Anything for you 'part 7'

2.7K 44 0
                                    

Happy reading!
.
.
.

07. Sumpah Akas.

Liona benar-benar diturunkan dijalanan yang sepi oleh Pak Rahmat, dia tidak menolak sama sekali. Perempuan itu berjalan tanpa arah, ada rasa senang dihatinya karna tidak perlu kabur diam diam dari rumah. Manusia bejad itu yang telah membuang dan mengusirnya sendiri.

Badan Liona terasa sangat sakit, tapi Liona tidak bisa pergi kerumah sakit tanpa uang kan? Lagipula dia sudah terbiasa menahan rasa sakit.

Liona bertanya-tanya bagaiman jika Henry kembali mencarinya lalu menemukannya dan membawa kerumah lagi. Liona yakin itu akan terjadi, sebab dia tau mereka belum puas menyiksanya.

Dia tidak munafik, selama ini Henry memang memberikan uang yang cukup untuknya, dan itu alalah salah satu alasan Liona bertahan disana.

Liona bingung kemana dia akan pergi akan sekarang, "sial gue gak bawa apa-apa lagi dari rumah, ATM gue, tabungan bahkan hape, semuanya ada di tas!" gerutu Liona pada diri sendiri, sembari mengingat tasnya yang terjatuh dirumah tadi saat Henry melakukan penyiksaan padanya.

"Padahal selama ini gue nyisihin uang buat persiapan kabur, tapi sekarang-"

"Arghh! Lo bodoh banget sih, Liona!"

Padahal Liona harus bisa memanfaatkan keadaaan ini untuk pergi selamanya dari Henry berserta keluarga, tapi masalahnya dia tidak punya apa-apa sekarang!

Kabur tanpa membawa uang, bagi Liona itu sama saja dengan bunuh diri! Apakah akhir dari hidupnya adalah menjadi seorang gelandangan?

Merasa lelah, Liona behenti, duduk di pinggir jalan. Jalanan terlihat sepi tidak terlihat kendaraan yang melintas, karna jalanan ini memang jarang dilintasi.

Dibawah lampu jalanan Liona menutup lututnya sendiri, menatap lurus kedepan meratapi nasib hidupnya yang kacau.

Liona ingin bahagia tapi kenapa rasanya susah, harusnya dia dulu mati bersama ibunya, tapi entah kenpa dia harus hidup sampai sekarang.

Liona mendongak menatap langit dikala merasakan tetesan air dikepalanya, tetesan air itu terasa semakin besar, Hujan. Senyum hangat dibibirnya terbit, dia menikmati setiap guyuran air hujan yang membuat lukanya semakin terasa perih.

Setelah itu dia menenggelamkan wajahnya, dadanya terasa sesak mengingat takdirnya yang sangat menyedihkan. Liona tidak mempunyai tempat bersandar, seolah dirinya hidup sendiri di dunia ini.

Dilangit malam yang gelap terlihat sebuah kilat sebelum akhirnya guntur bergemuruh. Hujan turun semakin deras membuat Liona semakin basah, rasa dingin mulai menyapa dirinya.

Tapi Liona tidak peduli, cewek itu tetap berada ditempat dan terus terisak. Demi apapun Liona bingung harus bagaimana sekarang.

Tunggu, kenapa hujan berhenti dengan cepat? Liona mendongak, mendapati seseorang laki laki dengan payung ditangannya membuat cahaya lampu jalanan yang berada diatas Liona meremang karna terhalang payung.

Mata Liona menyipit "Akas?"

Laki laki dengan wajah datar itu bertanya, "lo ngapain disini? Ngemis?"

Liona terkekeh miris, "kalo mau ngejek mending lo pergi!"

Siapa sangka Akas akan menemukan Liona dalam keadaan semenyidihkan ini? Padahal disekolahan cewek itu berlagak menjadi seseorang yang angkuh dan sombong.

Akas terdiam melihat betapa menyedihkannya penampilan Liona yang babak belur, dengan baju compang-camping yang berlumur darah. Rahangnya mengeras, tangan kanannya meremat gagang payung dengan kuat, sedangkan tangan kirinya mengepal kuat.

Anything for youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang