tiga

4.4K 98 2
                                    

"Lihatlah, siapa yang semalam memohon-mohon padaku untuk mencapai puncak tapi sekarang sok juak mahal lagi" Gevi merasa kesal. Sedari tadi ia hanya mengobrol dengan angin karena Gesa sama sekali tidak perduli akan kehadirannya.

Saat memasuki kamar gadisnya tadi Gesa hanya diam saja tanpa mau menatapnya. Gadis itu terus saja menunduk ditepi ranjangnya.

Gevi mencekik leher Gesa. Mengarahkannya untuk duduk di lantai tepat didepan kakinya yang menggantung. Ia membuka sendiri resleting celana kerjanya dan tongkatnya langsung berdiri dengan tegak.

"Hisap!" Tangan Gevi beralih kepada rambut hitam Gesa. Menjambaknya lalu mendorong kepala gadis itu pada tongkat kebesarannya.

Gesa memegang batang tongkat itu dengan kedua tangannya lalu ia menjilati kepala tongkat yang memerah dan berbentuk seperti jamur itu erotis.

"Ahhh... Fuck" Gevi mendongak keatas menikmati permainan Gesa. Gadis kecilnya sudah tidak malu-malu lagi rupanya.

Gesa mempunyai rencana sendiri kali ini. Jika kedua adiknya dulu bertindak manipulatif sekarang ia melakukan cara yang sama.

Gesa memaju mundurkan kepalanya, mulutnya dipenuhi oleh kemaluan Gevi. Dan setelah beberapa menit melakukan itu, Gevi akhirnya mendapat pelepasan.

"Telan kak" ucapnya. Gesa merasa mau muntah sekarang tetapi ia tetap menelan cairan putih itu. Saking banyaknya sampai menetes dari mulutnya.

"Good girls" Gevi

Gevi membungkuk. Mengecup bibir merah ceri itu sesaat lalu berdiri untuk memperbaiki celananya.

"Bersiaplah kak, kau akan kekantor bersamaku sampai aku selesai dengan semua pekerjaan ku" ucapnya pada ambang pintu.

"Untuk apa?" Tanya Gesa karena biasanya adiknya tidak pernah menyuruhnya keluar dari kamar ini.

"Aku butuh nutrisi vaginamu saat dikantor nanti" ucap Gevi, ia mengedipkan mata kirinya nakal lalu tersenyum kemudian menghilang dibalik pintu.

Kalau seperti itu lebih baik Gesa dirumah saja. Tetapi tunggu dulu, ini kesempatan bagus untuk keluar dari sangkar emas ini kan?. Gesa buru-buru mengganti bajunya dengan dress panjang berwarna pink salem dengan bunga-bunga kecil pada ujung dress itu.

Ia membuka pintu itu dan ternyata tidak terkunci. Dua bodyguard yang menjaga pun sudah tidak ada. Ia menyusuri lorong panjang ini menuju tangga. Disini benar-benar sepi. Mata Gesa tidak henti-hentinya menatap kesekeliling.

Bangunan ini didominasi warna putih dan coklat, sangat unik menurutnya. Tetapi ia merasa merinding dan takut saat melihat lukisan wajahnya pada pigura sebagai hiasan dinding. Monster kembar itu benar-benar gila. Obsesi mereka melampaui batas. Untung saja mereka tidak menempelkan yang aneh-aneh, misalnya tubuhnya saat bugil mungkin, kalau iya Gesa akan membunuh mereka saat itu juga.

Tapi apakah Gesa berani? Tentu saja iya.

Ia akan melanjutkan drama bodoh ini terlebih dahulu lalu setelahnya akan membunuh dua bocah kembar itu. Tak perduli masuk penjara karena hukum negara ini yang tak logis, disini dirinya adalah korban dan Gesa yakin kalau semua orang yang mengetahui sifat si kembar itu sudah pasti ia akan mendapatkan banyak pembelaan.

Gesa melihat Gevi yang tengah menunggunya di depan pintu utama. Laki-laki itu terlihat sangat tampan saat mengenakan pakaian kerja dengan jas yang mengkilat, namun itu semua tidak berlaku bagi Gesa. Gadis itu menghampiri Gevi sambil tersenyum.

Gevi mengandeng tangan Gesa lembut menuju mobil. Suasana hatinya sangat baik hari ini, hingga mereka sampai disebuah perusahaan besar.

Gevi mengangkat tubuh kurus gadis itu diatas meja kerjanya. "Buka lebar" ucapnya. Gesa menurut dengan rona merah diwajahnya. Ini sangat tidak nyaman.

Laki-laki itu menyibak dress yang dipakai Gesa hingga nampak belahan pink menggoda yang masih tertutup kain segitiga berwarna hitam.

Ia mengelus belahan dadi luar kain segitiga itu dengan jari tengahnya, menggeser kain itu kekiri lalu memasukan jari tengahnya kedalam belahan pink itu.

Gesa tersentak kecil. Kedua tangannya memegang tangan besar Gevi yang bergerak dengan cepat di area kemaluannya.

"A-ahhh.... Ge-gevihh... " Gesa tidak bisa menahan desahannya. Ia menutup kedua pahanya hingga tangan Gevi terjepit, namun laki-laki itu malah mempercepat kocokannya.

".... Ahhhh..... Hahhh... Hahhh... Gevi-... Ku mohon berhenti" Gesa semakin tidak karuan. Matanya juling, alisnya menyatu keatas lalu mulutnya terbuka lebar menyuarakan desahan-desahan yang semakin membuat Gevi terangsang.

Gevi tersenyum puas saat Gesa melolong panjang akibat pelepasan. Cairan itu membuat bajunya basah, ia segera bangkit menuju kamar mandi yang ada diruangan ini.

Gesa sama sekali tidak memiliki tenaga sekarang. Ia ejakulasi sangat banyak bahkan sampai berceceran dilantai. Rona diwajahnya belum juga menghilang. Ia turun dari meja itu menuju sofa panjang, menunggu Gevi keluar dari toilet karena ia ingin membersihkan diri juga. Dress bagian depan baik-baik saja namun pada bagian belakang tepat di bokong sintalnya sangat basah akibat pelepasan itu.

Dada gadis itu masih naik turun, pernafasannya belum juga stabil. Gesa menenangkan dirinya terlebih dahulu, ia menoleh kearah pintu toilet yang terbuka karena adiknya.

"Ganti mengunakan kemeja kerjaku kak, disini tidak ada pakaian perempuan" ucapnya.

Gadis itu tidak menjawab. Ia langsung masuk kedalam kamar mandi dan langsung mengganti pakaiannya.

Kemeja putih milik Gevi sangat kebesaran ditubuhnya, dan juga kenapa disini tidak ada celana kerja atau hal lainnya? Hanya ada tumpukkan kemeja putih saja. Ia juga merasa tidak nyaman karena tidak memakai celana dalam akibat basah. Beruntung kemeja ini sangat panjang bahkan hampir selututnya. Setelah selesai semuanya ia pun keluar dari kamar mandi itu.

Gevi tersenyum gemas melihat penampilan kakaknya itu. Kemeja kebesaran selutut dengan rona merah diwajahnya tampak sangat menggemaskan. Ditambah lagi, ia sangat yakin kalau gadisnya tidak memakai celana dalam.

"Bersenang-senanglah disini kak, aku ada rapat sebentar" ucapnya lalu pergi meninggalkan ruangan ini. Gesa berjalan kearah pintu luar ruangan ini, ia mencoba memutar knop pintu itu namun terkunci. Lagi-lagi dikurung!.

Gesa mendekati jendela besar yang menghadiahkan pemandangan kota ini dari atas. Sangalah cantik, apalagi langit yang biru dengan awan putih yang menemaninya.

Sekarang baru pukul delapan pagi, ia dari rumah belum sempat sarapan tadi dan sekarang perutnya lapar. Adik iblis nya itu mengurungnya tanpa dikasih makanan apapun. Gesa kesal.

Matanya menyusuri isi ruangan ini. Tak ada yang istimewa. Alat-alat elektronik yang kemungkinan akan Gesa pakai untuk menghubungi seseorang pun sudah disembunyikan oleh laki-laki itu dan semua laci meja kerja ini sudah dipasangi oleh finger print dan akan terbuka menggunakan ibu jari Gevi.

Gesa menduduki kursi kerja Gevi, memutar-mutar kursi itu asal untuk menghilangkan rasa bosannya.

Sungguh tidak ada apa-apa diruangan ini. Ia juga tidak bisa keluar melewati pintu, kalau melewati jendela bisa-bisa ia berpindah ke alam lain karena ini dilantai 20. Sangat membosankan.

.
.
.
.
Next..

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang