Being in The future : We Are Back A Life

319 21 3
                                    

"Baiklah, aku pergi dulu" Hanabi menatap kedua pasangan itu secara bergantian. "Tenten-nee, sampai jumpa" Hanabi melambaikan tangan kanannya menatap Tenten yang masih berdiri diambang pintu masuk keluarga Hyuuga. "Semoga menyenangkan Hanabi" Tenten sedikit berteriak dengan membalas lambaian Tangan Hanabi.

Hanabi mengangguk tanpa menjawab apapun, Langkahnya kembali berjalan meninggalkan area perumahan Hyuuga.

Neji yang berada disebelah Tenten hanya diam dengan kedua tangannya yang ia silangkan di dadanya. "Ayo masuk" ajaknya, Tenten melirik Neji yang sudah membalikkan badan hendak berjalan. Ia pun membalikkan badannya dan mulai mengikuti langkah Neji dari belakang. Neji yang menyadari jika Tenten tidak berjalan disampingnya sontak menghentikan Langkahnya dan berbalik menghadap Tenten.

Tenten yang melihat langkah Neji terhenti langsung menatapnya yang kebetulan sedang memperhatikannya. "Ada apa?" bingungnya.

Neji mulai menurunkan kedua tangannya yang sempat ia silangkan, dengan perlahan ia meraih pergelangan lengan Tenten dan menariknya pelan seraya berkata. "Jalan disamping ku" katanya. Tubuh Tenten sedikit terhuyung kedepan namun ia masih bisa menahannya agar tidak terjatuh. Tangannya kini sudah beralih di genggam Neji dan ia kini sudah berjalan di samping Neji. "Jangan berjalan di belakangku lagi" ujarnya.

"Aku mengerti Neji-kun" ia terkekeh geli saat mengatakan suffix Kun di akhir kalimat.

Neji yang mendengarnya hanya memalingkan wajahnya yang tersipu malu. "Kau malu, ya?" Tenten yang melihat Neji memalingkan wajahnya sontak menggodanya.

"Diam, ayo masuk aku ingin mengobrol denganmu" Tenten hanya tersenyum tipis dan dengan tangan yang masih berpegangan mereka berdua memasuki area belakang rumah yang memiliki halaman tidak terlalu luas dan hanya beberapa pohon hijau mengelilingi.

Neji membawa Tenten untuk duduk ditepi pinggiran rumah, rumah Hyuuga dengan ciri khasnya yang memiliki tema seperti rumah Jepang jaman dahulu.

"Aku dengar, Lee mengadopsi seorang anak lelaki" Tenten mengangguk kecil mendengar ucapan Neji lalu ia berkata. "Yaa, dia mengadopsi anak lelaki" katanya.

Kedua mata Neji hanya memandang lurus ke arah pohon yang tidak terlalu tinggi, sesekali ia melirik ke arah Tenten yang tengah terdiam disebelahnya.

Neji melirik dengan ekor matanya ke arah Tenten lalu berkata. "Tenten, jika aku tidak kembali dihidupkan. Apa yang akan kau lakukan?" katanya. Tenten mengalihkan pandangan dan menatap Neji. "Maksud mu?" tanyanya bingung.

Neji yang melihat Tenten menatapnya dengan perlahan membenarkan posisi duduknya agak terlihat nyaman menatap Tenten. "Maksudku, apa kau akan menikah?".

"Menurut mu bagaimana, Neji?" Tenten balik bertanya dengan senyuman. Neji dengan raut wajah bingung hanya mengatakan. "Mungkin kau akan menikah dengan Lee" katanya.

Tenten tertawa pelan mendengar jawaban yang Neji berikan "Ayolah, tidak mungkin. Bahkan Lee saja tahu aku mencintaimu" ujarnya.

"Lee mengetahuinya?" Tenten mengangguk pelan dengan tawa yang masih mengudara lalu ia meredakan tawanya dan menatap kembali Neji. "Sepertinya kau benar, aku akan tetap menikah jika kau tidak kembali" ucapnya.

Neji mengerutkan kedua alisnya. "Dengan siapa?" tanyanya.

"Dengan Gaara" Neji membablak terkejut mendengarnya. "Kazekage?!" gumamnya. ia baru ingat percakapan dengan Tenten saat itu yang mengatakan jika Garra sempat menyukainya. Tenten yang melihat raut wajah terkejut Neji sontak memegang kedua pipinya dan menangkupnya. "Kau lucu sekali Neji jika seperti ini" ujarnya.

"Jawab pertanyaan ku" Neji melepaskan secara lembut tangan Tenten yang tengah menangkup kedua pipinya. "Aku hanya bercanda" ujarnya.

Tenten melihat raut wajah Neji yang terlihat sedang menahan kesal langsung mengelus lengannya. "Kau tidak ingat? Aku pernah menceritakannya, bukan?" ujarnya.

Sudut bibir Neji terangkat sedikit mendengar penuturan dari bibir Tenten, wajahnya sudah tidak terlihat kesal dan berkata. "Aku tahu, terima kasih Tenten" katanya dengan lembut.

"terima kasih?" ujarnya bingung, ia menatap bingung ke arah Neji. Ia tidak mengerti sekarang. "Untuk apa?" tanyanya.

"Karena telah mencintai pria seperti ku"

"Karena telah menungguku"

"Terima kasih, karena tidak melupakanku"

Rona merah tipis terlihat jelas di kedua pipi Tenten membuat dirinya menyembunyikan rona merah itu sebisa mungkin. "Neji, kau mencintaiku?".

"Pertanyaan macam apa itu?" kesalnya, ia mengerutkan kedua keningnya dan kembali berkata. "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu Tenten" katanya dengan wajah yang ia dekatkan dengan wajah Tenten yang merah merona.

Tenten mengigit bibirnya pelan dan sontak berdiri membelakangi Neji yang masih terduduk. "ya-yaa" gugupnya. "Aku baru ingat, harus ada yang aku urus di toko" lanjutnya, ia buru-buru meninggalkan Neji.

"Hei, kau bohong! Toko mu tidak buka hari ini, kau sendiri yang mengatakannya pagi tadi" Neji sedikit teriak dan terkekeh pelan di akhir kalimat. ia sangat senang menggoda calon istrinya itu.

Tenten yang mendengar Neji terkekeh hanya mendengus kesal. "berhenti menggodaku!" kesalnya.











Being in the future : We Are Back A LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang