TCR-26

783 61 2
                                    

Raya benar-benar terkejut dengan kedatangan Abimanyu yang tiba-tiba. Pria itu sebelumnya tidak pernah memberitahukan kepadanya  jika ia akan datang.

"Mas? Ada apa?" tanyanya dengan panik.

Lalu tak lama, seluruh keluarganya bersorak heboh. Membuat Raya langsung memeluk Abimanyu untuk menyembunyikan wajahnya yang merona.

Damn!

Ia lupa jika di rumah ini bukan hanya ada dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa memanggil Abimanyu dengan sebutan 'Mas' ?

"Jangan panik seperti itu. Nak Abi sudah menjelaskannya.” ujar Ryan Haryanto, sang ayah.

Raya melepaskan pelukannya dari Abimanyu, dan menatap pria itu. "Kamu serius?"

Abimanyu mengangguk, dan mencolek hidung Raya. "Iya sayang.”atanya.

"Mas Abi .... " rengeknya. Ia benar-benar malu, kenapa Abimanyu menunjukkan kemesraannya di hadapan keluarganya?

"Kami tahu, Nak Abi adalah orang yang baik. Tapi sekali lagi, kami meminta agar Mas Abi tidak menyakiti Raya.” pesan Bianca, sang ibu.

Abimanyu mengangguk, "Pasti tante, aku berjanji tidak akan pernah menyakiti Raya.” janjinya.

Ryan Haryanto, dan Bianca mengangguk. Mereka percaya, jika Abimanyu tidak akan menyakiti Raya.

"Ciee ... Ciee .... " goda Arabella, yang membuat wajah sang kakak kembali memerah.

Sang ayah mengusap pucuk kepala putrinya, sembari terkekeh pelan. "Nak Abi sudah izin, jika ia akan membawamu ke rumahnya. Orang tua Nak Abi, ingin bertemu.”

Tatapan Raya beralih kepada Abimanyu. "Sungguh?"

Abimanyu mengangguk.

Raya tiba-tiba menjadi ragu, dan sedikit takut. Ia bertanya-tanya dalam hati, ada apa gerangan sampai keluarga Abimanyu ingin bertemu dengannya?

Abimanyu menggenggam lengan Raya, "Jangan khawatir. Kamu akan baik-baik saja.” katanya menenangkan.

"Tapi Mas--"

"Percaya padaku!" serunya.

Akhirnya Raya hanya bisa mengangguk pasrah.

"Pergilah, ayah dan ibu mengizinkan.” kata sang ibu.

Raya mengangguk, dan menyalami lengan kedua orang tuanya, ia juga mengecup pipi Arabella sebelum akhirnya ia dan Abimanyu pamit pergi.

"Kami pamit ya, om, tante.” pamit Abimanyu.

"Iya, hati-hati ya.” pesan kedua orang tua Raya.

Pasangan muda itu mengangguk, dan meninggalkan kediaman mereka.

"Mas, apa benar tidak apa-apa?" tanya Raya setelah ia dan Abimanyu berada di dalam mobil.

Abimanyu mengangguk. "Iya sayang. Kamu tidak perlu khawatir, mami dan papi sudah membolehkan kita untuk berpacaran.” paparnya, dengan wajah yang berseri-seri.

Raya memandang Abimanyu dengan serius. "Sungguh?"

"Iya sayang.” katanya sembari meraih tangan Raya dan mengecupnya.

Raya dan Abimanyu sama-sama sangat senang, hingga kedua mata Raya berkaca-kaca.

"Syukurlah, aku takut jika keluargamu tidak memperbolehkannya.”

Abimanyu masih menahan tangan Raya di bibirnya. "Aku bisa mati, jika papi tidak memperbolehkannya."

Raya terkekeh pelan, Abimanyu melepaskan tangan Raya di bibirnya. Lalu, tanpa ia duga, Raya meraih wajahnya dan memberikan kecupan singkat pada bibir Abimanyu.

Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang