TCR-37

772 52 1
                                    

Waktu terus berlalu, kedua keluarga yang sebentar lagi menjadi satu keluarga, mulai sama-sama sibuk. Waktu pernikahan sudah tinggal satu bulan lagi.

Kedua keluarga sepakat untuk mengadakan pernikahan di kediaman sang mempelai wanita, setelah berdebat panjang dengan Abimanyu dan Devario, yang menginginkan pernikahan mereka di gelar di sebuah hotel mewah. Tapi, keluarga Raya menolak, meski calon suami Raya adalah seorang yang berada, keluarga Raya tetap ingin mengadakan resepsi yang tidak terlalu mewah, dan cukup di gelar di kediaman mereka.

"Duh, aura calon pengantin memang berbeda ya.” goda Silvi, begitu sosok Raya baru datang ke perusahaan, tentu saja bersama Abimanyu yang tampak sangat berseri.

Raya, dan Abimanyu terkekeh pelan. Sebenarnya, Abimanyu melarang Raya untuk bekerja, tapi Raya tetap ingin datang ke kantor untuk membagikan surat undangan pernikahan mereka ke semua orang di kantor, secara langsung.

Raya kemudian meletakkan sebuah papper bag di atas meja kerja Silvi, dan mengeluarkan sebuah surat undangan, dengan sampul polos berwarna putih gading, dan ada gambar pasangan dari kartun yang menggemaskan.
"Waah, apa ini? Kenapa lucu sekali?" kata Silvi, begitu ia menerima surat pemberian dari Raya.

Raya terkekeh, "Surat undangan pernikahan kami.”  paparnya.

Silvi tampak sangat senang, kemudian ia segera membuka surat undangan dari Raya dengan warna putih bercampur warna ungu kesukaan Raya, dan di sertai gambar bunga-bunga kecil yang lucu.

"Waah, selera orang kaya memang beda ya.” pujinya. "Ya tuhan, ini sangat menggemaskan sekali." tambahnya.

Raya dan Abimanyu tersenyum. Mereka sengaja memilih desain surat undangan yang colourfull, namun tetap terlihat lucu, dan juga elegan.

Silvi menatap Raya dengan haru. "Selamat ya. Semoga kalian terus berbahagia. Tanggal 27 Januari, berarti acaranya minggu depan, bukan?"

Raya mengangguk. "Mbak Silvi harus datang, pokoknya!" seru Raya, sembari memeluk Silvi.

Silvi mengangguk, seraya membalas pelukan Raya. Akhirnya, setelah pengkhianatan, dan rasa sakit yang Raya dapatkan telah berganti dengan kebahagiaan yang berlipat ganda oleh Tuhan.

Di sakiti oleh kekasihnya yang menjalin hubungan sejak SMA, Raya berhasil meluluhkan hati seorang Abimanyu Rafandi, bos di perusahaannya, yang memperlakukannya dengan penuh cinta setiap hari.

Silvi sangat senang, akhirnya Raya sudah bisa berbahagia, dengan adanya sosok Abimanyu di sampingnya.

Abimanyu berdeham, dan Raya langsung melepaskan pelukannya dari Silvi.

"Raya, apakah semua papper bag itu berisi surat undangan?" tanya Silvi, saat melihat kedua tangan Abimanyu juga tengah memegang tiga buah papper bag.

"Iya Silvi. Raya memang berniat membagikannya secara langsung kepada semua pegawai disini.” jelas Abimanyu.

"Begini saja, biar aku yang membantu memberikan semuanya." usul Silvi.

Raya, dan Abimanyu saling memandang. "Apa tidak merepotkanmu?" tanya Abimanyu.

Silvi menggelengkan kepalanya. "Sama sekali tidak.” Mana mungkin ia kerepotan akan itu, yang ada justru ia sangat senang bisa membantu Raya.

Raya dan Abimanyu akhirnya mengangguk, lantas memberikan semua papper bag milik mereka kepada Silvi. "Maaf ya, kami sudah merepotkan." kata Abimanyu lagi.

