empat

3.9K 80 1
                                    

"Apa kau ingin keluar?" Gevi menanyakan sesuatu yang membuat Gesa berbinar dan kepala gadis itu dengan antusiasnya mengangguk.

"Coba aja keluar, nanti kakak paling digilir berondong atau aki-aki tua" ucapnya lagi. Gesa seketika mengubah ekspresinya. Benar apa yang dikatakan oleh adiknya. Tidak mungkin kalau ia keluar hanya menggunakan kemeja tanpa celana atau celana dalam.

"Beliin gue celana"

"Pftt... Haha.. kau sangat lucu kak, duduklah yang manis di sofa dan aku akan memesan makanan, kau belum sarapan kan" membelikannya celana? Kakaknya ini kalau minta secara terang-terangan. Tentu saja Gevi menolak, kalau ia ikutan bodoh sudah pasti ia membeli celana untuk Gesa dan melihat gadis itu kabur dengan muka cengo.

Setelah menunggu beberapa menit, ada seseorang yang datang dengan dua buah kantung kresek di kedua tangannya. Adiknya ini membeli junk food.

Tangan mungil Gesa ingin meraih sebuah burger namun Gevi lebih dulu menjangkau burger itu. Ia ingin menyuapi kakaknya dan karena Gesa sudah lapar ia menerima suapan itu.

"Aku ada sebuah permainan kak" ucap Gevi.

Gesa memutar bola matanya malas. Ayolah!! Ia ingin menikmati makannya dengan nikmat!.

"Saat makan seperti ini?!" Gevi menjawabnya dengan anggukan. Ia meraih kentang goreng dan dimasukannya kemulutnya setengah, ia tahan mengunakan gigi.

"Makan ini, sampai kentang gorengnya habis" ucapnya yang masih menahan setengah kentang goreng itu dimulutnya.

"Enggak, gue gak mau ngelakuin-"

"Bercinta dari malam hingga siang? Aku tidak keberatan"

Apa Gesa bilang! Gevi itu menyebalkan!!.

Tangan Gesa bergerak gelisah. Ia tidak mau melakukan permainan bodoh ini tapi adiknya sangat licik, laki-laki itu selalu mengancamnya.

Ia mendekatkan wajahnya pada wajah adiknya. Mengigit ujung kentang goreng itu dengan giginya, ia sekuat tenaga berusaha untuk tidak menyentuh bibir laki-laki ini.

Namun Gevi sangat licik, ia semakin memasukan kentang goreng itu kedalam mulutnya hingga tersisa secuil saja membuat Gesa kesal.

"Lo curang! Gue gak mau"

"Aku bosnya, jadi terserah aku kan?"

"Yaudah kalau gitu gue gak mau main, lagian gue masih ada dua tangan-"

Ucapannya kembali terpotong saat Gevi melepas sabuknya lalu melilitkan pada pergelangan tangannya kebelakang tubuh gadis itu. Kejadian itu terjadi sangat cepat bahkan Gesa tidak bisa menghindar.

"Apasih mau lo!!" Gesa berusaha melepaskan sabuk ini namun usahanya hanyalah sia-sia.

"See? Sekarang kakak hanya bisa menganga menerima suapan ku kan?" Gevi mengambil kentang goreng itu lagi lalu diletakkannya dimulut.

"Makan kak" Gesa memalingkan wajah, ia tak mau menatap adiknya namun kemudian dia berteriak saat Gevi meremas buah dadanya keras.

"Jangan buat aku menunggu kak!" Dengan perlahan ia mendekatkan wajahnya lagi pada Gevi. Mulutnya terbuka untuk meraih ujung kentang goreng itu, namun saat berhasil diraih, Gevi malah mendorong tengkuknya hingga bibir mereka bersentuhan. Gevi melumatnya lembut tetapi menuntut.

Barulah saat Gesa menggelengkan kepalanya kencang, Gevi melepaskan ciuman mereka. Gadisnya langsung menghirup udara banyak-banyak akibat tidak bisa bernafas.

"Mari kita lakukan sampai kentang gorengnya habis"

"Lo gila hah!"

"Aku gila karena kakak"

Meskipun tidak mau, Gesa tetap dipaksa kan.

Pukul sebelas siang barulah mereka menyelesaikan permainan konyol Gevi. Gesa merasa kekenyangan setelah memakan makanan siap saji ini, belum lagi laki-laki itu kembalk memesan makanan, kali ini makanan jepang beserta dessert nya. Katanya supaya badannya terisi kembali, tapi Gesa malah merasa mual saat melihat semua makanan itu. Perutnya sudah tidak bisa menampung makanan lagi.

>>>

Gevi menggendong Gesa menuju kamar gadis itu. Setelah menghabiskan banyak makanan tadi
Gesa tertidur dari sore sampai malam, mungkin kekenyangan atau karena kelelahan bermain dengannya.

"Giliran gue, pergi lo" Gavi menghampirinya. Sepertinya adik kembarnya ini juga baru saja pulang bekerja.

"Mandi dulu, lo bau" ucap Gevi.

Gavi diam, ia memilih memperhatikan pakaian kakaknya daripada menggubris perkataan kembarannya.

Saudara ketika bertemu, kalau tidak berantem ya apalagi? Meskipun mereka sama-sama berumur 22 tahun tetapi sikap kanak-kanak masih berada pada diri mereka.

Gevi menyingkir, ia akan membersihkan dirinya sendiri. Kepalanya pusing akibat berkas-berkas yang ia terima dari sekretaris nya.

Disisi lain, seorang pemuda sangat kesal. Disaat kembarannya tengah asik menikmati waktu berdua dengan sang kakak, sedangkan dia hanya memperhatikan wajah cantik itu saat tertidur.

Gavi menghela nafas kasar, ia ingin mendengar desahan lembut kakaknya lagi. Dia bisa saja membangunkan gadis itu tetapi Gavi tidak tega, gadis ini pasti kelelahan akibat ulah kembarannya.

Akhirnya ia memilih meninggalkan kamar Gesa, mandi terlebih dahulu sebelum pergi ke dapur untuk membuat mie instan. Ada banyak jenis makanan yang dimasak oleh art disini namun Gavi tidak berselera. Beda lagi dengan kembarannya, pemuda itu tengah menikmati rasa dari nasi hangat dengan daging sapi berkualitas tinggi.

"Papa mama gimana?" Tanya Gavi saat ia sudah duduk dimeja makan bersama kembarannya.

"Sekarat" jawabnya.

"Ohh" balas Gavi, ia menyeruput mie kuah yang sudah hangat itu kedalam mulutnya.

"Teman-teman kakak?" Tanyanya lagi.

"Eza mati, Haura sekarat" jawabnya singkat.

Gavi mengangguk-anggukkan kepalanya lalu memakan mie nya kembali. Dengan begini, tidak akan ada yang mengambil kakaknya darinya bukan? Ah~ anak buah mereka sangat bisa diandalkan.

Suapan mie terakhir dari Gavi, ponsel dari Gevi mendadak berdering nyaring, ia membaca nama yang tertera pada layar ponsel mahal itu. 'opa'. Ia pun menggeser tombol hijau itu keatas.

"Yes opa?"

"Oma ingin bertemu dengan cucu perempuannya" Gevi menyatukan alisnya, Gavi yang mendengar perkataan dari kakeknya pun langsung menatap Gevi.

Beberapa menit Gevi terdiam. Ia tidak ingin memperlihatkan Gesa pada dunia luar lagi, ini juga sudah satu tahun lebih lamanya neneknya tidak mengatakan ingin bertemu dengan cucu kesayangannya. Bahkan kakek dan neneknya itu sama sekali tidak menghubunginya, masalah pekerjaan selalu tangan kanan sang kakek yang turun tangan.

"Tapi op-"

"Biar kakek saja yang membawa Gesa kesini"

"Tidak!! Biar kami antarkan saja" potong Gevi cepat-cepat.

"Baik, besok datanglah kemari pukul sembilan, opa tidak menerima keterlambatan kalian!"

Panggilan diakhiri sepihak oleh kakeknya. Ia meletakkan kembali ponsel itu diatas meja dan lanjut memakan makanannya lagi.

"Bebaskan jadwal untuk besok, kita ikut tinggal dirumah opa menemani kakak" ucap Gevi lalu diangguki oleh Gavi.

Semoga saja besok hari berjalan sangat cepat jadi mereka bisa mengurung kembali Gesa tanpa takut gadis itu mencoba kabur.

Tidak biasanya nenek mereka seperti ini. Selama satu tahun lebih, wanita tua itu sangat jarang menghubungi keduanya. Merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi, si kembar akan membawa orang lebih untuk mengawasi kakaknya, jaga-jaga kalau gadis itu kabur dibantu oleh neneknya. Karena Gesa adalah cucu kesayangan oma mereka lebih dari apapun.

.
.
.
.
.
Maaf upnya lama....

Next....

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang