TCR-23

706 67 5
                                    

Keesokan harinya, Raya kembali bekerja seperti biasanya. Abimanyu benar-benar berhenti untuk menarik hatinya, seharian ini pria itu hanya mengiriminya pesan teks mengenai pekerjaan. Jika mereka berpapasan pun, pria itu seolah tidak melihat kehadirannya.

Bahkan, saat meeting pun pria itu hanya bersikap profesional kepadanya selayaknya rekan kerja, seolah tidak pernah terjadi apa pun di antara mereka berdua.

Raya menghela napas pelan, sekarang ia menjadi tidak mood untuk melakukan apa pun.

Sosok Abimanyu menghampiri meja kerjanya. "Tolong telepon restoran korea, buat reservasi atas nama saya. Saya akan bertemu dengan seseorang di luar. Oh ya, jangan lupa cek semua dokumen di atas meja saya.” katanya. Seolah tidak memberi jeda untuknya berbicara.

"Kamu mendengarnya Raya?"

Raya mengangguk, "Baik pak.” Ia segera menghubungi restoran korea yang dekat dari sini, dan membuat reservasi atas nama Abimanyu.

"Sudah selesai?" tanyanya.

"Sudah, pak. Lantai atas, meja nomor 76.” Jawabnya.

Abimanyu mengangguk, lalu berjalan memasuki ruangannya.
Lagi-lagi Abimanyu hanya berbicara kepadanya mengenai hal yang di rasa sangat penting untuknya. Hatinya mendadak berdenyut sakit, sosok Abimanyu sekarang sama seperti Abimanyu yang pertama kali di lihatnya. Dingin, dan menyeramkan bak iblis.

Sekarang, semuanya sudah berakhir. Abimanyu benar-benar telah menyerah kepadanya.

"Permisi!"

Tiba-tiba saja sosok wanita muda kira-kira berusia 20 tahunan, sudah berdiri di depan meja kerjanya.

"Ya? Maaf, anda siapa ya?"

Wanita muda itu menghela napas, "Namaku Aletta, dan ingin bertemu dengan Abimanyu. Apakah ia ada di ruangannya?"

"Oh, maaf apakah anda sudah ada janji sebelumnya?"

Wanita muda itu menggebrak meja kerja Raya dengan keras, membuat sekretaris Abimanyu itu terkejut di buatnya. "Ayolah. Apa aku harus membuat janji untuk menemui kekasihku sendiri?" ucapnya dengan emosi yang menggebu-gebu.

Raya terkejut. Napasnya tercekat, wanita ini baru saja bilang jika ia adalah kekasih Abimanyu? Jika memang begitu, kenapa Abimanyu berusaha untuk mendekatinya?

"Maaf--"

"Ah, sudahlah. Aku akan memastikannya sendiri!" ujarnya. Lalu wanita itu menerobos masuk ke ruangan Abimanyu.

Raya mengejar wanita itu, tapi tiba-tiba saja langkahnya terhenti di ambang pintu, saat wanita itu memeluk Abimanyu, dan pria itu juga membalas pelukan itu.

"Kenapa kamu kemari? Bukankah kita akan berjanji bertemu di restoran saja?" kata Abimanyu dengan tutur kata yang begitu lembut.
Sakit sekali rasanya perasaan Raya. Tutur kata lembut itu di ucapkan kepada perempuan lain.
"Ayolah, aku sudah sangat merindukanmu.” rengek wanita itu.

Kemudian tatapan ia dan Abimanyu bertemu. Pria itu memalingkan tatapannya lagi ke arah lain, seolah memang tidak ingin menatap wajahnya.

Lalu, Abimanyu melepaskan pelukan wanita itu.

"Ada apa Raya?" tanya Abimanyu, dengan wajah yang kembali datar.

Raya berdeham. "Ah, maaf pak. Orang ini tiba-tiba--"

"Tidak apa-apa. Lain kali, jika orang ini datang ke kantor, jangan halangi dia ya.” katanya.

Raya mengangguk, dengan hati yang meradang. Kenapa rasanya sesakit ini?

Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang