Bagaimana dikediaman Uzumaki? Dikediaman Uzumaki sedikit heboh karena putra sulung Naruto tengah merajuk lama karena ia tidak bisa ikut dengan kakeknya melakukan perjalanan.
Hinata berulang kali membujuk Boruto agar makan malam namun pria kecil itu hanya diam tidak bergeming. Hanya boruto yang belum menyentuh makan malamnya. Sedangkan Himawari kini sudah berada di pangkuan Kushina.
Naruto baru saja menyelesaikan mandinya ia melihat Hinata yang masih berdiri didepan kamar Boruto. "Apa dia masih merajuk?" tanyanya. Hinata mengangguk kecil lalu Naruto menepuk pelan pundak hinata dan berkata. "Kau temani ibu saja dibawah, Boruto biar aku yang urus" katanya.
Hinata menatap Naruto sedikit lama lalu ia mengangguk setuju. "Baiklah Naruto-kun" katanya.
Setelah kepergian Hinata, Naruto langsung masuk ke dalam kamar putra sulungnya. Ia melihat Boruto tengah menutupi tubuhnya dengan selimut hal itu membuat Naruto hanya tersenyum.
Boruto yang menyadari kedatangan ayahnya masih diam tidak berniat membuka selimutnya. Naruto sudah duduk di tepi kasur milik Boruto lalu ia sedikit menghela nafas. "Boruto apa kau marah?" tanyanya.
Boruto hanya diam tidak menjawab pertanyaan ayahnya. "Baiklah jika kau marah, tapi bisakah kau makan malam terlebih dahulu? Lalu kau bisa melanjutkan acara marah mu" Naruto melihat Boruto bergerak dari dalam selimut lalu ia tersenyum tipis dan berkata kembali. "Ibumu sudah memasak makanan kesukaanmu dibantu nenek dan adikmu" katanya.
Pertahanan boruto sedikit goyah jika mendengar orang tersayangnya. Naruto sangat mengenal sifat anaknya lalu ia tersenyum lebar saat melihat Boruto sudah menyingkirkan selimut dari tubuhnya. "Aku akan makan" ujarnya.
Senyum Naruto tidak luntur lalu ia mengusap surai kuning seperti rambutnya. "Anak pintar, ayo ayah temani" katanya.
Kedua pria berambut itu turun dari lantai dua secara beriringan. Boruto melihat ibunya yang tengah mengobrol dengan neneknya dan ada Himawari yang sedang duduk disebelah Hinata. Langkah kaki kecil Boruto berjalan mendekati Hinata.
Boruto secara tiba-tiba memeluk Hinata dan ia berucap. "Ibu maaf, maaf aku sudah mengabaikanmu dattebasa" ucapnya. Hinata tersenyum mendengarnya lalu ia mengusap lembut rambut Boruto dan berkata. "Tidak apa-apa, ibu tidak marah" katanya. Boruto melepaskan pelukannya dan matanya beralih menatap Kushina. "Obachan, aku minta maaf" ujarnya saat sudah berada di hadapan Kushina.
Kushina yang melihat hal itu hanya tersenyum gemas. Lalu ia dengan cepat memeluk erat Boruto. "Aku tidak marah dattebane" ujarnya. Boruto sedikit deja vu saat dapat pelukan seperti ini, mengingatkannya pada Hiashi yang selalu memeluknya erat.
Setelah Kushina melepaskan pelukannya kini Boruto menatap sang adik yang juga tengah menatapnya. "Hima" panggilnya. Namun Himawari langsung menjawab. "Aku tidak marah pada Oniichan" jawabnya.
Boruto bernapas lega mendengarnya lalu ia melihat Himawari yang sudah berdiri di depannya. "Kau akan makan kan Oniichan?" tanyanya. Boruto mengangguk pelan lalu ia mengusap lembut rambut adiknya dan berkata. "Ayah bilang, kau membantu memasak ibu dan Obachan" katanya.
Himawari mengangguk dua kali lalu ia menarik lengan kanan Boruto. "Hanya membantu sedikit" ujarnya.
Himawari menarik lengan Boruto menuju meja makan. Kegiatan keduanya disaksikan oleh Naruto, Hinata dan Kushina. "Bukankah mereka terlihat menggemaskan" Hinata mengangguk setuju mendengar ucapan Kushina. "Aku setuju ibu" ujarnya.
Lalu pandangannya melihat Naruto yang berjalan mendekati Himawari dan Boruto yang sudah duduk di kursi. "Anata, kau akan makan lagi?" tanyanya. Naruto menggeleng lalu ia menatap Hinata dengan senyum khasnya. "Aku hanya menemani mereka" ujarnya.
Hinata sedikit tersipu malu melihat senyum Naruto. Kushina yang melihat itu hanya terkekeh geli dan bergumam. "Sayang sekali Minato tidak melihat kejadian ini" gumamnya.
"Papa, apa besok papa sibuk?" Naruto sedikit menaikkan alisnya menatap Himawari. "Sepertinya begitu, ada apa Himawari?" tanyanya.
Himawari menggeleng pelan lalu ia mendesah kecewa membuat Naruto menatap bingung anak bungsunya. "Tadinya aku ingin mengajak papa ke taman Senju" ujarnya.
Boruto yang sedang menikmati makannya memincingkan matanya dan menatap tajam Naruto, Naruto mengerti arti tatapan itu lalu ia terkekeh pelan melihat Boruto. Pandangan Naruto beralih kearah Himawari dan berkata. "Sepertinya siang papa bisa pulang terlebih dahulu dan makan siang bersama, bagaimana Himawari?" katanya.
Himawari mengangguk beberapa kali saat mendengar ucapan Naruto. "Tidak apa-apa papa!" Namun beberapa detik kemudian ia mendesah kecewa dan berkata. "Tapi Ojiichan tidak ada" ucapnya.
Boruto yang melihat raut wajah sedih Himawari langsung berucap. "Kita bisa melakukannya kembali saat Ojiichan sudah pulang" ucapnya.
Kushina mengangguk Setuju dan berkata. "Jangan sedih Hima-chan" katanya.
Himawari menatap Boruto, Kushina dan Hinata secara berganti lalu ia dengan antusias berkata. "Baiklah aku tidak sedih" katanya, lalu tatapan beralih pada Hinata. "Mama, Besok ku bantu membuat makan siang ya!" ujarnya. Hinata terkekeh pelan dan menjawab. "Sesuai keinginan putriku" jawabnya.
Naruto tertawa pelan melihat nya lalu ia memberi satu jempol pada Boruto dan Boruto dapat melihat itu sontak tersenyum lebar.
Boruto melanjutkan makan nya yang tertunda, Naruto memerhatikan setiap gerak Boruto yang sedang makan. Lalu ia mengusulkan satu ide. "Ibu, bagaimana jika malam ini kita tidur diruang tamu dengan kasur besar?" katanya.
Kushina menatap Naruto lalu ia beralih menatap Hinata. Hinata hanya mengangguk setuju mendengar usul suaminya. "Sepertinya akan seru" ujarnya.
Mendengar itu Kushina menyetujui ide Naruto. Himawari yang mendengar itu langsung berkata. "Aku akan tidur dekat papa!" katanya.
Boruto menuangkan air kedalam gelas. "Aku dengan siapa saja, dengan Obachan dan Ibu pun tidak masalah" ujarnya. Naruto tersenyum jahil menatap Boruto lalu. "Kau sangat ingin tidur dengan ayah kan" katanya. Boruto yang sedang minum langsung tersedak dan menatap tajam ayahnya. "Apa-apaan itu!" sahutnya.
Naruto terkekeh geli melihat pipi Boruto sedikit merah lalu ia memincingkan matanya persis yang dilakukan Boruto beberapa menit lalu. "Jujur saja, kau ini sangat gengsi sekali Boruto. Padahal aku ayahmu".
"Tidak! Aku akan dekat Obachan dan ibu!" kekehnya. Namun Naruto hanya tertawa mengejek ia berani bertaruh jika ucapan Boruto hanya tipuan.
Setelah Boruto menyelesaikan makan malam nya yang ditemani Ayahnya dan juga Adiknya. Kini Hinata dan Kushina baru saja memasang sebuah kasur besar di ruang tamu yang sudah di sulap menjadi luas. Karena beberapa barang sudah Naruto pindahkan.
Dan benar perkiraan Naruto jika ucapan Boruto hanya tipuan. Buktinya anak itu tengah tertidur dengan memeluk lengan kirinya sedangkan di sisi kanan ada Himawari yang memeluk lengan kanannya dan mendengkur halus.
Kushina berada di sisi Boruto sedangkan Hinata berada di sisi Himawari. Kedua wanita itu belum memejamkan matanya ntah mengapa.
"Naruto" Naruto yang memang belum memejamkan matanya hanya melirik ke arah Kushina, ibunya yang sedang menatap langit dinding. "Aku sangat bahagia melihat keluarga mu" ujarnya dengan pelan.
Naruto dan Hinata dapat mendengar kalimat yang Kushina lontarkan. Hinata memeluk Himawari dari samping dan sesekali ia mengusap lembut punggungnya. "Aku juga bahagia melihat ibu dan ayah berada di sisiku saat ini" Naruto tersenyum tipis.
Lalu mata biru itu menatap istrinya, Hinata yang sedang memeluk Himawari dan ia berkata. "Aku bahagia mendapatkan istri seperti Hinata" katanya.
Hinata tersenyum mendengarnya dan Naruto dapat melihat senyum indah itu. Lalu pandangannya beralih menatap Boruto. "Apa lagi mendapat kedua anak seperti Boruto dan Himawari" katanya.
"Aku bahagia melihat semuanya kembali, melihat Kakashi sensei akan menikah, melihat keluarga sasuke kembali, melihat ero Sennin kembali, Melihat Keluarga Hyuuga kembali, Melihat Asuma Sensei kembali dengan keluarganya dan Melihat para Hokage terdahulu hidup kembali"
"Aku bahagia melihat semuanya kembali"
KAMU SEDANG MEMBACA
Being in the future : We Are Back A Life
FantasyDisclaimar: Naruto@Masashi Kishimoto. Pairing : Family Konoha "kau, kau dari clan Hyuga kan?" Satu pertanyaan itu di angguki oleh pria berambut panjang yang sedang duduk di sebuah batu besar. Pria yang sedang duduk di sebuah batu besar itu menatap...