lima

3.5K 88 0
                                    

Pukul sembilan pagi menjelang siang. Seorang pria tua tengah berbincang-bincang dengan dua pria muda yang wajahnya sama persis. Mereka tiba lebih awal ternyata.

Sedangkan dikamar, seorang gadis tengah menangis terisak-isak dibawah wanita tua, memeluk kaki wanita itu. Wanita tua itu sangat paham akan perasaan cucunya, karena ia juga mengalami kehidupan yang dipenuhi obsesi dari kakak kandungnya sendiri.

Didalam kamar ini, Bella menceritakan semua kejadian yang dialami orangtuanya gadis itu. Mulai dari kecelakaan parah yang dialami mereka hingga menyebabkan mereka koma dirumah sakit sampai saat ini.

Dan Gesa juga mengetahui kondisi kedua sahabatnya. Hatinya terasa sangat sakit saat mendengar kabar duka dari cinta pertamanya. Eza. Laki-laki itu sudah meninggal dunia.

Haura tengah sekarat dirumah sakit yang sama dengan kedua orangtuanya. Gadis itu koma karena insiden tabrak lari saat ingin menjemputnya ditempat tinggalnya saat ini.

Gesa seperti tidak mempunyai harapan sekarang. Semua orang-orang yang ia harapkan untuk menyelamatkannya berakhir buruk dirumah sakit bahkan ada yang meninggal.

Tetapi tangisannya tiba-tiba terhenti saat mendengar kalimat yang diucapkan neneknya.

"Apa kau ingin bebas?"

'apa kau ingin bebas'

'ingin bebas'

'bebas'

Kepala Gesa yang awalnya berada dipaha neneknya kini langsung mendongak keatas, menatap sang nenek dengan raut wajah yang bingung.

Alisnya menyatu. Dibalas dengan senyuman oleh wanita tua itu.

"Oma bisa membantumu" ucap Bella.

"Caranya oma?" Ia mengusap air mata yang masih mengalir dipipinya. Tubuhnya bangkit untuk duduk disamping wanita tua itu.

"Oma masih memiliki saudari. Dia bernama 'Liliana', dulu dia masih sangat kecil saat oma sudah dibawa oleh opa mu. Sekitar berjarak lima tahun dengan ayahmu saat ini"

"Tapi, dulu saudara oma kan hanya opa saja"

"Iyaa, tetapi nenek buyutmu yang menyembunyikan bayi Liliana, kakek dan nenek buyutmu hanya berbagi rahasia itu pada oma saja"

"Kenapa disembunyikan?"

"Nenek buyutmu tidak ingin Liliana bernasip sama dengan oma, apalagi sepupu-sepupu oma semuanya laki-laki, nenek dan kakek buyutmu sangat takut"

Gesa mengangguk paham "oma masih berhubungan dengan- ee... ne-nek Liliana?"

"Iyaa, dia senang jika kau tinggal bersamanya, ia memiliki seorang anak laki-laki berumur 24 tahun tapi suaminya meninggal dunia akibat penyakit"

"Kalau Gesa pergi, Gesa takut oma kenapa-napa" cemas gadis itu.
Bella menangkup pipi kiri Gesa dengan tangannya, mengelus pipi itu dengan ibu jarinya pelan.

"Oma disini akan dilindungi opa, mereka tidak akan bisa menyakiti oma, Gesa"

Gesa menggenggam tangan kanan oma nya yang berada di pipinya. Air mata gadis itu turun kembali.

"Cucuku adalah perempuan yang kuat, jangan menjadi lemah hanya karena oma mu ini, kau harus tinggal bersamanya jika ingin bebas"

"Tapi-" ucapannya terpotong saat jari telunjuk neneknya berada pada bibirnya.

"Percaya sama oma, mereka akan menjagamu, mereka senang jika kau bersamanya"

Gesa nampak berpikir sebentar, lalu dengan yakin ia mengangguk "alamatnya dimana oma?"

Neneknya mengambil sebuah kertas dan juga bolpoin, ia menuliskan kalimat-kalimat lengkap mengenai informasi tentang saudarinya itu.

"Dia senang jika kau memangilnya bunda, meskipun seharusnya dipanggil nenek"

"Kenapa bunda?"

Bella menghembuskan nafasnya kasar "itu karena dia ingin anak perempuan, dan ia ingin mendengar kata 'bunda' dari anak perempuannya itu, tapi yang keluar malah laki-laki" ucapnya tersenyum, Gesa pun ikut tersenyum.

"Meskipun begitu ia tetap bahagia, dia sangat cerewet jadi kau jangan kaget"

"Iyaa oma"

Bella menyerahkan secarik kertas yang berisikan alamat saudarinya pada cucunya, dan Gesa menyimpan disaku dress nya.

"Kau akan berangkat lusa, besok disini dulu untuk membicarakan hal ini pada kakekmu"

"Tapi, apa opa memihakku?"

"Sejak awal opa menghubungi adikmu pun itu juga sudah rencananya untuk mengirimmu pada Liliana"

"Opa tau tentang nenek Liliana sejak kapan, oma?"

"Sejak kau lahir, bahkan ketika Liliana melahirkan pun opa mu yang sibuk mengurusnya, dan ketika suami Liliana meninggal dunia juga opa mu yang hadir lebih dahulu sebelum keluarga lainnya"

Gesa mengangguk paham. Semoga saja bibi nenek Liliana menerimanya dengan baik. Ia terus mengucapkan kata-kata penenang didalam hatinya. Semua akan baik-baik saja, Gesa harus yakin tentang itu.

Malam ini, Bella menceritakan semua tentang masa lalunya pada Gesa, dan tentang saudarinya. Saat gadis itu bertanya tentang nama anaknya bibi nenek Liliana, Bella hanya tersenyum sambil menyuruhnya untuk bertanya pada orangnya sendiri nanti.

Akhirnya, lelah karena bercerita. Mereka berdua ketiduran dikamar Gesa, yang ada dimansion ini.

>>>

"C'mon grandpa, biarkan kami istirahat dulu" mohon Gavi pada Evan. Sejak sampai di mansion ini lalu berbincang-bincang ringan dengan pria tua itu, Evan menuntun mereka memasuki ruang kerjanya untuk mengerjakan beberapa- ah bukan, tumpukan berkas-berkas yang harus dibaca terlebih dahulu sebelum ditandatangani.

Semua. Termasuk tumpukan yang berada dilantai juga. Mereka bahkan mengerjakannya belum ada setengah dark tumpukan yang berada diatas meja panjang itu.

"Tidak, kalian bilang ingin mengambil seluruh perusahaan ku kan? Ini baru tiga cabang dan tersisa dua cabang lagi yang mereka belum kirim padaku" ucap Evan.

Ini semua adalah rencananya. Ia menghadiahi tumpukan berkas-berkas kepada si kembar lalu istrinya memberikan informasi mengenai saudarinya. Orang-orang yang cucu kembarnya bawa untuk mengawasi Gesa pun sudah ia usir dari rumah ini, dibantu oleh tangan kanan beserta anak buahnya.

Memisahkan si kembar dari pusat obsesi mereka membuatnya sakit hati. Ia tau kalau berpisah dengan seseorang yang sangat dicintai bahkan sudah menjadi bagian dari hidup, sangatlah berat.

Apalagi ia sangat senang jika cucu kembarnya lah yang mewarisi sifatnya dari pada anak kandungnya sendiri.

Ia benci melakukan tindakan ini tetapi ia lebih benci lagi kepada dirinya sendiri jika Bella mati karenanya.

Istri tercintanya itu mengancam akan mengakhiri hidup dihadapannya jika Gesa tidak dipisahkan dari si kembar. Jadi ia lebih menuruti rencana istrinya untuk mengirimkan Gesa pada saudari mereka yang berada di desa yang sangat jauh namun masih satu negara dengannya.

Dan kemungkinan si kembar akan marah kepadanya. Mereka mungkin akan menjadi gila demi mencari Gesa disegala penjuru dunia ini. Seperti dirinya dulu saat Bella kabur darinya.

.
.
.
.

Next..

The Twins 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang