Pagi ini, Raya terlihat sangat segar. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Ia tidak tahu jika ia tertidur saat melakukan panggilan video dengan Abimanyu yang membicarakan berbagai hal soal pekerjaan. Ia juga tidak tahu apakah Abimanyu melihatnya tertidur atau tidak. Yang jelas, saat ia terbangun pada tengah malam, ia melihat panggilan video itu sudah berakhir beberapa jam lalu. Ia juga akhirnya melanjutkan tidurnya ke atas kasur miliknya.
"Astaga!" Raya terkejut saat menemukan sosok Bella berada di depan pintu kamarnya dengan membawa sebuah papper bag.
"Kamu sedang apa, pagi-pagi sudah berdiri di depan pintu kamar Mbak?" ucap Raya.
"Ini buat mbak," ucapnya, sembari meminta Raya mengambil papper bag di tangannya.
"Apa ini?" tanyanya penasaran.
Bella memutar kedua bola matanya dengan kesal. "Sudah ambil saja, Ayah sudah menunggu mbak di bawah," ucap Bella.
Raya mengambil papper bag itu.
"Jangan di buka sekarang!" larang Bella.
Raya mengerutkan kening, "Kenapa memangnya? Ini apa sih memangnya?" tanya Raya penasaran.
"Ya pokoknya, jangan buka sekarang," ucap Bella.
Raya tersenyum kecil, dan memeluk adiknya dengan erat. "Iya bawel. Terima kasih ya, untuk semalam,"
"Semalam apa? Bella tidak melakukan apa-apa," sangkalnya.
Raya melepaskan pelukannya, "Pokoknya, terima kasih he he," ucapnya. Semalam, ia memang terkejut saat menyadari jika ia tidur dalam posisi duduk. Ia kembali di kejutkan dengan adanya selimut yang menyelimuti dirinya. Ia tahu pasti Bella yang telah menyelimuti dirinya, ia jadi gemas sendiri dengan kelakuan adiknya tersebut.
Raya mencubit pipi Bella dengan gemas, hingga adiknya itu terpekik. "Mbak berangkat ya, cepat pergi mandi! Jangan sampai kesiangan pergi ke sekolah," ucapnya sembari terkekeh, melihat adiknya yang cemberut.
Bella mengangguk, "Mbak," panggilnya.
"Hm?" gumam Raya.
"Hati-hati di jalan ya," pesannya.
Raya tersenyum lebar, "Tentu sayang, mbak pasti akan hati-hati," balasnya, lalu Raya menuruni anak tangga untuk segera berangkat ke perusahaan tempatnya bekerja, ia tidak lupa menyalami ibunya dan memberikan ciuman singkat untuk ibunya, lalu ia berangkat ke perusahaan di antar oleh ayahnya yang juga akan berangkat bekerja.
Bella bergegas menuruni anak tangga dan menghampiri sang ibu yang sedang beres-beres di ruang makan.
"Bella saja yang bereskan bu," ucap Bella.
Sang ibu tersenyum, "Apa yang kamu berikan kepada mbak Raya? Kenapa mbak Raya membawa papper bag?" tanya sang ibu.
Bella memalingkan wajah, dan mulai mencuci piring di wastafel. "Bella tidak memberi apa pun. Mungkin saja, itu papper bag milik mbak," sangkalnya.
Sang ibu tersenyum geli, "Yang benar? Tapi, jam setengah enam pagi, ibu melihat ada gadis yang berteriak memanggil tukang---
"Ibu iihh," rengek Bella.
Sang ibu tertawa, "Iya sayang, baiklah ibu akan tutup mulut,"
Bella sebenarnya begitu sangat peduli kepada Raya, tapi ia tidak ingin terlalu menunjukkannya. Ia takut Raya risi dengan sikapnya, takut Raya menganggapnya manja. Makanya, Bella tidak terlalu menunjukkannya.
Sang ibu mengusap pucuk kepala putrinya dengan lembut. "Ibu paling tahu, jika kamu itu sebenarnya sangat menyayangi mbak Raya,"
Bella tidak menyahut, ia hanya mencuci piring dengan mata yang berkaca-kaca. Ia sebenarnya sangat ingin saling bercerita dengan kakaknya, seperti orang lain. Tapi, Bella mengurungkan niatnya, perlahan-lahan ia akan mulai mengubah sikapnya dan menjadi sangat dekat dengan Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓
Fiksi UmumRaya Fatarisa telah bertunangan dengan Arya Purnama, yang merupakan kekasihnya sejak SMA. Namun, tiba-tiba saja hubungan mereka mulai merenggang, akibat kurangnya komunikasi, dan Arya yang sangat sibuk bekerja di luar kota membuat Raya kesulitan unt...