dua puluh satu

2.1K 80 0
                                    

⚠️⚠️⚠️
18+++
⚠️⚠️

Gelap. Gesa sama sekali tidak bisa melihat apa-apa ditempat ini. Yang ia ingat adalah dirinya masih berada didalam mobil yang dikendarai oleh Gavi, adik dari kembaran suaminya. Dan entah kenapa ia bisa pingsan saat melihat wajah itu.

Yang Gesa rasakan sepertinya tangannya diborgol dari belakang dan dirinya tengah duduk disebuah kursi kayu. Matanya ditutup dengan sebuah kain yang diikat dengan sangat erat di kepalanya. Jujur, Gesa mulai pusing akibat ikatan tali itu.

Ia terkejut saat seseorang menyentuh kedua tangannya yang masih diborgol. Usapan lembut ia rasakan dikedua tangannya itu namun Gesa merintih saat usapan itu berganti dengan cengkraman yang sangat kuat.

"To-tolong... Ini sakit" ucap Gesa. Untung saja mulutnya tidak ditutup dengan sesuatu.

"Sayang..." Gesa terkejut sekaligus merinding saat seseorang membisikan ucapan itu ditelinga kirinya. Kepalanya pun menoleh kesamping kearah suara itu berasal.

"Sayang..." Kini suara bisikan itu berganti ditelinga kanannya.

"Sayang..."

"Sayang..."

"Sayang..."

Ucapan itu terus bergonta-ganti dikedua telinganya hingga Gesa dibuat menjerit saat tangannya merasakan sengatan panas.

"Hahaha....." Gesa mendengar suara tawa. Suara tawa itu terus saja muncul saat dia berteriak kesakitan. Jadi ia memilih untuk menahan teriakannya itu, karena Gesa benci membuat orang yang menculiknya sangat bahagia jika dirinya disiksa.

Nafas Gesa tidak stabil. Tapi ia sudah tidak merasakan sengatan panas itu lagi. Dirinya sangat yakin jika sebagian kulitnya itu melepuh akibat sengatan panas tadi.

Gesa dilanda panik saat dress yang ia pakai terasa terangkat hingga paha. Enggak dia gak mau.

"Jangan bersikap kurang ajar!" Ucap Gesa tegas.

Namun bukannya menghentikan aksinya, dress itu malah terangkat lalu berhenti pada paha bagian dalam, pakaian dalam Gesa pun ternampak sedikit.

Gesa marah sekaligus malu, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Gavi membuka ikatan pada kepala Gesa yang menutupi mata gadis itu. Pertama kali yang ia lihat adalah wajah Gavi tengah tersenyum yang menurutnya sangat mengerikan.

Air matanya kemudian jatuh, entah kenapa melihat wajah ini membuat dirinya ketakutan. Sangat berbeda saat dirinya diculik oleh Gevi dulu. Badan Gesa bergetar, air matanya mengalir semakin deras. Ia sesenggukan.

"Shuuttt.... Cup cup sayang... Ketemu aku masa nangis sih" ucap Gavi sambil menyeka air mata Gesa.

Penampilan Gesa sangat... Seksi dimata Gavi. Rambut yang digerai, sedikit acak-acakan karena ulahnya. Dress yang dipakai gadis itu menampilkan satu pundaknya yang putih mulus. Paha gadis itu juga terlihat akibat ulahnya tadi.

"So beautiful..." Gavi duduk dipangkuan Gesa yang masih ia borgol. Ia menangkup pipi gadis itu hinga bibir Gesa dibuat monyong. Gavi mencium bibir Gesa. Melumatnya dengan rakus hingga Gesa dibuat kewalahan.

"Hmpp....hmpttt....." Gesa memberontak dengan cara menggeleng-gelengkan kepalanya. Pasokan udaranya benar-benar menipis, apa ia akan mati dengan cara konyol seperti ini?.

Gavi melepaskan penyatuan bibir mereka. Ia berganti memeluk Gesa dengan sangat erat. Kepalanya ditenggelamkan pada leher gadis itu, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Gesa yang sudah sangat lama ia rindukan.

Gesa mulai tidak kuat. Badan Gavi sangat berat untuknya. Laki-laki itu dengan tidak sopannya duduk diatas pahanya sambil memeluknya seperti ini.

"Kalau aku tidak bisa memilikimu, maka orang lain juga tidak bisa" Gesa merinding saat Gavi mengucapkan kata-kata itu, apalagi nafasnya sangat terasa dilehernya.

Gavi melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah cantik itu. Air mata gadisnya sudah tidak mengalir lagi, ia tersenyum.

"Kak, ayo mati"

Mata Gesa membulat mendengar ucapan Gavi. Entah apa yang ada dipikiran laki-laki itu. Bisa-bisanya dia mengucapkannya sambil tersenyum.

"Kita harus mati kak, dengan begitu kau hanya menjadi milikku, Gevi tidak akan menganggu kita lagi" ucap Gavi lagi.

Gesa menggelengkan kepalanya, adiknya benar-benar sudah gila.

Gavi marah melihat respon kakaknya. Ia berdiri lalu membuka borgol Gesa untuk memindahkan gadis itu diatas kasur.

Perasaan Gesa mulai tidak enak. Pikiran negatif terus memenuhi kepalanya. Apalagi yang membawanya kini Gavi, adik gila yang sangat terobsesi kepadanya.

Gesa memberontak namun Gavi langsung membantingnya ke atas ranjang dan mengurung gadis itu dibawahnya.

"Aku sudah lama merindukanmu kak" ucap Gavi.

Matanya dipenuhi dengan kilatan nafsu. Apalagi saat menatap Gesa. Tatapannya sayu namun Gesa sangat tau, Gavi seperti menatap pada sebuah hidangan, hidangan yang sangat lezat dan menggiurkan.

"Akh..." Jerit Gesa saat dress yang ia pakai dirobek oleh Gavi. Kuku tajam pemuda itu sedikit menggores kulitnya, ia yakin itu pasti berdarah.

Karena Gesa yang terus memberontak Gavi memborgol kembali kedua tangan gadis itu lalu menguncinya di atas kepala Gesa.

"Eummphh... Emmhh... Ahh... Aku rindu kedua gunung milikkuhh..." Desah Gavi, ia mencium, melumat, mengigit kecil kedua payudara Gesa. Sedangkan gadis itu menahan desahannya.

Plak... "Ahhhh....."

Karena gemas Gesa sama sekali tidak menyebut namanya atau bahkan mengeluarkan suara, Gavi menampar payudara kiri Gesa hingga gadis itu mengeluarkan suara.

Gavi tersenyum, ia meremas kuat payudara itu, memainkan ujungnya yang lancip dengan jarinya.

"Emphh..." Desah Gesa.

Jarena mendapat respon baik, Gavi melanjutkan dengan memasukan jari tengahnya pada kemaluan Gesa.

Raut wajahnya berubah saat merasakan sesuatu dibawah sana.

"Berapa kali kau berhubungan dengan Gevi?" Tanya Gavi.

Gesa masih mengatur nafasnya, tidak menjawab pertanyaan Gavi.

"Puluhan? Ratusan?" Gavi kembali bertanya namun tangannya masih terus bermain dikemaluan Gesa, membuat gadis itu kesulitan bicara.

"Jawab!!" Gavi semakin mempercepat temponya. Kaki Gesa sedikit ia rapatnya karena geli dibagian kemaluannya namun kaki Gavi malah menahan kakinya hingga terbuka semakin lebar lagi.

"Ahh..... Eumhh... Hentikanhh..." Desah Gesa.

"Kau tidak menjawab pertanyaan ku hmm?" Gavi melepas tangannya dari kemaluan Gesa. Ia melepas baju dan juga celananya. Tanpa aba-aba atau info dulu, ia meloloskan penis besar dan panjangnya itu untuk masuk ke vagina Gesa.

Gavi samakin mempercepat temponya. Desahan Gesa pun semakin tidak karuan, ia benar-benar dibuat kacau oleh laki-laki satu ini.

Plak...

Sesekali ia juga menampar kedua dada kenyal Gesa, itu membuatnya semakin terombang-ambing seperti ombak dilautan.

"Ahhh... Ahhhh... Eummhh... Ahh... Gavihh.... Ku mohon.... Hentikanh..." Ucap Gesa terbata-bata disela-sela desahannya.

"Yes babyhh... Tunggu sampe kau hamil anakku"

.
.
.
Next..

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang