TCR-29

713 56 4
                                    

Abimanyu tidak memedulikan ibunya, ia berlari mengejar Raya yang pergi keluar bersama dengan Aletta. Ia lupa, jika hari ini mereka berjanji akan pergi kencan. Sial! Raya pasti kembali terluka, dan merasa di khianati untuk kedua kalinya.
Abimanyu memaki dirinya sendiri. Mengapa ia begitu sangat bodoh? Bagaimana jika Raya—ah, Abimanyu tidak sanggup membayangkannya.

"Raya stop! Raya!" teriak Abimanyu, sembari mengejar sosok Raya.

Tapi Raya terus berjalan dengan cepat bersama Aletta. Ia berlari sampai akhirnya berhasil menggapai lengan Raya.

"Raya, aku minta maaf--"

"Lepas!" serunya dingin.

"Ray--"

"Pak, tolong lepaskan tangan saya. SAYA  BILANG LEPAS!" teriaknya.

Abimanyu terpaksa melepaskan tangannya pada Raya.

Raya tampak melihat ke arah Aletta, "Pergilah lebih dulu, aku akan segera menyusul." katanya.

Meski ragu, Aletta akhirnya menurut.

Sekarang ia dan Abimanyu saling berhadapan. Wajah pria itu terlihat sangat menyesal, dan Raya menatapnya dengan tatapan kecewa. Bagaimana bisa semudah itu Abimanyu melupakan janjinya?

"Raya--'

"Kita selesai!" ujarnya.

Abimanyu menggeleng, lalu menatap Raya dengan sedih. "Raya plis, dengar dulu--"

"Pak. Saya mohon, hubungan kita sudah selesai. Jangan lagi--"

"Raya--"

Raya mendengkus. "Hari ini, kita berjanji untuk pergi kencan. Saya bahkan sangat menantikannya, tapi bapak pergi begitu saja tanpa menjelaskan apa pun, dan sekarang bapak membawa seorang wanita ke apartemen bapak. Apakah saya memang tidak penting bagi bapak?"

Raya sempat datang ke rumah Abimanyu, berharap pria itu berada di rumah. Tapi, begitu ia sampai ke sana, justru Sania dan Aletta menanyakan keberadaan Abimanyu kepadanya. Lalu, Sania mengajaknya pergi ke apartemen Abimanyu untuk mengambil barang miliknya dan Aletta yang tertinggal.

Selama dalam perjalanan menuju ke apartemen kekasihnya, ia merasa jika ia tidak banyak tahu mengenai apa pun dari kekasihnya. Ia bahkan tidak tahu, jika Abimanyu memiliki apartemen. Ketika sampai di sana, betapa terkejutnya ia ketika melihat Abimanyu berada di dalam apartemen bersama dengan wanita lain, dan wanita itu adalah Dokter Gia, sang mantan kekasih dari Abimanyu.

Semuanya terasa semakin jelas, jika dirinya memang tidak pernah penting di hidup Abimanyu.

Apa memang sejak awal Abimanyu tidak pernah memiliki perasaan apa pun kepadanya?

Atau kah Abimanyu hanya menjadikannya pelampiasan?
Hah, sungguh menyedihkan sekali kisah percintaannya.

Abimanyu mengusap wajahnya dengan kasar. "Bukan begitu Ray, tadi Gia--"

"Dokter Gia hebat ya. Bahkan setelah ia meninggalkan bapak, ia masih menjadi prioritas untuk bapak." katanya getir. "Sekarang saya sadar, bahwa sedari awal saya hanyalah pelarian. Bapak masih menyimpan cinta untuk Dokter Gia, benar kan?"

"Raya, aku minta maaf.” sesalnya, sembari menggelengkan kepalanya. Demi Tuhan, ia mencintai Raya dengan sangat tulus. Bukan karena ingin menjadikan wanita itu sebagai pelarian. Dalam hal ini, Abimanyu juga mengaku salah. Karena ia melupakan janji kencannya dengan Raya, karena mendapatkan telepon dari Gia. Padahal mereka berdua sudah sangat menantikan hal itu.
Mendengar Raya yang berbicara dengan nada dingin, dan menyebut dirinya dengan kata ‘saya’ dan memanggil Abimanyu dengan ‘Bapak’ benar-benar membuatnya sangat sakit.
Ia memang brengsek, karena sudah menyakiti hati orang yang ia cintai.
"Pak, tidak usah meminta maaf. Ini semua salah saya, seharusnya saya tidak mudah membuka hati lagi.” lirihnya, sembari menghapus air mata di wajahnya.

Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang