TCR-17

822 62 0
                                    

Hari terus berlalu, kini sang nenek sudah pulang ke rumah, begitu pun dengan kedua orang tua Abimanyu. Setelah mereka mendarat di Jakarta, mereka akan menggantikan Abimanyu untuk merawat sang nenek.

Abimanyu juga kembali menjalani aktivitasnya, dengan mulai bekerja kembali di perusahaannya. Walau, sudah selama empat hari ini rasanya sangat berbeda tanpa kehadiran Raya. Tapi ia senang mengetahui bahwa keadaan Raya terus membaik, dan mulai beraktivitas kembali, seperti yang Arabella beri tahukan kepadanya.

Ia bersyukur, di saat keadaan Raya tengah sangat terpuruk. Ia memiliki Arabella sebagai sang informan, yang akan melaporkan kegiatan, dan keadaan Raya setiap hari.

Ting!

Ponselnya berdering, dan sebuah pesan baru muncul.

Arabella

Arabella sending a picture

Hari ini, Mbak Raya pergi ke toko buku.

Abimanyu tersenyum, matanya terus menatap foto cantik Raya yang baru saja di kirimkan oleh Arabella. Arabella memang selalu meminta Raya mengirimkan foto kegiatannya, dan sepertinya Raya menyetujuinya.

Bibirnya masih tersenyum, Raya yang mengenakan atasan turtle neck berwarna hitam, di padukan dengan blazer polos berwarna hitam, dan celana jeans panjang berwarna denim blue itu benar-benar terlihat sangat cantik dengan rambutnya yang di gerai. Berbeda dengan tampilannya di kantor yang selalu menguncir rambutnya model ponytail.

Abimanyu

Berapa lama?

Arabella

Tidak tahu, tapi biasanya seharian.

Abimanyu mengangguk, sekali lagi menatap foto Raya, yang sepertinya ia meminta tolong kepada orang lain untuk memotretnya. Tapi tiba-tiba saja sosok Silvi mengejutkannya.

"Pak!" ujarnya.

Abimanyu menghela napas, kemudian memasukkan ponselnya ke saku jasnya.

"Kenapa kamu?" tanyanya dengan nada judes, kembali ke mode awal.

"Pak, anu--apa Raya sudah tidak bekerja di perusahaan ini?" tanyanya, pasalnya ini sudah hari ke empat Raya tidak masuk kantor.

Abimanyu menggelengkan kepalanya. "Tidak, apakah kamu belum tahu--"

Silvi tampak terkejut. "Ah, astaga! Jadi itu benar? Ya Tuhan .... "

"No! Bukan itu maksud saya. Raya masih bekerja di sini, ia hanya sedang cuti karena sakit, itu saja," jelasnya.

Silvi menghela napas lega. Sungguh ia pikir Abimanyu benar-benar memecat Raya. Padahal Raya sudah bilang jika Abimanyu mempertahankannya, dan mau membayar gajinya sebanyak tiga kali lipat, namun sepertinya ibu satu anak itu lupa.

"Ah, syukurlah. Tapi, bagaimana bapak bisa tahu kalau Raya sakit, sedangkan saya tidak tahu?" cecarnya.

Abimanyu menghela napas, "Kamu ini bicara apa? Jelas saya tahu, saya bosnya. Ia pasti akan meminta izin kepada saya, kamu ini sudah gila ya?" jelasnya panjang lebar.

Silvi mengerjapkan kedua matanya, ini pertama kalinya ia mendengar Abimanyu berbicara panjang lebar seperti itu. Raya memang sering membicarakannya, tapi baru kali ini ia mendengarnya secara langsung.

Benar kata Raya, Abimanyu ini pemarah dan menyebalkan!

"Bukan begitu maksud saya pak."

Abimanyu memijat pelipisnya, "Kamu sama menyebalkannya dengan Raya." gumamnya, lalu pria itu terkekeh pelan.

Takdir Cinta Raya [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang