TCR-24

818 66 2
                                    

Raya hanya bisa menggelengkan kepalanya, mengingat bagaimana Rafandi bersaudara itu merencanakan hal konyol untuk membuatnya jujur tentang perasaannya kepada Abimanyu.

Ia memang tidak mengetahui banyak hal tentang Abimanyu. Karena sebelumnya ia tidak pernah berpikir, jika suatu saat ia akan jatuh cinta kepada Abimanyu. Yang ada setiap hari ia selalu mengumpati laki-laki yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya tersebut.
"Jangan marah, ini ide Aletta.”  ucap Abimanyu, seolah mengerti apa yang ada di pikiran Raya. Ia tahu jika Raya merasa jika dirinya tengah di tipu.

"Tapi, jika bukan karena aku, kapal kalian tidak akan berlayar.” Timpal Aletta.

Abimanyu mengangguk, "Benar juga--"

"Kalau begitu, kakak harus mentraktirku makan selama satu bulan!" serunya, yang membuat Abimanyu melotot tajam ke arahnya.

Raya tertawa pelan, "Melihatmu, aku jadi teringat Bella. Aku juga sering berselisih dengannya." katanya.

"Bella? Apa ia adikmu?" tanya Aletta.

Abimanyu mencubit pipi Aletta, hingga adiknya itu meringis. "Panggil Raya kakak, kenapa kamu menjadi sangat tidak sopan!" sungutnya.

Sekali lagi, Raya tertawa pelan.

Aletta melirik sinis kepada sang kakak, lalu menatap Raya dengan berbinar. "Kakak juga memiliki adik perempuan?"

Raya mengangguk, "Dia masih duduk di bangku SMA.” katanya.

"Lain kali, apakah aku boleh bertemu dengannya? Aku sangat ingin memiliki teman di sini. Aku bosan, melihat wajah kak Abi.”

"Apa kamu bilang?"

"Apa? Memangnya aku bilang apa? Kak Abi kan, memang menyebalkan!"

Raya berdeham, membuat Rafandi bersaudara itu berhenti berdebat. "Pak, apa tidak apa-apa, jika kita keluar kantor dengan lama seperti ini?" katanya.

Meledaklah tawa Aletta. Ia merasa sangat gemas dengan Raya dan Abimanyu ini.

"Sorry. Ayolah, kalian sudah berlayar, tapi kak Raya masih memanggil kak Abi dengan sebutan, 'pak' ?"

Raya tersipu. Ah, ia lupa jika sekarang kapal mereka sudah berlayar.

Abimanyu mengangkat sebelah alisnya, "Bagaimana, jika kamu memanggil saya, Mas Abi saja?"

Wajah Raya tersipu, dan semakin memerah. "Mas Abi.” panggilnya.

Aletta kembali heboh. " Ya tuhan! Kalian menggemaskan sekali!” godanya.

Abimanyu tertawa, ia juga sangat gemas melihat wajah Raya yang bersemu merah karenanya

Tawa Aletta tiba-tiba terhenti. Ia menatap kakaknya dengan serius. "Tapi, apa Papi membolehkan adanya hubungan asmara di kantor?" ucap Aletta.

Raya dan Abimanyu saling pandang, "Ah, Papi tidak pernah membahas itu." kata Abimanyu. Jujur, ia sedikit takut dengan tanggapan Papinya soal ini. Tapi, jika pun kelak Papinya menolak hubungan mereka, ia akan berjuang sampai Papinya memberikan restu kepada mereka.

Lalu, ia melirik Raya. "Ya, mungkin sementara kita harus pacaran diam-diam." kata Abimanyu.

Aletta mengangguk, "Sampai kita bisa berbicara dengan Papi.” balas Aletta.

Raya mengangguk. Tidak mengapa baginya, lagi pula hubungan mereka terlalu dini jika harus di publikasikan sekarang.

Abimanyu menggenggam lengan Raya, "Maaf ya Ray."

Raya mengangguk, dan tersenyum kepada Abimanyu. "Tidak apa-apa Mas Abi, hubungan kita baru saja di mulai. Jangan terburu-buru untuk menunjukkannya ke publik.”

Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang