satu

8.4K 139 13
                                    

Baca "THE TWINS" dulu, baru ini yaa...


Ruangan tanpa cahaya lampu ini menjadi saksi bisu atas tindakan brutal yang dilakukan oleh dua saudara kembar pada seorang gadis tak berdaya yang hanya bisa menangis.

Gesa Anavalerya Reinald. Gadis itu menangis. Dirinya diapit oleh kedua adik kembarnya diatas ranjang. Disaat-saat mereka mengeluarkan suara kenikmatan yang menjijikan menurutnya, ia hanya mengigit bibir bawahnya hingga mengeluarkan darah segar.

Dibawah sana, tempat mahkotanya berada. Disumpal oleh dua tongkat kebesaran milik adiknya. Sudah berkali-kali mereka mengeluarkan cairan dalam tubuhnya hingga Gesa merasa perutnya sedikit membuncit akibat cairan tersebut.

Sudah tidak ada harapan lagi. Hidupnya benar-benar sudah hancur. Gesa sangat jijik. Jijik pada dirinya sendiri dan kedua adiknya.

Gadis itu memejamkan mata. Ia tidak mau melihat adegan yang dirinya alami pada cermin-cermin yang menempel memenuhi dinding. Ruangan berbentuk persegi dengan semua cermin yang sudah melekat pada dinding itu. Tak ada hiasan didalamnya, hanya ada cermin hingga atap langit-langit.

"Buka matamu kak, kau harus melihat tubuhmu yang seksi saat kita seperti ini.... ahh..." Gevi yang berada diatasnya berucap. Badannya terus bergerak naik turun untuk mendapatkan pencapaian puncak lagi.

"Ahh... Fuck... Kau sunguh nikmat kak...." Gavi berada dibawah. Dirinya merasa sudah memasuki tubuh gadis ini terlalu dalam, tongkatnya seperti dijepit sekarang.

Tangan Gevi menahan kedua tangan Gesa diatas kepala gadis itu dan kedua tangan Gavi bermain-main pada gunung kembar yang berguncang akibat permainan mereka.

Gesa tak menghiraukan ucapan mereka berdua ia tetap memejamkan matanya. Gevi melepas penyatuan mereka, ia beralih pada bibir Gesa yang semakin menggoda karena darah.

Ia membersihkan darah yang ada pada bibir gadis itu dengan cara menyesapnya hingga bersih, Gevi pun menelannya. Ia tersenyum karena darah kakaknya sangatlah manis.

Gavi juga melepas penyatuan mereka. Remaja itu terduduk. Ia dapat melihat mahkota kakaknya yang merah merekah. Gavi menepuk-nepuk mahkota itu. Perlahan jari tengah dan manisnya masuk, memaju mundurkannya hingga keluarlah cairah putih yang kemudian ia jilat semuanya hingga bersih.

Gesa tetap menahan suaranya. Sedari awal saat mereka melakukan aksi gilanya itu Gesa sama sekali tidak mengeluarkan suara hingga membuat Gavi naik pitam.

Remaja itu sengaja menampar mahkota kakaknya dengan keras membuat Gesa yang masih dilumat oleh Gevi berteriak.

"AKH!!!....." teriaknya. Gavi masih belum puas. Yang ia inginkan adalah desahan nikmat dari kakaknya, bukan sebuah teriakan.

Gavi mendekatkan wajahnya pada mahkota itu. Menjilati pinggir-pinggir dan terakhir lidahnya masuk untuk mengobrak-abrik apa yang ada didalam.

Gadis itu bergerak gelisah. Nafasnya naik turun. Pahanya bergerak dengan sendirinya mengapit kepala Gavi hingga membuat remaja itu semakin mempercepat dan memperdalam lidahnya.

"A-ahh... Emm..." Suara halus nan penuh menggoda itu semakin membuat Gavi mempercepat gerakan lidahnya hingga...

"AAHHHH!!..... Ahh... Eummm....." Desah Gesa saat permainan Gavi berhasil membuatnya menyemburkan sebuah cairan.

Wajah Gavi kini dipenuhi cairan hangat milik Gesa. Ia tersenyum puas bisa mendengar suara kenikmatan gadisnya.

Gevi menghentikan lumatannya saat Gesa mendesah kenikmatan. Ia menatap wajah cantik itu.

Alis gadisnya yang menyatu dengan mata juling keatas. Bibir yang terbuka lebar saat mengeluarkan suara nikmat itu, apalagi lidahnya yang menjulur keluar dengan air liur sisa mereka berciuman tadi.

Ahh... Pemandangan ini.... Pemandangan yang sangat ditunggu-tunggu saudara kembar itu sedari dulu. Dengan kakaknya yang telanjang tanpa kain apapun dan wajah gadis itu yang memerah serta lidahnya yang menjulur keluar saat mengalami pelepasan.

Mereka bermain hingga Gesa pingsan akibat kelelahan, namun itu tidak menjadi hambatan mereka untuk mengeksekusi tubuh menggoda kakaknya sampai pagi.

>>>

Keesokan harinya Gesa terbangun dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia menatap ke sekeliling ruangan ini. Tidak ada lagi ruangan yang oenuh dengan cermin yang ia lihat semalam, melainkan sebuah kamar dengan perpaduan cat berwarna soft pink dan putih.

Didalam kamar ini terdapat tiga pintu. Pintu kamar mandi, pintu yang menuju pakaian berada dan pintu keluar. Gesa tau karena ini adalah kamarnya yang berada pada mansion sang kakek.

Gadis itu melihat tanda merah keunguan yang menghiasi seluruh tubuhnya. Gesa masih dalam keadaan telanjang. Ia bangkit dengan selimut yang membungkus tubuhnya, namun baru saja berdiri ia kembali jatuh ke lantai saat merasakan daerah sensitifnya sangat perih.

Gesa kesakitan. Area bawahnya sangatlah perih dan ngilu. Ia menangis karena tak tahan dengan rasa sakit itu.

"Kalo butuh bantuan tuh bilang kak" Gavi berada diambang pintu dengan setelan kemeja kerja dan kacamata yang bertengger di hidungnya, membuatnya terlihat sangat tampan.

Melihat kakaknya yang menangis karena kesakitan pada area sensitifnya membuatnya tersenyum senang. Kalau seperti ini kakaknya akan bergantung padanya dalam melakukan aktivitas apapun.

Gavi menggendong tubuh Gesa. Ia membuang terlebih dahulu selimut yang membungkus tubuh indah itu dengan asal membuat Gesa terkejut dan refleks menutupi asetnya dengan tangan.

"Pfft... Ga usah ditutupin, kakak gak ingat kegiatan kita semalam? Wajah kakak saat itu sangatlah candu" Gavi berbicara dengan suara yang diberat-beratkan diakhir kalimat hingga Gesa merinding dibuatnya.

Gesa memalingkan wajahnya. Ia tidak mau menatap wajah mesum adiknya itu. Gavi membawanya menuju kamar mandi. Meletakan tubuh telanjang kakaknya itu pada bathtub dan menyalakan shower.

Ia mengarahkan shower itu pada rambut indah gadisnya terlebih dahulu. Rambut panjang itu terlihat sedikit kusut dan lengket. Tangan kekarnya mengelus surai gadisnya dengan lembut, sesekali menyisirnya.

"Kau sangat cantik kak, sejujurnya aku tidak mau berbagi tubuhmu dengan siapapun termasuk itu kembaranku sendiri" ucapnya.

Gesa hanya diam. Ia menenggelamkan wajahnya dikedua lututnya, tangan mungilnya memeluk kedua kakinya itu.

Remaja itu mencium pucuk kepala Gesa dulu sebelum ia pergi. Gesa yang merasakan adiknya sudah pergi pun mengangkat kepalanya. Ia menyalakan air keran, tubuhnya ingin berendam air hangat sekarang.

Matanya kembali mengeluarkan air mata. Saat ini, bernafas saja rasanya sulit. Hari-harinya selalu dipenuhi rasa takut. Ia ingin bebas. Ia ingin bernafas dengan lancar tanpa ada rasa tercekik pada lehernya.

Namun, apakah kehidupan lamanya akan kembali? Kehidupan tanpa ketakutan saat melihat wajah adik kembarnya. Kehidupan penuh bahagia dengan keluarga dan juga sahabatnya. Apa ini semua adalah akhir kehidupannya? Gesa tidak mau kisahnya berakhir seperti ini. Terkurung dalam sangkar emas yang dibuat oleh dua monster kembar itu.

Air hangat semakin naik keatas hingga memenuhi bathtub. Jika Gesa memilih antara kematian atau melanjutkan hidup? Mungkin kematian lebih baik saat ini. Kepalanya berdenyut keras memikirkan nasibnya, tubuh Gesa lemas tak berdaya hingga ia menenggelamkan seluruh tubuhnya kedalam air itu.

.
.
.
Next..

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang