"Kamu kenapa Ray?" tanya Abimanyu, saat ia tengah menyetir menuju rumah Raya sepulang meeting.
"Kamu sedang tidak enak badan?" tanyanya lagi.
Sedari tadi sejak pulang dari meeting, selama dalam perjalanan, Raya memang banyak diam, dan membuat Abimanyu bertanya-tanya.
"Ray?" panggil Abimanyu.
Raya menghela napas pelan, "Saya tidak apa-apa pak," singkatnya.
"Terima kasih, untuk tumpangannya," ucap Raya yang bergegas melepas sabuk pengamannya.
Setelah meeting selesai, Abimanyu memang mengantar Raya pulang. Mengingat ini sudah pukul 10 malam, ia takut sampai terjadi apa-apa kepada Raya, jika membiarkan Raya pulang sendiri menaiki kendaraan umum.
"Tunggu!" ujar Abimanyu, pria itu tampak menoleh ke jok belakang mobilnya dan mengambil sebuah papper bag kecil.
"Ini untukmu," ucapnya.
Raya menolak, "Tidak perlu pak, saya akan segera keluar,"
Abimanyu menahan tangannya yang hendak membuka pintu mobilnya, "Ini pemberian dari Mr. Chen, ia bilang ini untukmu!" ucap Abimanyu.
Raya terdiam sejenak, dan kemudian ia teringat jika Mr. Chen adalah salah satu klien yang hari ini bertemu dengan mereka berdua. Mr. Chen memang orang yang sangat baik dan juga humoris, jujur saja Raya juga nyaman selama meeting dengannya.
"Thanks," ucapnya, kemudian ia mengambil papper bag kecil itu dari Abimanyu.
Abimanyu mengangkat bahu acuh, "You're wellcome. Cepat masuk sana!" titah Abimanyu.
Raya mengangguk, memakai tasnya dan membuka pintu mobil Abimanyu. Tapi lagi-lagi Abimanyu menghentikan langkahnya. "Tunggu dulu!" seru Abimanyu.
"Kenapa lagi pak?" ucap Raya dengan jengah. Kenapa sih dengan Abimanyu ini?
"Charger ponselmu tertinggal," katanya.
Raya menghela napas pelan, astaga ia lupa jika meminjamkan charger miliknya kepada Abimanyu.
"Oke, sudah ya. Saya mau masuk dulu," pamitnya.
Abimanyu mengangguk pelan, begitu Raya sampai di depan rumahnya seorang gadis tampak membukakan pintu untuknya.
"Mbak Raya baru pulang?" tanyanya.
Raya mengangguk, kemudian masuk ke dalam rumah. Sedangkan gadis itu berdiri menatap Abimanyu yang belum pergi.
"Mas!" Bella berteriak memanggil Abimanyu yang masih belum pergi.
Abimanyu hanya membalas dengan lambaian tangan. Tanpa sepengetahuan orang rumah, Bella keluar dan menghampiri Abimanyu.
"Mas, adalah orang yang video call dengan Mbak Raya, kan?" tanya Bella.
Abimanyu mengangguk, "Ah, iya. Kamu adiknya Raya?"
Bella mengangguk, "Mas menyukai mbak Raya ya?" tuduh Bella.
Abimanyu tampak berdeham, wajahnya mendadak memerah. Selain malu karena adiknya Raya memergoki ia dan Raya yang melakukan video call sampai tertidur, dan sekarang adik Raya itu malah kembali menanyakan hal yang membuatnya terkejut. Beruntung, sosok Raya tampak keluar dari rumah, dan menghampiri Bella.
"Bella, masuk!" titahnya. Kemudian ia melirik Abimanyu, "Bapak juga pulang sana, saya tidak mau warga kompleks ini menyebarkan gosip yang buruk tentang saya," ucapnya.
Abimanyu mengangkat bahu, "Saya memang mau pulang sekarang," balasnya dengan jutek, seperti biasa.
"Ya sudah, pulang saja!" sungutnya.
"Kamu kenapa sih, sepertinya benci sekali kepada saya?"
"Saya tidak membenci bapak," jawab Raya.
"Mbak, ayo masuk. Sebelum ayah tahu jika kita di luar," lerai Bella.
Bella menatap Abimanyu dan meminta Abimanyu pergi dengan tatapannya, jika tidak kakaknya pasti akan terus memarahinya.
Abimanyu menghela napas pelan, kemudian bergegas memasuki mobilnya dan beberapa saat kemudian ia telah meninggalkan halaman rumah Raya.
"Ayo masuk!" ajaknya.
Bella mengekori langkah sang kakak, "Mbak, Mas yang tadi itu bosnya mbak, ya?" tanya Bella.
Raya bergumam pelan, "Kenapa? Kamu menyukainya?" tanya Raya.
Bella mendengkus kasar, "Dia terlalu tua untukku, dia itu pantasnya dengan mbak,"
Raya merangkul bahu adiknya, "Mbak kan sudah bertunangan Bell," ucapnya.
Bella mengangkat bahu, "Yaa kan siapa tahu, mbak berubah haluan," ucapnya, sembari berlari meninggalkan sang kakak yang tengah tertawa menanggapi ucapannya barusan.
"Awas ya kamu!" serunya, lalu ia ikut berlari mengejar sang adik.
🍂🍂🍂
Hari ini, hubungan Raya dan Bella semakin membaik karena hal kemarin. Tadi pagi juga, ia dan Bella pergi untuk joging bersama. Mereka mulai melakukan hal yang sama sekali tidak pernah mereka lakukan sebelumnya. Kebetulan hari ini adalah hari minggu, jadi Raya dan Bella bisa bermain seharian.
Raya tiba-tiba menepuk dahinya. Astaga, bagaimana bisa ia lupa jika hari ini ia harus ke bandara, menjemput Arya.
"Raya? Kamu kenapa?" tanya sang ibu.
Bella ikut menatap Raya.
"Raya lupa, jika hari ini Mas Arya ke jakarta. Raya harus ke bandara," katanya.
"Astaga Raya, bagaimana kamu bisa lupa?"
Raya hanya tersenyum, kemudian bergegas menuju kamarnya. Ia harus bersiap, dan tidak boleh menunggu Arya kesal karena menunggunya. Ia segera berganti pakaian dan mengenakan make up tipis. Demi tuhan, meski sudah lama menjalin hubungan dengan Arya, ia masih saja merasa sangat gugup. Apalagi, kali ini Arya benar-benar menepati janjinya untuk ke Jakarta saat hari libur.
Raya memandang pantulan dirinya di cermin, kemudian tersenyum dan langsung meraih tas selempangnya.
"Ma, Bell, Raya pergi dulu ya," pamitnya.
Sang ibu, dan juga adik mengangguk.
"Hati-hati di jalan, Nak," pesan sang ibu.
"Hati-hati di jalan, mbak," tambah Bella.
Raya mengangguk, dan kemudian bergegas keluar rumah. Menunggu driver ojek online, yang akan mengantarnya ke bandara. Tapi, tiba-tiba saja ponselnya berdering, dengan nama Abimanyu yang tertera di layar ponselnya.
Raya berdecak pelan, sembari menunggu sang driver ojek online itu datang, ia menjawab panggilan dari Abimanyu.
"Kamu di mana?" tanya Abimanyu.
Raya berdecak pelan, "Ada apa pak? Ini kan hari minggu,"
"Saya tanya, kamu di mana?"
"Pak, ini hari minggu. Waktunya saya beristirahat," katanya dengan nada kesal.
Terdengar dengusan kasar dari Abimanyu, "Kamu di mana Raya? Tolong jangan membuat saya marah!" hardiknya.
Raya tidak menjawab, ia sangat malas mendengarkan ocehan bosnya tersebut. Lagi pula, ini hari minggu dan ia memiliki kepentingan yang mendesak. Sepertinya Abimanyu memang tidak bisa melihatnya bersantai sedikit.
"Raya, hari ini Mr. Chen ingin membahas proyek kerja sama kita. Jadwalnya di majukan hari ini, besok beliau sudah harus pergi kembali ke negaranya. Kamu mendengarkan ucapan saya?"
Raya menghela napas pelan, "Pak, tapi saya-"
"Cukup katakan, di mana posisi kamu sekarang? Saya akan jemput kamu. Semua bahan sudah saya bawa, kamu hanya perlu ikut," tegas Abimanyu.
Raya mengepalkan tangannya dengan erat. "Pak, bisa tidak sekali saja bapak membiarkan saya bersenang-senang?" ucapnya dengan nada sedikit sedih.
Tidak ada jawaban dari Abimanyu selama beberapa saat.
"Ya sudah, terserah kamu. Silakan lakukan apa pun yang kamu inginkan. Sial! Waktu saya sudah banyak terbuang!" ujarnya, lalu sambungan telepon itu terputus secara sepihak.
Raya dilema. Ia sedikit menyesal saat mengeluh soal Abimanyu yang meneleponnya tiba-tiba, ia juga tahu proyek dengan Mr. Chen adalah hal yang sangat penting, tapi Arya juga penting.
Ting!
Raya melihat ponselnya, ada sebuah pesan masuk dari Abimanyu.
From: Abimanyu Setan!
Letakkan surat resign kamu besok di meja saya. Saya tidak butuh seseorang yang tidak kompeten seperti kamu.
Ya Tuhan, rasanya Raya ingin menangis. Kali ini, Abimanyu benar-benar sangat marah kepadanya. Jika ia memilih pergi dengan Abimanyu, lantas bagaimana dengan Arya?
Raya memijat pelipisnya, kemudian menghubungi Abimanyu kembali. Ia memutuskan untuk ikut dengan Abimanyu, dan mengirimkan pesan singkat kepada Arya yang berisi permintaan maafnya karena tidak bisa menjemput Arya.
"Saya sudah berada di depan rumah saya, pak. Bapak bisa menjemput saya sekarang," kata Raya begitu panggilannya di jawab oleh Abimanyu.
Terdengar helaan napas dari Abimanyu, "Oke, saya sedang on the way,"
Raya lantas memutuskan sambungan teleponnya dan tak lama kemudian sosok Abimanyu datang, bersamaan dengan driver ojek online yang sebelumnya telah ia order.
Abimanyu keluar dari mobilnya, menatap Raya dengan wajah yang terlihat sedikit senang. Kemudian ia terkejut saat melihat sosok driver ojek online yang berada di depan rumah Raya.
"Kamu pesan ojek online?" Abimanyu bertanya dengan kening yang sedikit berkerut.
Raya menganggukkan kepalanya, "Ya, karena awalnya saya akan pergi menemui Arya ke bandara," katanya.
Abimanyu tidak menatap Raya lagi, ia menatap kepada driver yang terlihat masih muda.
"Mas, maaf ya. Mbak ini tidak jadi pergi naik ojek, dia akan pergi dengan saya,"
"Bagaimana sih mas? Saya kan sudah jauh-jauh," sungut sang driver.
"Tidak apa-apa pak, saya akan berikan bapak tip," kata Raya.
Tapi Raya kalah cepat, Abimanyu telah lebih dulu membuka dompet miliknya dan memberikan selembar uang seratus ribu rupiah kepada sang driver tersebut.
"Pak, kenapa bapak yang membayar?" protes Raya.
Abimanyu mengangkat bahu, tidak menjawab pertanyaan Raya. "Maaf ya mas," katanya kepada sang driver.
"Oke mas, lain kali tolong jangan seperti ini lagi ya," kata sang driver.
Abimanyu mengangguk, kemudian sang driver itu pergi meninggalkan kediaman Raya.
"Ayo masuk, Mr. Chen sudah menunggu!" serunya.
Raya menghela napas pelan, kemudian mengekor di belakang Abimanyu untuk memasuki mobil.
Meski sebenarnya hati dan pikirannya masih tertuju kepada Arya, tapi saat ini ia harus memilih untuk mengikuti Abimanyu, mengingat Mr. Chen adalah partner kerja yang sangat baik dengan perusahaan mereka, dan juga partner kerja yang sangat penting untuk perusahaan mereka.
"Terima kasih, saya tahu kamu sedang kesal kepada saya," Abimanyu tiba-tiba membuka pembicaraan di tengah-tengah perjalanan.
Raya mengangguk pelan, "Saya akan mengganti uang bapak tadi," kata Raya.
Tiba-tiba saja Abimanyu tertawa.
"Pak, bapak pikir saya bercanda?" kesal Raya.
Abimanyu menggelengkan kepalanya, "Tidak. Saya tidak berpikir kamu sedang bercanda, sudahlah jangan ganti uang itu. Anggap saja itu bonus dari saya, karena saya sudah mengganggu hari libur kamu," jelasnya.
"Bapak tidak sedang merencanakan sesuatu kan?" tuding Raya.
Abimanyu kembali tertawa, "Astaga Raya. Kamu pikir, saya orang seperti itu?"
Raya berdeham, "Ya, namanya hati manusia, siapa yang bisa menebak?"
"Raya ... Raya ... Kamu itu kenapa sih, curiga terus dengan saya?" ucap Abimanyu, sembari mengusap kepala Raya.
Kemudian keduanya mendadak terdiam, Abimanyu berdeham dan menarik tangannya yang berada di kepala Raya, dan selama perjalanan keduanya sama-sama tidak ada yang membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓
Ficción GeneralRaya Fatarisa telah bertunangan dengan Arya Purnama, yang merupakan kekasihnya sejak SMA. Namun, tiba-tiba saja hubungan mereka mulai merenggang, akibat kurangnya komunikasi, dan Arya yang sangat sibuk bekerja di luar kota membuat Raya kesulitan unt...