Silvi terkekeh pelan, "Sudah ku bilang, aku sama sekali tidak repot.”

Raya sekali lagi terkekeh, lalu menggenggam tangan Abimanyu.

"Kalau begitu, kami pamit ya." pamit Abimanyu.

Silvi mengangguk. "Semoga di lancarkan dalam segala hal, ya Ray, Pak Abi.”

"Amiin .... " sahut Abimanyu, dan Raya bersamaan.

Kemudian, Raya dan Abimanyu pamit. Menggandeng lengan Raya menuju ke ruangannya, membuat para karyawannya gemas dengan tingkah mereka.

"Pagi pak.”

"Pagi bu.”

Satu persatu dari mereka mulai menyapa, Raya dan Abimanyu tersenyum membalas sapaan mereka.

Kini Raya, dan Abimanyu sudah sampai di ruang kerja. Keduanya lantas masuk, dan Abimanyu sepertinya sudah sangat tidak sabar untuk mengecup wajah calon istrinya sejak tadi.

"Mas Abi!" serunya, saat Abimanyu tiba-tiba terus mengecup wajahnya dengan gemas.

Abimanyu terkekeh pelan, lalu memeluk Raya dari belakang, dengan kepalanya yang di sandarkan pada bahu kecil Raya.

"Kenapa kamu sangat menggemaskan, aku jadi ingin memakanmu." katanya.

Raya terkekeh. Lalu membalikkan tubuhnya, hingga mereka saling berhadapan. Ia mengalungkan kedua tangannya pada leher milik Abimanyu.

Abimanyu juga merengkuh pinggang Raya, seolah Raya akan lari jika tidak ia peluk.

"I love you.” ucap Raya pelan.

Abimanyu tersenyum, "Rasanya seperti mimpi ya. Aku dulu hanya berani melihatmu dari jauh, terus membuatmu berada di sisiku dengan cara yang ajaib." kekehnya, sembari menerawang awal-awal ia menyukai Raya.

Raya ikut terkekeh. "Ya, memang aku akui, Mas Abi dulu menyeramkan. Sampai setiap hari aku mengeluh, ingin resign."

"Tapi, sekarang kamu akan menjadi istriku." katanya, sembari menatap Raya dengan penuh ketulusan, dan rasa syukur.

Raya mengangguk, "Terima kasih, sudah mencintaiku." ucapnya, sembari memberikan kecupan ringan pada pipi kanan Abimanyu.

Abimanyu tersenyum, "Terima kasih juga, telah membalas cintaku, dengan sangat tulus." balasnya, dan memberikan kecupan juga pada bibir Raya.

Lalu, Raya mendekat, dan memeluk tubuh Abimanyu. Rasanya benar-benar seperti mimpi, sosok seorang Abimanyu yang dulu sering menyusahkannya di kantor, membuatnya menangis setiap hari, hingga ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya, kini pria yang berada di dalam pelukannya itu akan menjadi suaminya.

Benar kata orang, jodoh itu tidak terduga. Bahkan terkadang, melenceng dari rencana kita.

Kisah cinta Raya, dan Arya sudah kandas. Rasa sakit atas luka yang di alaminya perlahan memudar, seiring berjalannya waktu yang ia jalani bersama Abimanyu.

Takdir Tuhan, sungguh ajaib.

Ia yang semula sama sekali tidak ada pikiran sedikit pun, untuk dekat atau pun menjalin hubungan dengan Abimanyu, justru sekarang mereka akan segera menikah. Mengikat janji suci, di hadapan Tuhan, dan kedua orang tua mereka, untuk setia, dan selamanya.

"Terima kasih, sayang." ucap Abimanyu.

Raya mengangguk, seharusnya yang mengucapkan terima kasih, adalah dirinya. Berkat Abimanyu, ia memiliki kehidupan yang sangat indah, dan berwarna.

Terima kasih, Abimanyu. Calon suamiku ❤️

Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang