dua

5.2K 107 0
                                    

Gesa terduduk diatas kasurnya. Dapat ia lihat kalau diluar tengah gerimis sekarang. Ingin sekali ia bermain hujan-hujanan tanpa ada tekanan seperti dulu. Bebas dan menyenangkan.

Kamar ini didominasi warna baby blue dan putih. Gadis itu tertunduk. Kedua tangannya masih berusaha menarik-narik pakaian untuk menutupi asetnya.

Tidak memakai dalaman membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Apalagi kain tipis dan menerawang ini sama sekali tidak membantu. Buah dada dengan ujung yang berwarna pink itu tercetak dengan jelas. Gesa mengutuk dress yang ia pakai sekarang.

Sebuah dress berwarna putih terawang yang panjangnya hanya sebatas paha dalam gadis itu, dengan lengan tali spaghetti yang mungkin bisa putus hanya dengan satu tarikan sedikit kuat saja. Gesa mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya, ia takut kalau-kalau dua monster itu tiba-tiba datang memasuki kamarnya.

Ini bukanlah mansion kakeknya lagi. Melainkan sebuah rumah megah yang berdiri ditengah-tengah hutan lebat dengan beragam hewan buas dan berbisa yang berada di dalam hutan itu.

Gesa bersender pada kepala ranjang. Ia lelah, air matanya sudah tidak bisa keluar lagi karena ia sudah terlalu sering menangis.

Ia ingin kabur. Lari sejauh-jauhnya dari dua monster kembar yang sialnya tampan itu. Tetapi, ada kah yang mau membantunya?.

Udara semakin dingin. Ia mematikan AC yang melekat pada dinding lalu mengeratkan selimutnya. Mungkin karena ini sudah malam dan diluar masih gerimis.

Ceklek...

Gadis itu tersentak kecil saat mendengar suara pintu terbuka. Ia menatap malas orang yang masuk ke dalam kamarnya. Dua wajah tampan itu.... Gesa sangat membencinya.

Saudara kembar itu menarik kedua kaki Gesa untuk duduk ditepi kasur lalu mereka duduk disamping kanan dan kiri gadis itu. Gevian Aldevaro Reinald, ia meraih satu tangan kakaknya untuk ia genggam.

Gavian Aldevaro Reinald. Remaja itu membawa sepiring nasi dengan lauk ayam untuk kakaknya. Ini sudah malam dan gadis itu tadi hanya makan sangat sedikit. Ia khawatir dengan kondisi kakaknya.

Namun semua suapan nasi selalu ditolak oleh gadis itu. Gavi kesal, ia memasukan sesendok nasi kedalam mulutnya lalu meraih tengkuk Gesa. Mengigit kuat bibir bawah gadis itu dan setelah terbuka, ia meloloskan nasi yang berada didalam mulutnya masuk kedalam mulut Gesa.

"Kau menjadi nakal kak, kau lebih menyukai caraku seperti ini dari pada menyuapimu dengan lembut" ucapnya.

Gesa menunduk, mengunyah makanan itu lalu menelannya. Kedua monster itu tersenyum menyeringai melihat tingkah kakaknya yang lucu.

Gesa meraih sepiring nasi yang masih dipegang oleh Gavi, berniat untuk memakannya sendiri tanpa bantuan laki-laki itu namun Gavi malah meraih tangannya dan memasukkan jari-jari lentik itu kedalam mulutnya.

Kini kedua tangan Gesa dimainkan oleh dua monster gila itu. Entah hanya menggenggam atau menjilatinya. Gesa sangat lelah dengan kehidupannya jadi ia memilih diam.

Pada akhirnya, sesi menyuapi Gesa telah berubah. Sepiring nasi beserta lauk itu tergeletak diatas nakas, dialihkan oleh pakaian Gesa yang sudah tidak berbentuk seperti semula lagi.

Gavi melumat lembut bibir kakaknya. Ia tersenyum saat kakaknya sudah membalas bahkan mampu bergerak sedikit kasar disela-sela ciuman mereka.

Tangan Gavi memainkan buah dada kanan kakaknya, memelintir ujung gunung itu lalu mulutnya beralih untuk menghisapnya kasar.

Melihat mulut kakaknya yang menganggur, Gevi dengan segera meraih rahang kakaknya. Melumat bibir pucat itu dengan rakus seolah-olah akan ada yang mengambilnya.

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang