dua puluh dua

1.3K 70 4
                                    

"Hahh.. Hah.. Hah..." Gavi mengatur nafasnya. Matanya melirik ke arah jam yang tertempel di dinding. Menunjukkan pukul lima pagi, cahaya matahari juga sudah terlihat sedikit-sedikit.

Ia menatap wanita yang menutup matanya. Nafasnya masih terengah-engah. Ia membanting tubuhnya diatas kasur, tepat disamping wanita itu. Memeluknya lalu mencium pelipis wanita itu kemudian memejamkan matanya.

Wanita itu Gesa. Gadis itu pingsan saat baru memulai ronde ketiga dengan Gavi. Saat pingsan pun Gavi tetap melanjutkan aktivitasnya tanpa memperdulikan kesadaran gadis itu. Nafsunya benar-benar mengendalikan dirinya sepenuhnya. Entah sudah berapa kali ia pelepasan didalam tubuh Gesa.

Gavi memeluk Gesa dari samping, ia mengelus perut yang agak membuncit milik Gesa akibat spermanya. Ia berharap ada kehidupan didalam perut ini.

>>>

Gevi sudah tahu dari awal. Ini semua ulah kembaran sialannya itu. Karena selama ini ia juga menyelidiki kehidupan Gavi. Namun ia tidak menyangka kalau adiknya itu akan bertindak secepat ini.

Lokasi Gavi sangat terpencil, mobil pun tidak bisa masuk ke sana. Yang dimana tempatnya adalah hutan namun dikelilingi banyak sungai. Apalagi hutan ini sangat luas. Gavi sampai menyebar seluruh bodyguardnya untuk menemukan rumah yang disinggahi Gavi bersama istrinya itu.

Masalah tempat, Gavi ahlinya. Pemuda itu sangat tahu tempat-tempat persembunyian yang aman tanpa bisa terlacak oleh musuh meskipun sudah memakai alat-alat secanggih mungkin.

Disisi lain. Gesa tengah memeluk kedua kakinya. Penampilannya masih acak-acakan. Dress yang dia pakai sudah tidak bisa digunakan lagi. Saat ini Gesa hanya memakai sebuah kemeja putih yang diberi oleh Gavi. Yup, tanpa celana maupun dalaman.

Gavi membuka pintu kamar, ditangannya terdapat sebuah nampan dengan sepiring nasi di atasnya.

Laki-laki itu duduk diatas ranjang yang Gesa tempati. Tangannya terulur untuk menyuapi Gesa.

"Kau mau aku memakai cara lain untuk menyuapimu?" Tanya Gavi saat Gesa sama sekali tidak mau membuka mulutnya.

Gesa tidak nafsu makan. Area vitalnya masih terasa sangat sakit. Tidak. Bukan hanya itu. Tapi, seluruh tubuhnya sangat sakit.

Karena kesal dan Gavi juga bukan orang penyabar. Ia memasukan satu sendok nasi berserta lauknya kedalam mulut lalu menarik rambut Gesa supaya bisa menjangkau bibir gadis itu.

Gavi mengunyahnya sedikit, mengigit bibir bawah Gesa supaya bisa terbuka lalu memaksakan makanan yang berada dimulutnya itu masuk kedalam mulut Gesa.

"Yaa sepertinya kau suka cara seperti ini" ucapnya.

Gesa ingin memuntahkan makanan yang berada didalam mulutnya namun Gavi dengan cepat membungkam mulut gadis itu dengan tangannya.

"Telan" ucapnya tanpa bantahan.

Setelah menelan makanan itu, Gesa meminta agar sepiring nasi itu diberikan kepadanya, bermaksud akan memakannya sendiri. Namun Gavi menolak, ia akan tetap menyuapi Gesa dengan benar. Kecuali jika gadis itu tidak menurut padanya.

Setelah satu piring itu habis. Gavi memberikan segelas air untuk Gesa. Ia tersenyum melihat Gesa minum air itu.

"Istirahatlah supaya bisa pulih lebih cepat agar nanti malam bisa bermain lagi" Gavi pergi setelah mengucapkan kalimat itu.

Gesa menenggelamkan kepalanya diantara lututnya lagi. Ia menangis. Saat ini ia berharap Gevi menyelamatkannya.

Lucu sekali bukan? Saat Gesa ingin pergi sejauh-jauhnya dari Gevi, tapi sekarang kenyataannya berbalik.

Benar. Ia ingin bebas dari Gevi. Tapi, bukan malah jatuh ke perangkap adik satunya lagi. Takdir benar-benar mempermainkannya.

Mereka berbeda. Tapi keinginan mereka sama. Lalu Gesa harus apa? Mereka sama-sama menginginkan dirinya. Bahkan Gesa tidak bisa membayangkan jika mereka bertemu, apa tidak saling bunuh?.

Sunguh realita sangat berbeda jauh dari ekspektasinya. Ia kira akan selalu hidup damai dengan kekasih masing-masing, namun kehidupan ini sering membuat kita terkejut bukan?.

Gesa muak. Ia lelah harus dibawa kesana kemari. Ia juga tidak punya pilihan. Matanya menelisik ruangan ini. Ruangan yang tampak sangat penggap karena sama sekali tidak ada jendela maupun ventilasi.

Pintu untuk akses keluar masuk pun di kunci dari luar oleh laki-laki itu. Tidak ada yang Gesa lakukan disini, selain duduk dan berbaring. Gavi benar-benar mengurungnya untuk dirinya sendiri. Untuk nafsu bejatnya itu.

Air mata Gesa kembali mengalir. Ia sangat berharap orang lain datang menyelamatkannya. Namun siapa? Saat ini yang tau dirinya diculik hanyalah Gevi seorang.

Tapi Gesa juga tidak mau jika harus terkurung lagi. Gesa lelah. Capek. Kenapa kebebasan itu sangat sulit ia gapai?.

Apa Gesa harus mati jika itu membuatnya jauh dari kedua adik kembarnya? Masa depannya sudah tidak bisa ia raih. Orangtuanya? Gesa saja tidak tahu mereka sudah suiman dari koma nya atau belum.

Lalu Gesa berharap pada siapa jika ingin terbebas dari mereka. Monster gila yang sangat terobsesi kepadanya.

>>>

Gavi meminum teh nya satu tegukan. Lalu meletakkan cangkir itu lagi pada meja. Matanya kembali melihat rekaman cctv yang ia taruh disetiap sudut rumah.

Sebenarnya rumah ini bukanlah rumahnya. Gavi menemukan rumah ini saat mencari tempat persembunyian dari kakeknya.

Yaa dia kabur dengan merampas semua uang dari pria tua itu. Persetan dengan warisan perusahaan, kepalanya benar-benar ingin meledak jika harus berurusan dengan berkas-berkas sialan itu lagi.

Rumah ini masih layak huni, dengan beberapa perubahan kecil untuk dirinya dan Gesa tempati.

Karena lokasi dengan kota sangat jauh, Gavi tidak bisa meninggalkan Gesa sendirian, apalagi ia sangat yakin kalau Gevi juga mencari keberadaan gadis itu.

Gavi menekan mouse untuk beralih pada rekaman di hutan. Tentu ia juga menempelkan beberapa kamera pengawas dihutan. Ia sangat berhati-hati terhadap Gevi. Kembarannya itu juga sangat pintar.

Karena tidak ada hal yang mencurigakan, Gavi mengambil beberapa camilan untuk Gesa. Ia yakin gadis itu sangat bosan berada di ruangan tertutup. Eumm.. dan mungkin perlahan mental gadis itu bisa saja hancur karena terlalu lama terkurung diruangan itu.

Bagus bukan? Itu lebih baik karena Gesa tidak bisa memberontak atau ingin pergi darinya. Yaa paling sesekali tantrum.

.
.
.
.

Komen lagi dong...

Pila suka baca komentar kalian

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang