"Appa sudah bicara dengan mereka?"
Yeonjun datang dari arah dapur. Lelaki dengan garis wajah majestic itu baru saja selesai dengan kegiatan mencuci piring serta alat memasak yang dia pakai untuk menyiapkan sarapan pagi barusan. Dengan penuh karisma dan ketampanan paripurna, Yeonjun membuka tali ikatan apron yang tersimpul di pinggang belakangnya, lantas menggantungkan apron tersebut dengan rapi ke tempat asalnya.
Sekarang, Yeonjun benar-benar telah mengambil alih peran seorang ibu dari yang sebelumnya sempat disematkan hanya untuk Taehyun. Dan Taehyun juga tak terlihat menunjukkan sedikitpun kesan kontra atas hal tersebut. Taehyun sadar diri, dia tak lagi bebas produktif seperti dulu. Seolah renta, sekarang tubuhnya mudah lelah dan minim tenaga, bahkan Hueningkai juga pernah menghadiahkan Taehyun dan Yeonjun dengan sederet puisi jenaka yang dia buat sendiri hanya untuk dua saudaranya yang dia cinta, 'nenek tua itu semakin rentan, ajalnya sebentar lagi datang. Dipersilahkan kepada yang lebih bugar, agar meneruskan jasanya yang kuyakinkan dikenang ... ' dan setelah selesai dengan paragraf konyolnya, Hueningkai akan langsung mendapat tanda sayang berbentuk telapak kaki yang tercetak jelas di kedua sisi bokongnya. Heh~ Indahnya kekerasan dalam persaudaraan.
Dan satu-satunya tugas yang Taehyun pertahankan hanyalah menyetrika seragam sekolah milik Hueningkai, dan juga menyiapkan tas sekolah milik saudaranya setiap malam sebelum memasuki jam tidur. Selain itu, semua tugas rumah dia biarkan untuk Yeonjun hyung yang mengerjakan.
Bagaimana dengan David dan Hueningkai? Benar. Mereka tidak dapat diandalkan sama sekali. Taehyun frustasi, namun Taehyun bersyukur karena David memutuskan untuk mengadopsi Yeonjun sebagai anggota baru di rumahnya. Taehyun sangat-sangat-sangat bisa membayangkan, bagaimana jika dia mati meninggalkan David dan Hueningkai yang hidup di satu rumah sebagai dua manusia yang jauh dari kata mandiri? Mungkin tidak akan ada tempat untuk manusia berjalan karena seluruh ruangan akan dipenuhi oleh rongsok, piring dan baju kotor yang berserakan di atas meja, kursi, lantai, mungkin juga ranjang dan toilet. Ew~ Taehyun pernah membayangkan hal menjijikan semacam itu sampai satu minggu penuh -saat dirinya masih menjadi tawanan rumah sakit.
"Belum. Appa menyuruh anak-anak itu untuk menunggu di ruang tengah setelah sarapan. Tapi sekarang, mereka justru sama-sama tertidur di sofa ... " David menunjuk dua anak bungsunya yang terlelap dalam posisi tumpang tindih di atas sofa. David kini sedang mendudukkan diri di atas kursi dengan piano di hadapannya, tanpa berniat untuk menekan satu pun tuts pada piano klasik tersebut.
Yeonjun mengangguk paham, "Semalaman, mereka pasti tidak bisa tidur karena berpikir bahwa appa sedang marah." ucapnya terkikik geli.
"Kenapa kau membohongi mereka dengan berkata bahwa appa sedang sakit?" David menatap Yeonjun penuh selidik.
Pelipisnya dia garuk halus, "Aku kira, itu akan menjadi peluang untuk mereka akhirnya jujur pada appa tentang masalah sore kemarin." jelas Yeonjun yang langsung tersenyum kikuk.
Hela napas terdengar nyaring, "Selalu ada ranah privasi yang sejak kecil mereka bangun di luar otoritas appa. Dan appa sudah cukup terbiasa dengan itu, meski terkadang, appa juga memiliki hasrat ingin terlibat dalam rahasia-rahasia yang sering mereka simpan berdua." tutur David dengan intonasi yang semakin menurun.
"Apa itu hal yang wajar dalam lingkaran keluarga?" Kening Yeonjun mengerut.
David mengedikkan bahunya, "Biasanya, seorang anak akan lebih terbuka pada ibunya. Tapi, mereka tidak pernah memiliki kesempatan semacam itu. Appa tidak berhak untuk protes pada fakta bahwa yang mereka miliki hanyalah satu sama lain ... " Tangannya mulai memainkan segelintir tuts di sisi kiri, membuat irama acak mulai terdengar seperti harmoni yang memiliki aroma tanah basah.
"Jangan merasa buruk, appa. Setidaknya, mereka tidak pernah merasakan kesepian selama mereka selalu bersama."
Yeonjun mendudukkan bokongnya di kursi piano yang area kosongnya masih tersisa banyak. Tanpa berkata apapun lagi, David reflek bergeser sedikit untuk menyilahkan Yeonjun duduk di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ TWIN FLAME || Taehyun & HueningKai
Fanfiction[BUKAN LAPAK BXB!] [100% FIKSI] Satu peti, satu jiwa, dua raga. ••• Yang mereka suguhkan bukanlah fantasi, bukan pula komedi. Berharap inspiratif, justru ironi yang terjadi. Terima saja apa adanya si kembar sial yang terikat dalam silang sengkarut a...