Baik-baik saja? No.

815 77 4
                                    

Zizi segera mendapati penanganan setelah sampai di rumah sakit terdekat. Vano dari luar ruangan hanya mematung mengintip pada kaca di pintu ruangan.

Nanar mata vano masih lekat menatap zizi di dalam ruangan. Ingin rasanya ia berada di dalam sekedar untuk menggenggam tangan lemas milik zizi.

"Please tuhan bantu vano kali ini!"monolog vano dari luar ruangan.

Vano mulai merubah pergerakan dirinya. Ia kini tengah terduduk pada kursi panjang yang berada di depan ruangan zizi.

Dengan wajah menghadap langit-langit atap rumah sakit seraya menutup kedua matanya berharap ketenangan dapat mengubah kondisi.

Vano dengan mata masih tertutup mengambil nafas kasar. Tak lama pintu ruangan terbuka, dokter menghampiri vano yang masih dengan posisinya.

"Mas? Maaf dengan keluarga pasien di dalam bukan?"ucap dokter menepuk bahu vano pelan.

Vano tersadar lalu bangkit dengan gusar. "Iya dok, kenapa? Apa ada masalah yang serius?"tanya vano sangat khawatir.

Dokter dihadapan vano kini berpindah duduk di bangku panjang sebelah vano. "Duduk mas! Saya ingin memberitahukan mengenai pemeriksaan tadi"

Vano ikut terduduk kembali. "Ada apa dok?"

"Mas jangan terlalu khawatir, pasien hanya mengalami pingsan saja karena kelelahan berlebih. Lalu setelah melakukan pengecekan sepertinya pasien hanya membutuhkan perawatan intens selama dua hari saja"jawab dokter tersenyum ramah.

Vano mendengar hal baik tersebut segera menghembuskan nafas lega. "Alhamdulillah!"ucap vano seraya meraup wajahnya.

Dokter kembali mengangkat suara. "Tapi nanti kalau pasien sudah sadar dan juga orang tua pasien sudah berada disini, saya akan memberikan informasi lanjutan ya mas!"

Vano mengangguk.

"Baik kalo gitu saya pamit, silahkan mas sudah boleh menemani pasien di dalam"dokter meninggalkan vano sendiri di luar ruangan zizi.

Vano dengan secepat kilat memasuki ruangan yang di dalamnya terdapat putri tidur yang sangat cantik. "Cantik!"lontar vano dalam hati.

Vano menduduki kursi yang tersedia pada samping brangkar zizi. Berusaha menggenggam erat tangan mungil milik zizi.

"Sampai kapanpun aku selalu ada disini buat kamu! Maafin aku, andai aja aku tadi gak ninggalin kamu mungkin aja kejadian ini gak bakal terjadi, bukan?"monolog vano.

•••

Setelah masalah arsen dan alsa telah di selesaikan, kini keluarga maheswari mulai mencari keberadaan putri bungsunya dan juga vano.

Saat semua sudah menelusuri seisi restoran dan tidak menemukan keberadaan keduanya. Arsen mulai mengaktifkan handphonenya dan ingin menelfon vano atau sang adik.

Baru saja membuka room WhatsApp arsen dibuat terkejut bak tersambar petir. Ia khawatir dengan apa yang arsen lihat pada layar benda pipih tersebut. Segera ia memberitahu kedua orang tuanya.

"Mah, pah! Kita gak usah nyari vano sama zizi lagi di restoran. Yuk kita pulang terus ikut abang!"pinta arsen pada kedua orang tuanya.

Dena menolak keinginan arsen. "GAK! Kita gak akan pulang kalau zizi dan vano belum ketemu"

Arsen mulai memegang kedua tangan sang mamah. "Mah makanya ikut abang dulu yah! Abang pastiin setelah mamah sama papah ikut abang, kalian bakal ketemu sama zizi dan vano kok. Yuk!"ajak arsen sekali lagi.

Separuh HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang