Seharian ini selama Raya berada di kantor, Abimanyu terus melarangnya melakukan apa pun selain terus berada di sisinya. Raya sendiri sudah sangat malu kepada Leo yang memergoki mereka tengah bermesraan di ruang kerja Abimanyu. Bagaimana tidak, pria yang merupakan calon suaminya itu memintanya duduk di pangkuannya selama ia mengerjakan pekerjaannya, huh Abimanyu memang gila!
Raya akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan Abimanyu, lagi pula bagaimana bisa ia tetap berada di ruangan Abimanyu sedangkan Leo juga berada disana, demi Tuhan ia benar-benar sangat malu. Untuk itu, ia memutuskan untuk pergi ke cafe yang berseberangan dengan perusahaan Abimanyu, sebelumnya juga ia telah memberitahu calon suaminya melalui pesan whatsapp, jika ia akan berada di cafe selama beberapa saat, dan Abimanyu bilang setelah pekerjaannya selesai, ia akan menyusul.
Siapa yang menyangka, jika ia berada di tempat yang sama dengan Arya. Pria itu sama terkejutnya saat tatapan mereka bertemu. Lagi-lagi, mengapa dari sekian banyaknya manusia di bumi ini, ia harus bertemu dengan Arya? Sosok pria yang sudah tidak ingin ia temui lagi.
"Raya?" sosok pria itu bertanya, sembari mendekat ke arahnya.
Arya menatapnya dengan getir, "Hai." katanya.
Raya berdeham, "Hai." balasnya, dengan nada sedikit malas.
Terdengar helaan napas dari Arya, sebelum ia tersenyum. "Aku dengar, kamu akan menikah dengan Abimanyu, benar?" tanyanya.
Raya mengangguk pelan. Enggan berurusan lagi dengan pria di hadapannya ini.
"Aku bahagia mendengarnya. Maaf telah menyakiti, dan berlaku tidak tahu malu." katanya, dengan tatapan yang menerawang jauh.
Raya tertegun. Setelah semua yang terjadi kini, mereka berdua sudah berjalan ke arah berbeda, tidak lagi satu tujuan.
Arya kembali tersenyum, "Aku tidak akan meminta maaf, atas semua hal yang telah terjadi. Karena, perbuatanku tidak pantas untuk di maafkan.” ia kembali menghela napas. "Ray, kamu berhak bahagia. Seperti aku yang mulai bisa menerima semua keputusan yang ku ambil.”
Raya terdiam, spechless dengan apa yang di ucapkan sosok pria di hadapannya. Benarkah, sosok yang berbicara dengannya ini adalah orang yang sama dengan pria yang beberapa bulan lalu sangat gigih ingin kembali kepadanya?
"Semua yang terjadi antara kita, adalah takdir. Layaknya kamu yang bertemu dengan Abimanyu, itu juga sudah takdir, dan rencana Tuhan." lagi-lagi Arya berkata dengan tersenyum.
Wajah pria itu terlihat sangat berseri. Apakah Arya benar-benar sudah menerima semuanya?
"Arya, aku tidak pernah menyesal telah di pertemukan denganmu. Seperti apa katamu, semua sudah takdir dari sang pencipta. Sekuat apa pun, kita mencoba untuk tetap bersama, tetap Tuhan yang berhak mengatur." balas Raya.
Arya mengangguk, sembari terkekeh pelan. "Kamu benar. Sekarang, apakah aku boleh mengucapkan selamat tinggal?" guyonnya.
Raya ikut tertawa. "Ya, sepertinya itu tidak buruk. Kita memulai hubungan dengan baik-baik, dan harus berpisah dengan baik-baik pula.”
Arya kembali terkekeh, lantas mengulurkan tangannya. "Kita harus berjabat tangan terlebih dahulu.”
Raya mengangguk, sembari tertawa ia menjabat tangan Arya.
"Selamat tinggal, Raya Fatarisa. ucapnya.
"Selamat tinggal, Arya Purnama.” balas Raya.
Keduanya tampak baik-baik saja, seolah tidak ada yang pernah terjadi di antara mereka sebelumnya.
Ya, mereka berdua sudah mulai mengikhlaskan satu sama lain, dan memulai kehidupan yang sudah di takdirkan oleh Tuhan.
Lalu, keduanya sama-sama melepaskan jabatan tangan mereka. Arya melangkah mundur beberapa langkah, dan melambaikan tangan kepadanya menandakan jika mereka memang berpisah secara baik-baik.
Raya membalas lambaian tangan Arya, sang mantan kekasihnya tersebut, hingga sosok pria itu lenyap dari pandangannya.
"Sayang." panggil Abimanyu, yang entah sejak kapan sudah berada di hadapannya. Kening pria itu mengerut, melihat Raya yang sedari tadi tampak tersenyum lebar.
"Ada apa sayang?" tanyanya.
Raya menatap Abimanyu dengan penuh cinta, lalu tiba-tiba memeluk calon suaminya itu dengan erat, yang tentu saja membuat pria itu terkejut.
Namun, Abimanyu tidak ingin banyak bertanya, ia hanya membalas pelukan dari Raya. "Merindukanku, eh?" godanya.
Raya mengangguk, dan semakin mempererat pelukan mereka.
Raya sungguh merasa sangat beruntung, di pertemukan dengan sosok Abimanyu yang ternyata menjadi takdir cintanya, menjadi pelabuhan terakhirnya, dan berakhir di pelaminan.
Hal yang semula ia rencanakan dengan Arya, justru terjadi kepada Abimanyu.
Seperti yang ia katakan sebelumnya, ia tidak pernah menyesal atas apa yang pernah terjadi di hidupnya, pengkhianatan Arya atas dirinya justru adalah awal kebahagiaannya bersama dengan Abimanyu. Pria yang sangat besar, dan tulus mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓
Fiction généraleRaya Fatarisa telah bertunangan dengan Arya Purnama, yang merupakan kekasihnya sejak SMA. Namun, tiba-tiba saja hubungan mereka mulai merenggang, akibat kurangnya komunikasi, dan Arya yang sangat sibuk bekerja di luar kota membuat Raya kesulitan unt...