Prolog

885 48 1
                                    

🌷🌷🌷

HAAAAIIII STARYN!!!

bertemu lagi dengan plowerr, gimana? masih napas kan? masih sehat?

sebelumnya, terimakasih buat kalian yang udah sempetin waktu buat kesini. semoga betah dan terus kawal sampe ending, yaa!

📌Sebelum lanjut baca, ada beberapa hal yang harus diperhatikan

1. DILARANG PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN!

2. Bila ada kesamaan tokoh tempat, nama, dan lain-lain. Bukan merupakan hal yang disengaja. Cerita ini murni dari imajinasi penulis.

3. Diharapkan terus membaca dan memberikan vote dan komen sebagai tanda apresiasi untuk author. Berpengaruh untuk jadwal update.

4. Harap dimaklumi jika ada kata-kata kurang berkenan, atau kurang sesuai dengan EYD. Karena author juga masih dalam tahap belajar.

5. Buang yang buruk dan ambil yang baik. Jadilah pembaca yang bijak dan dapat membedakan hal baik ataupun buruk dalam cerita ini, yang masih sangat jauh dari kata sempurna.

6. Jika ada kritik atau saran, boleh disampaikan langsung melalui DM atau komentar. Tetapi harus menggunakan bahasa yang sopan dan tidak terkesan kasar.

7. Jangan lupa berikan vote dan komen, juga bagikan ke orang yang kalian sayang💐

Happy Reading 🌷🌷🌷

Hael memang tipe orang yang pantang menyerah. Selepas membaca grup obrolan berisi tujuh orang—termasuk dirinya—Hael memutuskan untuk mengecek sendiri apakah benar toko risol kesayangannya sudah tutup.

Dunia sedang tidak berpihak kepadanya. Benar ucapan teman-temannya bahwa toko risol ini sudah tutup. Tersisa satu pegawai yang hendak mengunci toko tersebut.

"Mbak, tokonya udah tutup? Cepet banget." Hael menegur pegawai wanita yang biasa dia temui itu.

"Tokonya bakalan tutup permanen, Mas." Wanita itu membalas. "Lagian, bosnya udah kaya," lanjutnya setengah berbisik.

Wanita itu menyapa Hael sebelum akhirnya pergi. Hael hanya menatap kosong knop pintu toko tersebut. Namun, atensinya sontak teralih saat tiba-tiba, langit cerah berganti hujan mengguyur dengan derasnya.

Hael menatap datar kearah jalanan yang mulai licin. Banyak pejalan kaki sepertinya meneduh di halte ataupun depan toko. Kalau sudah begini, pasti Hael akan pulang terlambat. Bisa-bisa dia dimarahi Ayahnya.

"Aduh ...."

Hael menengok, mendapati atensi seorang gadis dengan baju sweater denim dan celana panjang hitam beserta rambut digerai itu terpeleset didepan Hael, sandalnya pula terlepas.

Gadis itu merasakan perih di kakinya, sulit bangun walaupun hujan mengguyur deras. Dia masih berusaha berdiri, tiba-tiba hujan berhenti turun diatasnya. Dia mendongak, mendapati laki-laki yang menggunakan jaketnya sebagai payung untuk menghalau hujan di kepalanya.

"Buruan jalan," titah Hael pada gadis itu.

Mereka menepi perlahan didepan toko risol itu, Hael sendiri masih berusaha mengambil sebelah sandal gadis yang tadinya terlepas.

"Makasih."

"Iya, sama-sama." Hael membalas. Dilihatnya gadis itu menggigil karena cuaca sedang dingin. "Nih, pake." Hael memberikan jaketnya pada gadis itu, dibalas tatapan bingung oleh perempuan didepannya ini.

"Lo gimana?"

"Gue biasa kedinginan. Udah, pake aja. Nanti lo masuk angin."

***

yang belum vote, ayo vote dulu, komentar jangan ketinggalan juga, ya🌷

terima kasih sudah menyempatkan baca🌷

tbc. see u next part, Staryn!
🌷plower


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


don't forget to follow my instagram-!!

Semesta untuk Hael [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang