TCR-27

721 59 1
                                    

Pagi ini, suasana hati Abimanyu terlihat sangat cerah. Ia bahkan menyapa semua orang yang berpapasan dengannya di kantor, apalagi jika bukan karena sepulang kerja nanti ia akan pergi berkencan untuk yang pertama kalinya setelah dua minggu menjalin hubungan dengan Raya.

Keduanya merasa lega karena telah mendapatkan restu dari kedua orang tua mereka untuk menjalin hubungan. Tapi, mereka belum menunjukkan hubungan mereka terang-terangan di kantor, karena Raya memang tidak ingin terlalu membicarakan hubungan mereka dengan heboh. Mungkin, Raya akan memberitahu Silvi lebih dulu, dan sisanya membiarkan yang lain tahu dengan seiring berjalannya waktu.

Raya, wanita itu tidak ada di mejanya. Wanita itu tengah bercerita kepada Silvi jika ia dan Abimanyu tengah menjalin hubungan.

"Apa?" teriaknya.

Raya langsung panik, dan meminta Silvi untuk mengecilkan volume suaranya. "Mbak!" serunya.

Silvi berdecak, sembari menatapnya dengan kesal. "Jadi, pada akhirnya kamu menjilat ludahmu sendiri, eh?" ejeknya.

Raya tertawa pelan, "Ayolah mbak, jangan mengejekku." katanya.

Ayolah, Silvi masih ingat bagaimana wanita di hadapannya ini mengatakan jika ia tidak sudi menjalin hubungan dengan Abimanyu, dan bahkan ia juga mengatakan bahwa ia akan gila jika sampai berhubungan dengan Abimanyu. Ck, anak ini mendapatkan karmanya ternyata.

"Jadi, sudah berapa lama?" tanyanya.

"Kami mulai dekat, saat Arya mengaku telah menikah.” jelasnya.

Silvi ingat, jika Raya pernah menceritakannya. "Orang tua Abi bagaimana? apa jangan-jangan mirip seperti di drama Korea, mereka memberimu uang dalam jumlah banyak untuk meninggalkan putra mereka?"

Raya tertawa, "Tidak mbak! Orang tua Mas Abi justru sangat baik. Oh ya, sepulang kerja nanti kami akan berkencan.”

Wajah Silvi berseri, ia senang melihat Raya telah bahagia bersama pria yang tepat. "Wah, pantas saja, kelakuan Abimanyu sangat aneh pagi ini. Ternyata, kalian akan pergi kencan.”

Raya terbahak, ia juga tahu jika hari ini wajah kekasihnya itu tampak sangat cerah dan berseri. Mungkin itu terlihat sangat aneh, tapi bagi Raya itu justru sangat lucu dan menggemaskan. Kapan lagi kekasihnya yang irit ekspresi saat di kantor itu, terlihat begitu sangat ceria.

"Ah sial! kenapa ya aku baru menyadari, jika Abimanyu sering memanggilmu ke ruangannya setiap jam makan siang," gerutunya. "Aku benar-benar ketinggalan banyak info lho!”

Raya lagi-lagi tertawa. Ia dan Silvi kembali membicarakan banyak hal, hingga akhirnya mereka berpisah saat sudah saatnya mulai bekerja.

"Raya! kita langsung ke ruangan meeting! " perintah Abimanyu.

Raya mengangguk, dan mengekori Abimanyu ke ruang meeting. Kemudian Abimanyu langsung menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan meeting hari ini. Seperti biasa, mereka mencoba profesional saat bekerja, Abimanyu tetap dengan sosok dirinya yang bossy dan berwibawa, dan Raya sebagai sosok yang sigap dan dapat mengimbangi Abimanyu dalam hal pekerjaan.

Beberapa lama kemudian, akhirnya meeting  itu selesai, semua orang mulai meninggalkan ruangan tersebut, hanya tersisa Abimanyu dan Raya yang tengah membereskan dokumen di atas meja.

Tiba-tiba saja pria itu, berdiri di belakang tubuhnya dengan tangan yang memeluk perut Raya.

"Mas!" pekik Raya.

Abimanyu mengulum senyum, dan mengecup pipi Raya.

"Mas!" lagi-lagi Raya memekik. Ya Tuhan, Abimanyu benar-benar gegabah!

"Bagaimana jika ada yang melihat kita?" katanya panik, sembari membalikkan tubuhnya.

Kini keduanya saling berhadapan. "Memangnya kenapa? Toh, sekarang kita tidak perlu--"

"Mas, astaga! Tapi ini di kantor. Mas sudah gila ya?"

Abimanyu tertawa, sekali lagi mengecup pipi kekasihnya. "Iya, aku sudah gila. Bagaimana jika kita berkencan sekarang saja?"

Raya memijat pelipisnya. Pusing dengan tingkah Abimanyu. "Mas--"

Kini giliran Abimanyu yang tertawa, "Bercanda sayang. Kamu lucu sekali saat marah." godanya.

Sialan! Abimanyu ini benar-benar terus membuat jantungnya berdebar setiap hari.

"Ayo kembali!" serunya, sembari meninggalkan ruangan itu terlebih dahulu.

Sementara, Raya tengah sibuk menormalkan detak jantungnya yang terus berdetak karena tingkah Abimanyu barusan.

🍂🍂🍂

Seharian ini, baik Raya mau pun Abimanyu keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaannya. Raya bahkan makan siang bersama dengan Silvi tadi siang. Karena Abimanyu yang begitu sangat sibuk.

Pria itu bilang, ia sengaja menyibukkan diri agar bisa pulang lebih cepat dan langsung pergi berkencan dengannya.

Tiba-tiba saja ponsel Abimanyu berdering, ia yang tengah membahas pekerjaan dengan Raya di ruangannya, tiba-tiba saja mengangkat teleponnya.

"Ada apa Gia?" katanya saat berhasil menjawab panggilan dari Gia.

Raya terdiam, ia melihat raut wajah khawatir dari Abimanyu.

"Kamu dimana sekarang? Gia! Kamu mendengarku?" nada bicara Abimanyu terdengar sedikit putus asa.

Raya berpikir, apakah Gia baik-baik saja? Tapi, dadanya sedikit berdenyut, saat melihat ekspresi di wajah Abimanyu. Terlihat jelas, jika Abimanyu masih sangat peduli kepada mantan kekasihnya tersebut.

"Gia, tetap di sana oke. Aku akan segera datang!" ujarnya, lalu ia memutuskan sambungan teleponnya.

Tanpa melirik sedikit pun kepada Raya, pria itu langsung pergi seolah sosok dirinya tidak pernah ada di dalam ruangan pria itu.

"Kita akan pergi kencan hari ini, tapi sepertinya urusan Gia lebih penting bagimu .... “ lirihnya sembari mengepalkan kedua tangannya, menahan hati yang mulai terasa begitu sangat sesak.

Ia tahu, jika di antara Abimanyu dan Gia sudah tidak ada hubungan apa pun. Tapi, melihat wajah khawatir Abimanyu, hatinya terasa sangat sakit.
Apakah boleh ia berpikiran kekanak-kanakan begini menyangkut orang yang ia sayangi?

Apakah Abimanyu juga akan melakukan hal yang sama, jika ada sesuatu yang terjadi kepadanya?

Raya melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, yang sudah menunjukkan pukul empat sore, yang berarti jam pulang sudah tiba.

Ia menghela napas, menutup dokumen di atas meja, dan meletakkannya ke atas meja kerja Abimanyu.

Raya akan pulang sendiri, dan acara kencan mereka sudahlah pasti batal karena Abimanyu lebih memilih Gia ketimbang dirinya. Jujur, perasaannya merasa tidak tenang, bagaimana pun ia pernah di khianati oleh orang yang sangat ia percayai.
Apakah nanti Abimanyu juga akan melakukan hal yang sama dengan Arya?

Raya menggeleng, lantas keluar dari ruangan Abimanyu dengan pelan. Ia akan pulang sendiri, meski rasanya malam ini ia tidak akan tidur dengan nyenyak karena Abimanyu yang pergi entah ke mana tanpa berpamitan kepadanya.

Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang