tujuh belas

2.4K 79 6
                                    

⚠️WARNING⚠️
21+++++

Badan Gesa semakin bergetar. Air matanya turun dengan deras saat selimut itu terhempas dari tubuhnya. Tangan kecilnya berusaha menutupi dadanya, kakinya ia silangkan supaya Gevi tidak melihat aset berharganya.

Namun, sekali lagi! Tenaga pria jauh lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Gevi menarik kedua kaki Gesa dengan satu tangannya hingga gadis itu tertidur dengan paksa. Ada teriakan kecil dari gadisnya itu, mungkin terkejut.

Langsung Gevi merangkak keatas tubuh kecil itu sampai wajah mereka bertemu. Ia mengecup perlahan bibir pink alami itu dengan penuh perasaan. Dirinya sudah sangat lama ingin merasakan bibir msnis ini lagi. Mata Gevi terpejam menikmati.

Tangan besarnya menahan kedua tangan kecil gadis itu yang terus saja memberontak dengan cara memukul-mukul dadanya. Tangan Gevi satunya menyentuh pinggang gadis itu, sesekali juga menyentuh area punggung saat Gesa refleks membusungkan dadanya.

Gevi beralih pada bagian leher. Menghiasi leher putih itu dengan tanda kepemilikan. Gesa sampai menangis karena itu sangat sakit.

Beralih lagi pada telinga. Memberikan gigitan kecil, bernafas disana dan tak lupa menyatakan kalimat-kalimat cinta yang membuat Gesa ilfil sekaligus jijik.

Gevi mengikat kedua tangan Gesa dengan sabuk yang telah ia siapkan. Ia membuka semua pakaiannya lalu merobek baju yang Gesa kenakan. Keduanya sama-sama telanjang sekarang.

Gevi terus tersenyum. Dari tadi Gesa selalu memberontak dengan mengucapkan kata-kata umpatan untuknya. Ahh suara gadisnya itu seperti alunan musik di pendengarannya. Tak apa, semua umpatan itu akan segera diganti dengan desahan kenikmatan. Tunggu aja.

Melihat gundukkan kenyal yang bergoyang seiring Gesa bergerak itu membuat Gevi tidak tahan ingin menamparnya.

Gesa merasakan hantaman keras sekaligu sakit dibuah dadanya akibat tamparan Gevi. Gadis itu merasa kesakitan saat tangan Gevi dengan tiba-tiba meremas kuat dada nya. Tangannya yang diikat pun tidak bisa ia lepaskan, ikatan itu sangat erat hingga membuat tangannya sakit. Mungkin sekarang sudah memerah.

Gevi menunduk, ia meraup dada kiri Gesa. Mengigit-gigit kecil puting pink itu yang membuat gadisnya menggeliat dengan ekspresi wajah yang sangat menggoda. Gevi tersenyum dibuatnya.

Gesa pun tak nyaman. Area dadanya terasa sangat aneh. Badannya mulai panas. Ia selalu mengerakkan kedua kakinya seperti orang gelisah. Dibawah sana terasa sangat lembab, apalagi tongkat besar Gevi yang terus menusuk-nusuk titik vitalnya.

Gevi sangat puas melihat Gesa yang mulai terangsang. Ia menyudahi aktivitasnya untuk melihat reaksi Gesa selanjutnya.

"Panas yaa? Aku bantu deh biar ga panas" ucapnya.

Gevi duduk dibawah Gesa, menekuk kedua kaki gadis itu dan matanya berbinar. Ia tersenyum nakal.

"Kau sudah terangsang dari awal sayang? Pertahananmu lemah sekali rupanya" ucap Gevi.

Gesa berusaha menutup kedua kakinya namun Gevi dengan sekali dorongan membuat kaki gadis itu terbuka kembali, Gesa dibuat ngangkang.

Gevi mengemut sendiri dua jarinya. Ia membelai lembut belahan pink yang terbuka itu. Bermain di area sana.

Sesekali juga pandangannya teralih pada wajah cantik itu. Ia semakin tersenyum nakal saat melihat Gesa yang seperti menahan sesuatu dengan alis menyatu serta bibir yang terus-menerus digigitnya.

"Desah saja sayang, aku rindu suara merdumu itu, ayooo.... Sebut namaku" ucap Gevi. Tanganya semakin cepat mengeluar masukkan dua jarinya pada kemaluan Gesa.

"Ah.... Ahhhh.... Ahhhh.... Eummhhh.... Berhentiihh.... " Ucap Gesa sensual.

Gevi semakin cepat mengerakkan tangannya. Hingga tak menunggu waktu yang lama gadis itu akhirnya mengalami pelepasan pertamanya.

"Waww... Banyak yaaa, sampe banjir nih" ucap Gevi ambigu.

Gesa menutupi wajahnya mengunakan tangannya yang terikat. Ia masih mengatur nafasnya, mulutnya terbuka untuk mengambil nafas yang lebih leluasa.

Baru saja mau bernafas, Gesa merasakan sakit di area bawahnya. Ia menangis. Baru kali ini ia merasakan sakit yang luar biasa seperti ini.

"Terbiasalah dengan rasa sakit ini sayang, kita akan melakukannya setiap hari.... Eummhhh" ucap Gevi. Miliknya serasa dijepit dengan sangat erat didalam sana.

"Keluarin hiks.... Hiks.... Sakit...." Ucapnya.

Gevi perlahan-lahan memaju mundurkan pinggulnya. Karena pusakanya sangat besar dan panjang, ia merasakan ada sesuatu yang mengalir keluar, atau itu mungkin darah keperawanannya Gesa?.

"Ahhh.... The fuck.." desah Gevi.

Gevi menggerakkannya secara bertahap. Dari yang awalnya perlahan menjadi sedikit makin cepat. Ia juga menyesuaikan keadaan Gesa, karena sadar bahwa miliknya itu sangatlah besar. Apalagi ini pertama kali juga bagi keduanya.

Hingga tak terhitung sudah berapa kali ia pelepasan. Gevi mengeluarkannya di dalam tubuh gadis itu karena dirinya sangat ingin Gesa hamil anaknya. Kalau masih belum hamil juga, ia dengan senang hati melakukan ini setiap malam.

Bosan dengan satu gaya. Gevi membalikkan tubuh Gesa supaya gadis itu tengkurap. Ia menjunjung bokong gadis itu lalu kembali memasukan tongkatnya.

Sesekali ia juga menampar bokong sintal Gesa sampai membuatnya merah, mengecap tangan nya.

Gesa tidak bisa berbuat apa-apa. Tangannya diikat dengan tubuh yang banjir keringat. Kepalanya menempel pada kasur tetapi bokongnya nungging karena perlakuan Gevi.

Perutnya serasa membuncit akibat Gevi yang terus-terusan mengeluarkan spermanya didalam.

Gevi mendesah panjang saat pelepasan. Ia mencabut tongkatnya dan lubang pink itu langsung memuntahkan sperma Gevi karena terlalu banyak. Saking banyaknya sampai-sampai seperti meleleh di atas kasur.

Gevi sangat puas dengan kerja kerasnya, setelah ini ia berharap Gesa segera hamil anaknya yang akan menurunkan darah iblis ini pada anak itu.

Kalau itu terjadi, Gevi pasti akan sangat mendukung apapun yang anaknya lakukan. Mau itu terobsesi dengan saudaranya sendiri seperti dirinya atau pada wanita lain.

Ia melihat keadaan istrinya yang sangat berantakan. Gevi pun menata tidur istrinya itu supaya bisa tidur dengan nyaman lalu dirinya pun ikut tidur sambil memeluk Gesa dari arah belakang.

Karena masih belum cukup, Gevi kembali memasukan tongkatnya pada kemaluan Gesa dari arah belakang dan akan membiarkannya sampai pagi datang.

Meskipun Gesa menolak, Gevi akan tetap pada pendiriannya. Ia menyuruh Gesa agar diam dan tidur saja. Ah tak lupa ikatan pada tangan gadis itu juga dilepas. Tangan Gesa sangat merah akibat tali itu yang mengikatnya terlalu kuat .

.
.
.
.
Panas gasi? Atau b aja?  Kalo b aja, aku kurang wawasan kek nya

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang