epilog

2.2K 90 12
                                    

Beberapa bulan berlalu. Gesa tengah hamil enam bulan saat ini. Ini murni karena ulah Gevi. Pemuda itu sangat marah sekaligus khawatir jika istrinya mengandung anak dari saudara kembarnya itu. Saking khawatirnya, Gesa bahkan tidak diberi waktu istirahat untuk memulihkan tubuhnya. Suaminya itu benar-benar menggempurnya selama lima hari penuh.

Gesa baru saja selesai mandi. Ia mengamati penampilannya yang sangat cantik. Perut buncitnya itu ia usap dengan lembut sambil tersenyum.

"Lihatlah nak, ibumu menjilat ludahnya sendiri. Yang awalnya ingin kabur tapi sekarang, luluh karena kamu ada disini" ucap Gesa.

Takdir benar-benar tidak ada yang tahu. Perjuangan Gevi yang menaklukkan hatinya dari awal itu membuatnya luluh.

Pemuda itu memperlakukannya dengan sangat lembut setelah kejadian beberapa bulan yang lalu. Kematian Gavi memberikan luka sekaligus trauma dalam dirinya.

Dua adik kembar yang dulu sangat ia sayangi sebagai keluarga kini ceritanya telah berubah. Tidak ada lagi rasa cinta kasih sayang keluarga pada mereka.

Gesa tersenyum datar mengingat masa lalu. Kabar orangtuanya pun ia belum tau sampai sekarang karena larangan Gevi.

Kedepannya Gesa akan fokus merawat bayi yang ada dalam kandungannya. Membicarakan anak kedua? Sejujurnya Gesa takut anaknya akan mewarisi darah suaminya. Yaitu terobsesi dengan saudaranya sendiri. Sudah Gesa putuskan dari awal juga, hanya ada satu anak yang lahir darinya.

Gevi tentu saja menolak permintaan itu. Cita-citanya malah  ingin lebih dari empat. Tapi karena rayuan istrinya, dia pun akhirnya mengiyakan.

Gesa mengambil sebuah jepit rambut. Ia memasangkan pada rambutnya yang lurus dan terawat. Ini masih pagi tetapi Gesa sangat suka menghabiskan waktu memandangi dirinya sendiri di cermin full body dalam kamarnya.

Gevi datang dengan setelan jas karena harus berangkat ke kantor. Namun dasinya masih belum terpasang dengan benar.

"Sayang, bisa bantu aku?" Tanya nya.

Gesa mengalihkan pandangannya je arah suaminya itu. Meraih dasi yang senada dengan warna jas laki-laki itu.

"Sudah rapi" ucapnya kemudian.

Mereka sama-sama memandangi cermin, tersenyum lalu mengecup pipi satu sama lain.

Namun tak lama. Gesa memudarkan senyumannya, membuat Gevi panik dan khawatir.

"Kenapa sayang? Ada yang sakit? Baby ngebuat kamu sakit yaa? Mau pergi kedokter? Aku akan bolos hari ini demi kamu" ucap Gevi.

Gesa menggeleng. Masih menatap cermin. Matanya bergerak ke kanan dan ke kiri, lalu tangan kanannya menepuk-nepuk lengan kirinya yang tampak berisi.

"Kamu waktu aku hamil kok badannya masih bagus? Sedangkan aku, sudah seperti sapi gendut" ucapnya.

Gevi reflek tertawa kecil, tapi itu malah membuat mood Gesa semakin hancur.

"Yasudah, aku akan makan yang banyak supaya badannya gendut juga"

"Jadi menurutmu aku gendut banget yaa?" Ucapnya sambil bertolak pinggang. Gevi menutup mulutnya dengan tangan.

"Lho enggak sayang.... Gini gini... Umumnya ibu hamil akan seperti itu, nanti kalau sudah melahirkan pasti badan kamu yang bagus itu akan kembali" jelas Gevi.

Gesa memandangi dirinya dicermin lagi. "tapi aku jelek" ucapnya.

Gevi memeluk istrinya dari arah belakang. Menundukkan kepalanya supaya sejajar dengan kepala Gesa. Lalu mengusap lembut perut istrinya itu.

"Kamu selalu cantik, sangat cantik, kamu imut lho, tembem gini pipinya" ucap Gevi sambil mencubit kecil pipi Gesa.

Gesa tersenyum geli, ia mengusap pipinya yang dicubit Gevi tadi lalu berbalik badan untuk memeluk suaminya itu.

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang