empat belas

1.8K 63 0
                                    

Hari ini hari terakhir Bella menemani cucu perempuannya didesa ini. Setelah dua hari kemarin ia sangat bahagia bisa melakukan aktivitas apapun bersama cucunya. Kini dia pun bersedih lagi karena harus berpisah.

"Oma jaga kesehatan yaa, jangan lupa selalu hubungi Gesa" ucap Gesa dengan raut wajah sedih.

"Iyaa sayang. Kamu baik-baik disini yaa, jangan nakal dan dengerin kata bunda mu" ucap Bella.

Gesa mengangguk, ia memeluk Bella sebagai ucapan perpisahan.

"Kabarin terus perkembangan mama papa pada Gesa ya oma, Gesa sangat rindu mereka" ucapnya disela-sela pelukan mereka.

Bella mengangguk, tangan keriputnya mengelus surai lembut cucu cantiknya itu.

Mobil yang dikendarai Bella pun meninggalkan pekarangan rumah ini, begitu juga dengan banyaknya mobil para bodyguard yang mendampingi Bella dalam perjalanan.

Seketika, rumah sederhana namun apik ini kembali sunyi. Tidak ada lagi Bella, yang menjadi nenek terbaik Gesa. Tidak ada lagi canda tawa para bodyguard untuk mengisi kesunyian rumah ini.

Didalam rumah ini, dua hari pun terasa sangat lama karena suasana hangatnya. Meskipun atasan dan bawahan, mereka semua adalah manusia. Dengan adanya Liliana, hati para bodyguard itu menjadi tersentuh karena mereka semua dianggap keluarga.

Meskipun begitu. Para bodyguard itu agak meleleh, tidak kaku atau terlihat garang saat didepan Evan.

Dua hari full disini, sikap mereka menjadi sangat berubah. Tidak ada yang tau kalau luarnya terlihat garang namun hatinya bak hello Kitty. Gesa merasa terhibur dengan tingkah laku para bodyguard neneknya itu.

Para bodyguard itupun merasa senang dan bahagia melihat Gesa tertawa lepas karena tingkah laku mereka. Melihat Gesa yang bahagia seperti itu mengingatkan mereka pada anak-anaknya yang ditinggal kerja.

Karena mereka juga seorang ayah yang jauh dari keluarganya. Itulah mengapa saat melihat keluarga kecil ini bahagia, mereka pun ikutan bahagia juga.

Dalam perjalanannya, Bella mengobrol kecil dengan supir atau yang menjabat menjadi kepala bodyguard disini.

"Semua aman nyonya, tak ada yang mencurigakan sama sekali" jelas supirnya itu.

"Bagus. Bilang pada tuanmu, kalau sampai senyum Gesa menghilang gara-gara bertemu kembali dengan bocah kembar itu, aku akan sangat marah padanya"

"Baik nyonya"

Bella membuka ponselnya. Ia memandangi senyum ceria Gesa waktu gadis itu masih kecil. Senyumannya sangat indah. Dirinya sangat suka melihat cucu kesayangannya itu tersenyum. Benar-benar senyuman tulus yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

>>>

Gesa merebahkan tubuhnya pada lantai kamar. Tanpa alas. Ia ingin menikmati dinginnya lantai ini setelah selesai membersihkan rumah selepas ada tamu.

Wajah cantik itu tersenyum sambil menatap langit-langit kamar. Tubuhnya sangat lelah karena banyak yang harus dibersihkan.

Tapi, ia sangat bahagia bisa bertemu neneknya setelah sekian lama. Meskipun pertemuannya singkat namun itu cukup untuk mengisi kerinduan Gesa pada wanita tua itu.

Gesa menyalakan kipas yang berada diatas nakas. Kipas berukuran kecil itu diarahkan kebawah  membuat tubuhnya makin nyaman.

Gadis itu memejamkan matanya untuk menikmati waktu santai ini, namun yang ia tidak ketahui kalau dress yang dipakai Gesa mengembang hingga terangkat keatas, menampakkan paha putih mulus itu.

Karena posisi Gesa yang tiduran dilantai, sedangkan kipasnya yang ia putar agak kencang itu yang membuat dressnya keangkat.

Fano bahkan menutup matanya saat melihat pemandangan itu. Karena tadi ia disuruh ibunya untuk memanggil Gesa. Dan saat buka pintu, ia sangat terkejut melihat tingkah gadis itu.

Laki-laki itupun berbalik badan, tidak lupa menutup pintu tanpa menimbulkan suara.

Gesa masih menikmati waktu istirahatnya, tetapi tidak berselang lama ia mematikan kipas angin itu lalu pergi keluar.

Siang ini sangatlah panas. Gesa memilih untuk menyirami tanaman agar dirinya bisa bermain air. Fano menghampirinya dengan membawa banyak es krim. Gesa yang melihat hal tersebut langsung menghampiri pemuda itu.

Gadis itu duduk diteras rumah dengan senyum cerianya, Fano memberikan es krim rasa buah semangka kepadanya dan diterima dengan senang hati oleh Gesa.

Mereka menikmati es krim sambil melihat halaman depan yang penuh tanaman dengan tawa akibat lawakan lucu Fano.

>>>

Gevi menatap terus layar komputernya. Di dalam layar persegi panjang itu terdapat garis-garis biru dengan sebuah tanda diujung garis itu. Nampak seperti sebuah lokasi.

Bibirnya bergetar, lalu terangkat sebelah. Matanya berbinar seperti seseorang yang menemukan sebuah berlian langka.

Tangannya bergerak menari-nari pada keyboard hingga membentuk sebuah angka pada layar. Tampilan pun berubah, memunculkan lebih jelas sebuah perumahan yang sepertinya penduduknya hanya sedikit.

Tampilan sekitar perumahan itu, nampak seperti sebuah desa dengan lingkungan yang masih alami. Terdapat banyak pohon dan juga sawah-sawah yang sangat hijau. Nampak asri.

Gevi menyender pada kursinya. Matanya mengamati layar itu yang memunculkan sebuah rumah. Rumah minimalis dengan banyaknya tanaman pada halaman depan.

Alisnya berkerut. Rumah itu bersih, namun Gevi tidak akan mau tinggal disana meskipun terlihat sangat asri dan tenang.

Gevi tak tau dengan pemikiran gadisnya. Kenapa pula gadis itu kabur ke tempat seperti ini, rumahnya pun kecil, bisa engap dia tinggal disana bersama gadis itu.

Untung saja ia membeli rumah mewah yang besar dengan fasilitas lengkap. Semua itu bisa dibelinya dengan kerja kerasnya sendiri selama lima bulan terakhir ini.

Saat bawahannya memberi informasi kalau Gesa sudah ditemukan, ia langsung membeli rumah besar itu supaya bisa mengurung gadisnya agar tidak pernah kabur lagi.

Soal kembarannya, adiknya itu sama sekali tidak ikut membantu. Pekerjaan kantor pun ia sendiri yang menyelesaikan, sedangkan adiknya? Hanya bermain dengan jalang-jalang sialan.

Gevi egois? Bodo amat. Ia akan menyimpan Gesa untuk dirinya sendiri. Lagian yang menemukan Gesa untuk pertama kali adalah dirinya. Ia sangat yakin kalau adiknya masih pusing dengan berkas-berkas kantor yang menumpuk pemberian dari Evan.

Gevi mendongakkan kepalanya keatas, tangannya ia satukan untuk menjadi tumpuan dari kepalanya. Bibirnya terus saja tersenyum. Kursi itu pun ia putar. Pikirannya membayangkan adegan-adegan dewasa yang ia lakukan bersama Gesa. Apa gadis itu suka kekerasan dalam berhubungan? Tetapi Gevi tidak suka, tapi kalau mencobanya sekali tidak apa kan?.

Lain halnya dengan Gevi yang terus tersenyum memikirkan gadisnya. Berbeda dengan Gavi yang menggaruk-garuk kepalanya karena pekerjaannya yang belum selesai-selesai. Seperti tidak ada tanda-tanda akan habis.

Lain pula dengan Gesa. Gadis itu merasakan sakit di dadanya. Entah kenapa dadanya terasa sesak, dan perasaannya pun tidak enak. Kenapa ini? Seperti ada sesuatu yang buruk yang akan menimpanya.

Gesa langsung berdoa, semoga perasaan buruk itu menghilang dan besok tidak terjadi apa-apa. Semoga saja...

.
.
.
.
.
Next...

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang