TCR-13

870 73 11
                                    

Cklek!

Pintu ruangan dokter Gia terbuka, dan memunculkan sosok Abimanyu yang sudah beganti pakaian. Wajahnya menatap Raya lekat, kemudian ia menghela napas lega.

"Kenapa lama sekali?" sungut dokter Gia dengan kesal.

Abimanyu berdecak, dan menatap dokter Gia dengan sebal. "Kamu itu sama seperti Raya. Sama-sama pemarah!" balasnya.

Dokter Gia tampak berdiri dan berkacak pinggang, "Oh, jadi kau ingin mengajakku bertengkar, begitu?"

"Ck, yang benar saja. Aku tidak punya waktu untuk berdebat denganmu."

Raya tidak melerai, ia hanya memperhatikan bagaimana kedua orang itu terus berdebat. Raya berpikir, bagaimana bisa keduanya masih bisa sedekat itu, setelah berpisah?

Mengingat perpisahan, ia kembali meneteskan air matanya. Dadanya kembali sesak, sampai tidak sadar ia terisak pelan.

"Raya? Kamu kenapa? Apakah ada yang sakit?" cecar Abimanyu, begitu menyadari jika Raya sedang terisak.

Raya menggelengkan kepalanya.

"Raya, tapi kenapa kamu menangis?" Abimanyu lagi-lagi terlihat sangat khawatir, dan lekas menghampiri Raya.

Raya kembali menggeleng.

"Kenapa Ray?" tanya dokter Gia.

Semakin di tanya, tangis Raya semakin pecah. Lagi-lagi Abimanyu menarik Raya ke dalam pelukannya, dan itu tidak luput dari pandangan dokter Gia.

Diam-diam dokter Gia tersenyum lega, ia senang akhirnya Abimanyu sudah mendapatkan seorang wanita yang tepat. Meski, sepertinya Raya tidak mengetahui perasaan yang di miliki Abimanyu untuknya. Setelah itu, dokter Gia pergi tanpa sepengetahuan Raya dan Abimanyu.

Setelah beberapa saat, tangis Raya mulai mereda, ia juga melepaskan pelukan Abimanyu.

"Pak, maaf ya. Saya membuat baju bapak basah lagi." lirihnya.

Abimanyu menghela napas, "Tidak apa-apa Raya." katanya, sembari memberikan Raya tisu untuk mengusap wajahnya yang basah.

"Bapak tidak apa-apa?" tanya Raya setelah selesai mengusap wajahnya menggunakan tisu.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Yang kenapa-napa itu kamu, bukan saya."

"Tapi pak, bapak kan tadi ikut kehujanan."

Tanpa Raya sangka, sosok pria itu tersenyum. "Tidak apa-apa, lagipula sudah lama juga saya tidak bermain hujan."

Raya merenung, menatap sosok Abimanyu yang masih tertawa itu. Ia tidak menyangka jika sosok seorang Abimanyu Rafandi, seorang pria berusia 27 tahun. Seseorang yang di lihat sebagai sosok yang sempurna, ternyata memiliki masalalu yang menyakitkan dalam hal percintaan.

Pria sempurna seperti Abimanyu saja bisa di kecewakan, apalagi ia yang bukan siap-siapa.

"Raya?"

Raya berdeham, "Iya pak."

Abimanyu terlihat sangat ragu, tapi Raya dapat menebak jika pria itu ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya.

"Saya minta maaf sebelumnya, atas sikap Arya yang kasar kepada bapak, waktu itu"

"Ray-"

Raya menatap Abimanyu, dan matanya kembali berkaca-kaca. "Saya di campakkan. Menyedihkan sekali ya pak?" ratapnya.

Abimanyu menghela napas, dan mengusap kepala Raya. "Sudah, jangan di lanjutkan. Saya juga minta maaf, karena tidak sengaja mendengar percakapan kalian."

Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang