TCR-1

2.7K 93 12
                                    

"Baru saja bertunangan, tapi harus di tinggal LDR lagi!" keluh wanita berusia 23 tahun, yang menatap cincin di jari manisnya.

Dua hari lalu, wanita berusia 23 tahun itu baru saja bertunangan dengan pria yang berusia satu tahun lebih tua darinya. Mereka menjalin hubungan sudah sangat lama, sejak duduk di bangku SMA. Setelah keduanya lulus dan sama-sama mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan di kota yang berbeda, akhirnya mereka memutuskan untuk mengikat cinta mereka dalam sebuah pertunangan. Mereka belum mau menikah dalam waktu dekat, karena keduanya masih sama-sama ingin menikmati masa lajang, jadi pernikahan mereka belum tersusun.

Apalagi, kekasihnya masih perlu bekerja keras untuk mengumpulkan biaya pernikahan mereka. Ya, walaupun ia selalu bilang jika untuk biaya menikah bisa di tanggung berdua, kekasihnya malah menolak dan ingin mengumpulkannya sendiri. Terkadang, ia juga berpikir, ingin segera menikah dan hidup bersama tanpa perlu tinggal berjauhan seperti sekarang ini.

"Ciee, yang habis bertunangan, wait ... kenapa wajahmu terlihat kesal?" goda Silvi, teman satu ruangannya. "Ada apa memangnya, Ray?" tambahnya lagi.

Wanita yang baru saja bertunangan itu bernama Raya Fatarisa. Anak pertama dari pasangan Reynald Pratama dan Fatma Fadillah. Seorang wanita berusia 23 tahun yang beruntung menjadi seorang sekretaris di perusahaan ternama, di bawah pimpinan Abimanyu Rafandi. Seorang CEO muda berusia 25 tahun yang sedikit menyebalkan, dan terkadang membuat Raya stres.

"Siapa yang tidak kesal mbak, kami baru saja bertunangan kemarin. Tapi, pagi ini Mas Arya harus ke makassar lagi," sungutnya, dan Silvi tertawa.

"Astaga, LDR lagi dong Ray?"

Raya mengangguk lemas. "Ya ... begitulah,"

Silvi menghela napas pelan, kemudian menepuk bahu Raya. "Positive thinking saja Ray. Arya kan memang harus bekerja keras, untuk biaya nikah. Kamu tahu sendiri kan, biaya nikah itu mahal," tutur Silvi.

Ucapan Silvi memang ada benarnya, tapi Arya tidak harus langsung pergi ke makassar setelah pertunangan mereka. Ah, Raya tiba-tiba saja menjadi sangat kesal mengingat bagaimana dengan santainya Arya meneleponnya jika pria itu sudah di bandara dan akan kembali ke Makassar.

"Kenapa lagi?" tanya Silvi, yang melihat wajah Raya yang terlihat semakin kesal.

"Tapi kan, tetap saja mbak. Apa Arya tidak bisa meminta izin ke perusahaannya?" sungutnya kesal.

"Raya ... Raya .... " kekehnya geli. Silvi tahu betul sebesar apa Raya merindukan Arya, dan sebesar apa Raya mencintai Arya. Karena mereka sudah lama menjalani LDR dengan posisi Arya yang bekerja di makassar, dan jarang sekali bertemu. Dan sekarang, mereka hanya bertemu di hari pertunangan mereka, dan kemudian berpisah lagi karena urusan pekerjaan masing-masing.

"Sabar ya, Ray .... " ucap Silvi.

Raya mengerang kesal. "Kenapa Arya tidak menikahiku sekarang saja sih!" ujarnya kesal.

Silvi kembali tertawa, Raya dan ocehannya memang selalu membuatnya tertawa. "Raya berisik ih!" ujar Silvi.

"Aku sedang kesal mbak," rengeknya.

"Saya malah lebih kesal!" ujar seseorang, yang membuat Raya dan Silvi saling berpandangan satu sama lain.

Damn! Mereka tahu, jika suara itu milik Abimanyu Rafandi. Ceo di tempat mereka bekerja, yang memiliki temperamen yang sangat buruk!

"Sepertinya pembicaraan kalian sangat seru ya. Sampai-sampai, Raya tidak menjawab panggilan telepon dari saya!" ujarnya.

Raya memejamkan kedua matanya, sedangkan Silvi kembali ke tempat duduknya. Raya segera mengecek ponselnya di dalam tas, ada lima panggilan tak terjawab dari Abimanyu, dan ponselnya yang di mode silent. Raya berdecak pelan, mati sudah!

Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang