Tahun berganti, tak terasa rumah tangga Gesa sudah berjalan cukup lama. Yakni tujuh tahun. Anak kecil manis yang berada didalam perut Gesa kini tubuh baik karena asuhan kedua orangtuanya.
Alletheon Miro Aldevaro Reinald. Nama yang cukup panjang untuk seorang anak kecil yang manis itu. Anak Gesa kini usianya sudah menginjak enam tahun dan besok adalah hari besar bagi Theon karena akan memasuki Pendidikan Anak Usia Dini.
"Mom, besok aku ingin ke sekolah bersama Daddy" ucap anak kecil itu.
Gesa saat ini tengah mengemasi peralatan sekolah anaknya. Ia juga sudah menyetrika baju si kecil itu untuk dipakai besok.
"Kenapa tidak bersama Mommy?"
"Aku ingin belajar dengan Daddy, Mommy duduk dirumah saja istirahat"
"Kamu gemesin banget sih"
Gesa menoel-noel pipi tembam anak laki-laki itu. Anaknya mungkin sedikit berbeda dengan teman sepantarannya. Umumnya sifat anak-anak akan sangat aktif dan selalu menanyakannya hal-hal yang ia ingin ketahui, namun sifat anaknya ini sedikit berbeda dari kebanyakan. Meskipun ada juga anak yang introvert atau sangat pemalu, Theon itu sifatnya jauh lebih dingin bahkan saat bersama dirinya.
Theon berbicara saat perlu saja. Ia bahkan tidak suka jika orang lain menyentuh pipinya selain kedua orangtuanya. Yaa itu wajar sih, tapi ia akan sangat marah jika orang lain melakukan hal yang sangat ia benci itu.
Gesa berpikir, mungkin itu semua darah dari suaminya. Gevi memang jauh kebih cuek dan dingin ketimbang saudara kembarnya dulu.
Namun Vania tidak mempermasalahkan itu. Ia sangat bahagia sekarang. Anaknya selalu menyayanginya dan suaminya tentu saja.
"Mommy pergilah ke kamarmu, Theon takut Mommy kecapekan" pinta Theon.
"Iyaa sayang, terimakasih sudah perhatian pada Mommy mu ini, sekarang naiklah ke ranjangmu dan persiapkan dirimu untuk besok" ucap Gesa. Ia mengecup dahi anaknya sayang lalu mematikan lampu kamar ini.
Gevi yang menunggu didepan pintu pun memajukan bibirnya. Ia baru saja pulang dari kantor dan malah melihat istrinya itu tengah berduaan dengan Gevi kecil
"Aku sangat cemburu"
Gesa menghembuskan nafasnya, bahkan pada anaknya sendiri laki-laki itu bisa cemburu?.
"Apa wajar kamu cemburu pada anakmu?"
"Tentu lah, dia kan cowok, dan kamu sudah menciumnya"
"Gevi, jangan mulai"
"Tidak sayang..." Gevi merangkul Gesa lalu mengangkat tubuh istrinya itu untuk masuk kedalam kamar.
"...sekarang, permainan baru saja dimulai" tangan Gevi mulai melucuti pakaian Gesa, tapi wanita itu menghentikan aksinya.
"Kamu bau, mandi dulu sana" ucapnya.
>>>
"Okee boy... Kamu sudah siap kan untuk bertemu dengan teman-temanmu?"
"Kau sudah menanyakan itu berulang kali padaku Dad, tunggulah aku didepan kelas saja"
Gevi menatap tak percaya anaknya. Anak berusia enam tahun itu sudah pandai berkata seperti orang dewasa? Sungguh darahnya mengalir dengan sangat kental ditubuh kecil itu.
Theon memasuki kelasnya, ia langsung duduk dibangku depan dengan ekspresi yang datar. Gevi memperhatikan terus anaknya itu dari jendela kelas yang kecil bersama para ibu-ibu yang lainnya.
Ketika kelas dimulai, Theon selalu bisa menjawab pertanyaan dari guru paud itu. Gevi menganga takjub, perasaan ilmu yang ia ajarkan semalam hanyalah tentang perkenalan saja. Tetapi pemikiran anaknya menangkapnya lebih.
"Boleh aku duduk disampingmu?" Ucap seorang anak perempuan yang rambutnya dikepang satu. Pony tipisnya itu bergoyang saat anak kecil itu berpindah-pindah memutari Theon yang hanya diam menatapnya.
"Boleh yaa boleh yaaa? Kamu ganteng soalnya, atau jadi pacarku saja?" Ucap anak perempuan itu sambil mengedipkan satu matanya.
Gevi yang mendengar dari luar itu membelalakkan matanya, ia tak menyangka anak kecil juga bisa centil.
Theon menatapnya datar, ia sama sekali tidak memperdulikan anak perempuan itu.
Namun karena jiwa centil ibunya sangat melekat padanya, anak perempuan itu mendorong Theon dengan pinggulnya, menyuruh Theon untuk berbagi tempat duduk dengannya.
Theon yang merasa terganggu pun berdiri lalu berpindah ke tempat duduk belakang, namun gadis itu juga mengikutinya dan melakukan hal yang sama sampai Theon mau berbagi tempat duduk dengannya.
"Dari sekian banyaknya tempat duduk, kenapa kamu selalu mengusirku?" Tanya Theon.
"Aku tidak mengusirmu, aku ingin kau berbagi tempat duduk denganku"
"Aku tidak mau"
"Kalau begitu pangku saja aku"
Theon memundurkan tubuhnya saat pahanya diduduki oleh anak perempuan itu. Anak perempuan yang sama sekali tak ia ketahui namanya itu pun dengan sangat lancangnya menoel-noel pipi tembam Theon.
"Pipimu lembut, Jia suka"
Theon menghembuskan nafasnya diwajah anak perempuan itu.
"Menyingkir atau aku buat kamu menyesal seumur hidup"
"Tidak mau, Jia suka sama kamu"
Theon menarik senyumannya. Ia sepertinya mendapatkan sesuatu yang menarik disekolah kecil ini.
Ia menatap ayahnya yang berada di jendela. Gevi sangat paham dengan tatapan anaknya itu, ia sedikit takut karena Theon yang menatap anak perempuan itu seperti ia menatap Gesa pertama kali ketika ia jatuh cinta.
Saat kelas selesai Theon mengandeng tangan mungil anak perempuan itu menuju tempat duduk dan menjauhi ayahnya.
"Kamu tinggal dimana?" Tanya Theon.
"Jia tinggal di panti bersama kakak-kakak ganteng" ucap nya dengan senyum ceria. Ia sangat bahagia ketika tangannya digenggam erat oleh anak laki-laki yang ia sukai pertama masuk ke paud ini.
"Tinggalah bersamaku, selamanya"
"Tidak mau, Jia ingin tinggal di negara Swiss nanti, bukan bersamamu"
"Kamu tidak akan pergi kesana kalau tidak bersamaku"
"Enggak ah, Jia ingin pergi bersama kakak-kakak ganteng di panti, kan Jia milik mereka jadi Jia juga harus bersama mereka"
"Kamu milikku, sampai kapanpun"
Anak kecil yang diketahui bernama Jia itu pun melepaskan genggaman tangan Theon. Ia sedikit tidak paham dengan ucapannya, ia melepaskan genggaman itu karena ia takut akan tatapan Theon padanya.
"Jia belum tau namamu"
"Panggil aku, Miro"
Jia mendadak melebarkan matanya. Ia menjilat pipi tembam Theon lalu mengecap bibirnya.
"Jia suka Milo, tapi kamu tidak ada rasa milo"
Theon yang terkejut, memegang pipinya. Ia tak percaya akan apa yang dilakukan Jia padanya. Jika disentuh dengan tangan saja Theon tidak suka, apalgi dijilat.
Tapi anak ini berbeda, Theon malah mengharapkan dijilat lagi oleh Jia.
"Kamu harus menjadi milikku, Jia"
.
.
.
Udah yaa..Jangan nagih aku lagi, aku takut dirujak ma kalian😭
Terimakasih udah baca, memberi vote and komentar..
Love you all❤️
~salam dari kawanan kupu-kupu 🦋🦋✨
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins 2 (Tamat)
Ficção Adolescentefollow sebelum membaca!!!!! ini lanjutan dari 'the twins', kalian baca cerita yang pertama dulu yaa, biar gak bingung juga.... "Kakak tau sendiri kalau aku tidak suka berbagi! Aku akan membunuh mereka yang merebut kakak dariku meskipun itu keluargak...