sembilan belas

2.1K 79 4
                                    

Gesa sangat bosan! Setiap hari kehidupannya terasa sangat monoton. Bangun tidur, mandi, dandan, nonton film, baca buku, makan, lalu tidur. Gitu mulu tiap hari.

Mau keluar tidak boleh. Mau bermain ponsel, laki-lakinya itu sama sekali tidak mau memberikannya. Tiap pulang kerja, dia pasti membeli novel untuk dirinya. Tapi Gesa selalu merasa bosan. Ia butuh teman.

Mengajak para maid untuk mengobrol dengannya pun percuma, seperti mengobrol dengan angin saja.

Pagi ini pun sama. Selesai mandi Gesa hanya termenung menatap ke luar jendela. Pandangannya tertuju pada satu burung yang tak tahu itu jenis apa, tengah mengumpulkan rumput panjang yang akan dibuat menjadi sarangnya.

Jendela ini mengarah langsung pada hutan, meskipun hari sudah pagi atau bahkan menjelang siang, hutan itu nampak gelap akibat daun-daun pohon yang menutupinya sangat lebat.

Tatapannya beralih pada bagian bawah pohon saat dirinya melihat seekor beruang besar. Nampaknya hewan itu tengah mencari makanan.

Pikirannya bertanya lagi, bagaimana bisa suaminya itu membangun tempat ini ditengah-tengah hutan yang dikelilingi oleh hewan-hewan pemangsa?

Gesa merinding saat membayangkan berapa banyak kuli bangunan yang meninggal akibat dimangsa oleh hewan-hewan itu. Tidak mungkin kan kalau tidak ada korban saat membangun tempat mewan ini di hutan?

Tapi kenapa juga pemikirannya sangat random hingga memikirkan hal-hal yang seperti itu?

Ngomong-ngomong dirinya sama sekali tidak tahu keadaan kakek neneknya. Apa mereka sudah tau kalau saat ini gadis cantik ini tengah diculik dan dinikahkan paksa oleh adik kandungnya sendiri? Gesa harap mereka tau lalu menyelamatkannya.

Gesa sama sekali juga tidak mengetahui keadaan orang tuanya yang koma di rumah sakit. Apa mereka sudah sadar? Gesa setiap hari selalu berdoa demi kesembuhan kedua orangtuanya itu. Gesa sangat berharap.

Membicarakan tentang keluarga, Gesa sangat merindukan Liliana dan juga abangnya. Fano. Bagaimana kabar mereka sekarang?

Huft... Ingin sekali Gesa pergi tapi lewat mana? Satu-satunya jalan mungkin menaiki helikopter, karena tidak mungkin pula dia berlari menerobos hutan gelap penuh hewan buas itu.

Tok... Tok... Tok...

Lamunan Gesa buyar saat seseorang mengetuk pintu kamarnya. Masuklah seorang pelayang yang terlebih dahulu meminta izin padanya.

Pelayanan itu datang dengan mendorong sebuah gueridon yang diisi oleh makanan-makanan untuk Gesa.

Semuanya makanan manis karena gadis itu sangat tidak suka dengan makanan pedas. Gevi selalu memperhatikan kesehatan istrinya, makanya yang bertugas memasak dirumah ini adalah seorang chef yang sangat tau kandungan dalam makanan-makanan itu.

"Selamat menikmati camilannya nyonya, saya mohon undur diri" ucap pelayan itu.

"Tunggu, temanilah aku makan baru kau boleh pergi" pinta Gesa.

Pelayanan itu menunduk semakin dalam. Ia sangat takut pada majikannya itu. Terlebih lagi pada Gevi. Bisa-bisanya kepalanya dipenggal olehnya karena berani duduk dan berbicara dengan istri tercintanya itu.

"Maafkan saya nyonya, tapi tuan melarang kami semua untuk duduk dan berbincang dengan nyonya"

"Aku kesepian, aku tidak suka makan sendirian"

Pelayan itu tidak menanggapi ucapan Gesa, dia malah meminta izin untuk pergi. Gesa menghembuskan nafasnya lalu membiarkan pelayanan itu pergi dari kamarnya.

Dia kesepian lagi. Matanya melihat makanan yang terlihat enak itu. Ia mengambil sebuah mufin coklat untuk dibawanya ke balkon kamar.

Gesa duduk di kursi bulat yang terbuat dari anyaman bambu itu, lalu meremas-remas mufin itu sedikit. Ia membiarkan tangannya menggantung diatas pagar pembatas balkon, berharap ada beberapa burung yang hingap lalu memakan remahan mufin yang berada ditangannya.

Matanya sedikit melotot karena terkejut. Seekor burung beneran hinggap ditangannya.

Gesa sama sekali tidak tahu itu jenis burung apa. Ia tersenyum saat burung itu memakan remahan mufin ditangannya.

"Makan yang banyak, kalau kurang aku akan ambil lagi" ucapnya.

Burung itu sangat cantik, bulu yang dimilikinya berwarna kuning dan sedikit putih, bermata hitam dengan kepalanya yang bulat. Gesa sangat gemas melihatnya, apalagi cara burung itu makan.

"Aku bodoh dalam mengetahui jenis-jenis burung, tapi aku akan memberimu nama kuning, karena bulumu lebih dominan ke kuning" ucapnya.

Sepertinya semakin lama tinggal disini membuatnya semakin gila. Lihat saja, Gesa bercerita semua hal yang dialaminya pada burung kecil itu yang sama sekali tidak mengetahui bahasa manusia.

>>>

Gevi tertawa sendiri sedari tadi. Melihat tingkah laku istrinya yang lucu itu membuatnya gemas. Apalagi saat istrinya itu berbicara pada burung bodoh yang tidak memahaminya.

Ia tertawa dengan keras saat burung itu meninggalkan istrinya, raut kesal yang terukir diwajah cantik itu sangat lucu. Ingin sekali ia memeluk Gesa dengan sangat erat lalu menghujani wajah cantik itu dengan ciumannya.

Saat dirinya bosan bekerja ia akan mengalihkan komputernya pada cctv rumah yang sudah ia pasang. Melihat wajah istrinya dari layar persegi panjang itu selalu menaikkan mood nya.

Gevi selalu bertindak cepat. Ia bahkan juga memantau keadaan kembarannya. Ia yakin pasti Gavi sangat marah dan membenci dirinya karena Gesa berhasil ia dapatkan lebih dulu.

Tak peduli!! Gesa seharusnya dari dulu itu miliknya, ia sangat tidak rela jika gadis cantik itu dibagi dengan kembarannya.

Ia sangat yakin kalau Gavi juga ingin melacak tempat tinggalnya saat ini. Terserahlah. Lokasinya sama sekali belum diketahui oleh siapapun termasuk kakeknya.

Yang terpenting, ia memiliki saham penuh yang diberikan oleh sang kakek berkat kerja kerasnya selama ini.

Dan tugasnya sekarang hanya menyembunyikan Gesa dari publik, karena gadis itu hanya miliknya. Selamanya akan menjadi miliknya. Kalau Gavi sampai berhasil mengambil Gesa darinya, ia akan membunuh kembarannya itu. Gesa itu miliknya, gadis cantik yang sampai mati pun akan terus menjadi miliknya.

>>>

Huhh.... Cinta akan semakin mengerikan dalam tahab obsesi. Bukan hanya kewarasannya yang akan direnggut tetapi juga semuanya akan dirugikan.

Terhitung, Gavi sudah menghabiskan 4 botol alkohol dengan kadar yang sangat tinggi. Heran juga kenapa laki-laki itu masih kuat dan belum meninggal.

Kehilangan Gesa semakin membuat kewarasannya ikut menghilang. Apalagi sakit hatinya semakin dalam saat mengetahui gadis itu sudah menikah dengan Gevi. Kembarannya yang bajingan itu.

Orang kepercayaannya pun tidak mempan untuk menghentikan Gavi, dirinya masih terus ingin minum.

Prangg...

Alhasil karena khawatir dengan keadaan tuannya, kepala orang kepercayaannya yang diberi nama Dax itu oun dihantam oleh Gavi dengan botol alkohol kosong bekasnya.

Gavi kesal. Menyuruh Dax pergi dari hadapannya. Dirinya ingin menghabiskan kesadaran didalam ruangan ini.

Ruangan yang dipenuhi dengan foto-foto Gesa dari yang berpakaian rapi sampai dalam keadaan telanjang. Kesadarannya menipis, tubuh Gavi lemah, nafasnya oun naik turun. Dia berbaring di lantai, lebih tepatnya diatas karpet yang bergambar Gesa dalam keadaan telanjang sebatas dada.

Tangannya meremas-remas dada Gesa dalam gambar karpet tersebut sambil membayangkan memegang dada Gesa yang asli.

Sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, Gavi sempat bergumam.

"Gesa.... Mine... Kamu mati pun.... Aku akan menyusul ke neraka lalu bercinta disana..."

.
.
.
Next...

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang