family warmth

718 100 5
                                    

Arsen sudah sedia di dalam mobil pagi ini menunggu zizi yang masih berada di dalam rumah. Sesekali memperhatikan jam yang ada di pergelangan tangan namun belum juga terlihat zizi keluar dari pintu berawarna putih besar.

Tiba saja suara ricuh langkah kaki keluar dari dalam rumah. Arsen melihat sang adik yang membawa tas di bahu, jas di gantung pada lengan begitu juga tangannya membawa handphone, buku dan ipad. Selama bi nani sudah bersama dengan zizi di jakarta, zizi tak khawatir dengan bas kalau ia harus melakukan pekerjaan. Karena selama zizi bekerja bi nani yang akan bantu untuk mengurus bas sampai zizi pulang.

Zizi keluar rumah bersamaan dengan bas yang berada di gendongan bi nani. "Salim dulu, nak!"pinta bi nani mengarahkan tangan bas meminta jabatan tangan zizi.

Zizi tersenyum pada bas dan bi nani, bas yang makin hari makin pintar menyalimi tangan zizi walaupun dibantu bi nani.

"Yaampun sayang. Pinter banget cii anak mamah yang paling ganteng ini! jangan nakal-nakal yaa dirumah sama bi nani, ok! nanti kalau mamah udah pulang pasti mamah beliin mainan baru yaa"ucap zizi lalu menciumi setiap inci wajah bas.

Setelah itu zizi segera berlari memasuki mobil arsen yang sudah menunggunya sejak tadi. Melambaikan tangan pada bas dari dalam mobil. "Bye bye sayangnya mamah! love you"seru zizi.

Arsen tersenyum melihat wajah sang adik dan bas yang semakin hari juga semakin memiliki kemiripan. "Byee, bas! acen sama mamah zi pamit yaaa"timpal arsen lalu keluar dari halaman rumah dan melajukan mobil.

Bi nani dan bas masuk ke dalam rumah, di dalam masih tersisa vano. Bas dengan cepat turun dari dekapan bi nani dan berlari memeluk vano.

Vano melihat hal itu segera menangkap tubuh milik bas. "Massyallah anak umur 1 tahun tapi badannya udah kayak 2 tahunan gini yaa! bas kangen main sama papah ya? maaf ya akhir-akhir ini papah sibuk, tapi janji nanti kita jalan-jalan bareng mamah lagi yaa bertiga!"ucap vano.

Bas yang belum mengerti hanya melemparkan senyum manis miliknya ke arah vano.

"Mirip sekali seperti mamah zi yaaa kamu makin hari! baby boy kesayangan papah, nanti kita ke Belanda yaa kalo ada waktu luang. Papah mau kenalin anak papah ini ke mamih dan daddynya papah hehe"sambung vano.

Semakin memperhatikan wajah bas, vano melihat ke arah jam yang berada di dinding rumah. "Yaudah papah berangkat kerja dulu ya! nanti pulang papah beliin mainan yaa"lanjut vano kembali lalu mencium pucuk kepala bas.

"Bi, vano titip bas ya! nanti kalo ada kebutuhan bas yang kurang bilang ke aku aja jangan bilang ke zizi, kasian. Kan bas tanggung jawab aku kalo soal biaya, tapi bibi hubungin zizi kalo bas ada masalah aja gapapa lebih dulu kabarin zizi biar dia tau lebih awal yaa"pinta vano.

Bi nani mengangguki permintaan vano lalu mengambil bas dari dekapan vano.

"Yaudah byee! papah berangkat sayang"ucap vano lalu pergi meninggalkan rumah membawa mobilnya.

Selama bas selalu di tinggal di rumah saat zizi bekerja, bi nani dan pak yono lah yang menemani bas bermain. Bahkan kadang bas bisa tidur tidak di kamar zizi melainkan di kamar pak yono dan bi nani.

"Bas, main disini anteng-anteng yaa! bibi mau ke belakang sebentar buat ngeberesin bekas sarapan tadi"ucap bi nani meninggalkan bas yang asik pada mainannya.

"Bas, main disini anteng-anteng yaa! bibi mau ke belakang sebentar buat ngeberesin bekas sarapan tadi"ucap bi nani meninggalkan bas yang asik pada mainannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Separuh HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang