satu

7K 112 13
                                    

Baca the twins dulu, baru ini yaa...

Jangan lupa vote cerita ini dan ikuti profil Pila...

Up setiap malam, entah jam berapa dan berapa chapter... Menyesuaikan kesehatan dan juga mood Pila yaa.....

Happy reading human📖🦋....
.
.
.
(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)♡

Ruangan tanpa cahaya lampu ini menjadi saksi bisu atas tindakan brutal yang dilakukan oleh dua saudara kembar pada seorang gadis tak berdaya yang hanya bisa menangis.

Gesa Anavalerya Reinald. Gadis itu menangis. Dirinya diapit oleh kedua adik kembarnya diatas ranjang. Disaat-saat mereka mengeluarkan suara kenikmatan yang menjijikan menurutnya, ia hanya mengigit bibir bawahnya hingga mengeluarkan darah segar.

Dibawah sana, tempat mahkotanya berada. Disumpal oleh dua tongkat kebesaran milik adiknya. Sudah berkali-kali mereka mengeluarkan cairan dalam tubuhnya hingga Gesa merasa perutnya sedikit membuncit akibat cairan tersebut.

Sudah tidak ada harapan lagi. Hidupnya benar-benar sudah hancur. Gesa sangat jijik. Jijik pada dirinya sendiri dan kedua adiknya.

Gadis itu memejamkan mata. Ia tidak mau melihat adegan yang dirinya alami pada cermin-cermin yang menempel memenuhi dinding. Ruangan berbentuk persegi dengan semua cermin yang sudah melekat pada dinding itu. Tak ada hiasan didalamnya, hanya ada cermin hingga atap langit-langit.

"Buka matamu kak, kau harus melihat tubuhmu yang seksi saat kita seperti ini.... ahh..." Gevi yang berada diatasnya berucap. Badannya terus bergerak naik turun untuk mendapatkan pencapaian puncak lagi.

"Ahh... Fuck... Kau sunguh nikmat kak...." Gavi berada dibawah. Dirinya merasa sudah memasuki tubuh gadis ini terlalu dalam, tongkatnya seperti dijepit sekarang.

Tangan Gevi menahan kedua tangan Gesa diatas kepala gadis itu dan kedua tangan Gavi bermain-main pada gunung kembar yang berguncang akibat permainan mereka.

Gesa tak menghiraukan ucapan mereka berdua ia tetap memejamkan matanya. Gevi melepas penyatuan mereka, ia beralih pada bibir Gesa yang semakin menggoda karena darah.

Ia membersihkan darah yang ada pada bibir gadis itu dengan cara menyesapnya hingga bersih, Gevi pun menelannya. Ia tersenyum karena darah kakaknya sangatlah manis.

Gavi juga melepas penyatuan mereka. Remaja itu terduduk. Ia dapat melihat mahkota kakaknya yang merah merekah. Gavi menepuk-nepuk mahkota itu. Perlahan jari tengah dan manisnya masuk, memaju mundurkannya hingga keluarlah cairah putih yang kemudian ia jilat semuanya hingga bersih.

Gesa tetap menahan suaranya. Sedari awal saat mereka melakukan aksi gilanya itu Gesa sama sekali tidak mengeluarkan suara hingga membuat Gavi naik pitam.

Remaja itu sengaja menampar mahkota kakaknya dengan keras membuat Gesa yang masih dilumat oleh Gevi berteriak.

"AKH!!!....." teriaknya. Gavi masih belum puas. Yang ia inginkan adalah desahan nikmat dari kakaknya, bukan sebuah teriakan.

Gavi mendekatkan wajahnya pada mahkota itu. Menjilati pinggir-pinggir dan terakhir lidahnya masuk untuk mengobrak-abrik apa yang ada didalam.

Gadis itu bergerak gelisah. Nafasnya naik turun. Pahanya bergerak dengan sendirinya mengapit kepala Gavi hingga membuat remaja itu semakin mempercepat dan memperdalam lidahnya.

"A-ahh... Emm..." Suara halus nan penuh menggoda itu semakin membuat Gavi mempercepat gerakan lidahnya hingga...

"AAHHHH!!..... Ahh... Eummm....." Desah Gesa saat permainan Gavi berhasil membuatnya menyemburkan sebuah cairan.

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang