"Mbak, aku pulang duluan ya..." pamit Raya pada Silvi yang tampaknya akan lembur di kantor.
"Iya Ray. Hati-hati ya di jalan," ucap Silvi yang sibuk menatap laptop miliknya.
Raya menghela napas pelan, kemudian melangkah keluar dari kantor. Abimanyu benar-benar membuatnya sangat kesal, sebelumnya Abimanyu menyuruhnya menyelesaikan semua pekerjaannya yang tertunda itu hari ini juga. Tapi, secara tiba-tiba Abimanyu menyuruhnya pulang dan meneruskan pekerjaannya besok. Raya jadi bertanya-tanya apakah sebenarnya Abimanyu melihatnya yang sedang memaki Abimanyu di ruangannya tadi pagi?
Tapi, jika Abimanyu melihat kelakuannya itu, bukankah Abimanyu akan menghukumnya lembur sampai pagi?
Raya mengangkat bahunya acuh, mungkin Abimanyu tidak melihat kelakuannya itu. Tapi, ia tidak boleh lengah, Abimanyu pasti akan membukanya kapan saja.
"Mau pulang bareng saya nggak?" sosok Abimanyu muncul di hadapannya, pria itu sedang berada di dalam mobil dengan kaca mobil yang ia turunkan untuk melihat Raya.
"Bapak ngajak saya?" tanya Raya setelah menyadari jika tidak ada orang lain selain dirinya di pintu keluar perusahaan.
"Tidak, saya mengajak pak security!" ujarnya kesal.
Raya mendelik kesal, "Nggak ah, saya mau naik ojek saja. Kalau saya satu mobil dengan anda, saya takut kena skandal pak," tolaknya.
Abimanyu mendengkus kasar, "Terserah apa katamu! Hati-hati nanti ya," pesannya, kemudian Abimanyu pergi meninggalkan Raya.
Raya bergidik ngeri, kenapa dengan bos nya itu? Kenapa ia mendadak sok baik begitu kepadanya, padahal biasanya Abimanyu tidak pernah seperti itu.
"Biasanya, orang yang cepat meninggal memang seperti itu," gumamnya, seraya menatap mobil milik Abimanyu yang meninggalkannya.
Tak lama, ojek online yang ia pesan telah datang Raya segera naik dan ingin cepat sampai. Ia sudah sangat ingin merebahkan tubuhnya yang sudah sangat lelah ini ke kasur empuk miliknya, tentunya di temani oleh Arya melalui panggilan video. Meski Arya sempat beberapa kali sangat sulit untuk di hubungi, Raya mencoba mengerti. Tapi, malam ini ia sangat ingin bertatap muka dengan tunangannya yang sangat ia rindukan itu.
Ingin rasanya Raya datang ke Makassar menemui Arya, tapi sangat sulit. Arya selalu sibuk dinas kantor, dan ia sendiri juga jarang mendapatkan libur. Terkadang, di akhir pekan ia harus bekerja dari rumah, menyelesaikan segala pekerjaan yang Abimanyu kirimkan kepadanya melalui E-mail miliknya.
Tak terasa, kini ia sudah hampir sampai di rumah orang tuanya. Raya tersenyum lega, akhirnya ia bisa merebahkan tubuh lelahnya ini ke kasur miliknya. Setelah membayar ongkos transportasi, Raya bergegas memasuki rumahnya.
"Assalamualaikum," Raya mengucapkan salam, sembari membuka pintu rumahnya.
Kedua orang tuanya, beserta Arabella yang merupakan adik bungsunya itu tengah berada di ruang tamu, menonton televisi, dan Arabella tengah belajar.
"Wa'alaikumussallam," sahut mereka serempak.
Raya tersenyum, melangkah dan menyalami punggung lengan kedua orang tuanya, kemudian Arabella meraih lengan Raya dan mencium punggung tangan kakaknya.
"Mbak pulang naik ojek ya? Bau debu iih tangan mbak," ejek Arabella.
Raya terkekeh pelan, kemudian sengaja memeluk adiknya dengan gemas. "Mama, coba lihat, mbak Raya nakal!" seru Arabella, yang biasa di sapa Bella. Bella saat ini duduk di bangku kelas XI SMA yang lumayan dekat dari rumah mereka.
"Nah kan, jika kalian bertemu, pasti selalu bertengkar," sahut sang ibu yang terkekeh. Ia sudah terbiasa dengan kelakuan kedua anak perempuannya itu.
"Raya, sudah. Jangan mengganggu Bella," ucap sang ayah, si pria tampan idaman semua anak perempuan. Raya selalu bermimpi ingin mendapatkan pria yang seperti ayahnya, pria yang bukan hanya tampan, tapi juga penyayang dan bertanggung jawab. Seumur hidupnya hanya mencintai satu wanita, dan mencintainya sama saat pertama kali mereka bertemu. Kasih sayang sang ayah tidak berubah sejak dulu, Raya dan Arabella adalah saksi seberapa kuat cinta ibu beserta ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓
Aktuelle LiteraturRaya Fatarisa telah bertunangan dengan Arya Purnama, yang merupakan kekasihnya sejak SMA. Namun, tiba-tiba saja hubungan mereka mulai merenggang, akibat kurangnya komunikasi, dan Arya yang sangat sibuk bekerja di luar kota membuat Raya kesulitan unt...