lama. Aku mimpi buruk, dan lebih buruk lagi karena mimpi itu terasa sangat nyata dan menyakitkan.

Wajahku berpaling ke sisi kanan, aku menatap sendu ke arah punggung Taehyun yang tertidur dengan posisi membelakangiku. Sesekali tubuh itu menggeliat, meringkuk mencari kehangatan meski penghangat ruangan sudah beroperasi.

Ku guncang pelan tubuhnya yang bergelung selimut, "Taehyunie..." Panggilku dengan suara lembut. Entah Taehyun yang mudah terbangun atau memang dia sudah bangun sejak tadi, karena anak itu langsung merespon panggilanku dengan gumaman.

Sejak tadi pagi aku menjemputnya dari rumah sakit, tak ada pembicaraan yang berarti di antara kami berdua. Taehyun sudah tahu aku siapa, entah dari mana dia tahu. Setahuku, appa belum membicarakan soal identitas asliku kepada Taehyun, dan selama Taehyun masih mendekam di rumah sakit, aku pun enggan membuka meski ingin. Pagi tadi aku hanya memperkenalkan diriku sebagai Kang Yeonjun, dan aku berkata bahwa aku adalah anak appa dan eomma juga. Namun ekspetasiku soal respon yang akan Taehyun berikan terlalu jauh rupanya, karena nyatanya pagi itu Taehyun hanya mengangguk tanpa ekspresi dan memintaku untuk segera mengantarnya pulang.

Dan di sinilah kami sekarang; Hotel di pusat kota yang ukuran kamarnya cukup megah. Aku sengaja tidak membawanya pulang ke apartment appa, dengan alasan bahwa di sana sedang di bersihkan sekaligus di sterilkan demi kenyamanan dan keamanan Taehyun nanti. Taehyun hanya menurut. Saat baru tiba di dalam kamar, dia langsung menuju kasur dan tertidur sangat lama, mungkin perjalanan kami cukup membuatnya kelelahan. Aku memaklumi itu. Saking bosannya aku menunggu Taehyun bangun, akhirnya aku ikut tertidur juga.

Namun dalam tidurku, aku bermimpi tentang alur momentum pagi tadi yang terulang dengan garis cerita yang berbeda, dalam mimpi itu aku membiarkan intuisi negatifku berkuasa, yang menyebabkan aku kehilangan Taehyun di mimpi tersebut. Tentang segelintir ucapanku kepadanya yang membuat segalanya menjadi tidak baik-baik saja. Tentangku yang mengirim Taehyun jauh ke dalam dunia putih yang tak pernah mungkin aku gapai. Di samping aku terbangun bersama ketakutan, kesedihan, dan rasa sakit, aku juga membawa sisi kebingungan yang membuatku bertanya tentang mengapa mimpi semacam itu harus datang kepadaku di saat aku berada di ambang rasa bimbang untuk membuat Taehyun kembali kepadaku dan eomma, atau membiarkannya tetap hidup bersama orang yang paling kubenci. Tapi dari mimpi itu, aku menyimpulkan, bahwa aku ataupun appa selamanya tidak akan pernah menjadi opsi bagi seorang Taehyun.

Pada akhirnya, semua itu hanya mimpi, tapi mengapa aku merasa buruk bahkan dalam mimpiku sendiri?

Lamunanku buyar saat aku mendengar suara deru napas yang berasal dari mulut Taehyun. Aku menempelkan punggung tanganku ke ceruk lehernya, aku sedikit berjengit, sensasi panas menjalar cepat di kulitku. Sesuai dugaanku, Taehyun demam. Aku mengusap wajahku sendiri, menyeka sisa-sisa air mata yang mengering, lantas bergegas turun dari ranjang. Aku meraih tas milik Taehyun yang berbekal baju dan obat-obatan dari rumah sakit. Aku mengambil beberapa butir obat dari tube yang berbeda, beberapa jenis obat itu aku masih hafal, ada sekitar empat jenis yang sama dari yang eomma rutin konsumsi waktu itu, obat Taehyun jauh lebih banyak.

Aku melangkah menuju sisi lain ranjang, bisa aku lihat dengan jelas wajah Taehyun yang pucat dan berkeringat cukup banyak. Mata Taehyun setengah terbuka, tampak merah dan sayu. Aku mengambil segelas air di atas nakas, lantas menyodorkannya pada Taehyun yang masih berbaring menyamping dengan napas yang terdengar berat.

"Bangun dan minum obatmu dulu. Kau juga belum makan sejak siang tadi, setelah ini aku akan keluar sebentar untuk membeli makanan. Kita harus makan sesuatu." Tuturku dengan intonasi setenang mungkin.

✔ TWIN FLAME || Taehyun & HueningKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang