Mengikhlaskan jauh lebih sakit

689 104 5
                                    

Setelah setengah hari berkeliling bahkan zizi dan vano sudah kembali ke hotel yang merek tempati berulang kali, kini tetap tidak menemukan keberadaan bella dan juga bas.

Begitu hancur hati zizi, vano dan arsen meninggalkan zizi seorang diri yang tengah terduduk diam dengan menyandarkan kepalanya ke dinding restaurant di dalam hotel.

Dengan tatapan sayu yang sudah meneteskan air mata, zizi semakin melemah. "Bas kemana kamu? rasanya hati mamah sangat hancur nak kehilangan bas! pulang yuk, mama sama papah udah nyari kamu kemanapun tadi"rintih zizi.

Zizi sesekali dengan wajah yang sudah sangat pucat matanya melirik kesana dan kemari berkeliaran menatap sekitar.

"Bas.. go home son! Mom promises, we will be even happier if we stay together"lirih zizi.

Tak lama dari arah yang lain, arsen bersama vano datang membawa makanan dan minuman untuk zizi.

Vano terduduk tepat bersebelahan dengan zizi sedangkan arsen ia berhadapan dengan zizi. Vano mengelus punggung sang istri tercintanya. "Sayang! makan dulu yuk, perut kamu tuh harus keisi sama makanan biar gak sakit. Yuk makan, atau aku suapin aja ya!"

Zizi tak membalas apapun, ia diam dengan mulut yang terbuka karena vano tetap menyuapinya makanan. Arsen dengan rasa bersalah mengelilinginya saat ini, begitu juga rapuhnya dia melihat adik tersayangnya menjadi drop karena perbuatan dirinya.

Arsen meraih tangan zizi. "Maafin abang ya! gapapa abang tau kok ini semua salah abang, salah banget malah. Tapi abang gak akan tinggal diem kok, abang tetep nyari bas kemanapun biar tetep sama kalian lagi! maafin abang ya, dek"lirih arsen.

Zizi benar-benar diam, ia tak mempunyai perasaan kesal pada sang abang hanya saja saat ini kecemasan bahkan kehancuran tengah menyelimuti hati dan pikirannya.

Zizi meneteskan air matanya kembali dan berlalu meninggalkan keduanya begitu saja, ia berjalan dengan cepat tanpa memperdulikan siapapun saat ini menuju kamar hotel.

Arsen melihat hal tersebut sangat terpukul, ia tak mau memperkeruh suasana dan memilih untuk pulang bertemu dengan alsa setidaknya untuk menenangi dirinya atas kejadian hari ini.

Di dalam kamar hotel, vano dan zizi saling tak membuka suara. Zizi telah mengganti pakaian tidur lalu terduduk pada single sofa yang menghadap ke arah luar jendela.

Zizi menatap lekat ke arah luar seolah matanya tengah mencari sesuatu hal. Vano melihatnya begitu tak kuasa menahan air mata juga, sedari tadi ia menahan dirinya untuk terlihat lemah padahal jika hanya memiliki waktu 5 detik saat tak bersama zizi mungkin air matanya akan mengalir.

Vano menghampiri zizi dengan mengelus kedua pipi zizi yang sudah basah. "Sayang, istirahat dulu yuk nanti sakit loh kalo begadang gini! gak mau sakit kan? nanti kalo sakit bas jadi sedih pasti, yuk tidur dulu!"ajak vano.

Zizi menatap kedua netra mata milik vano, dengan lembut menjauhkan tangan vano. "Kamu duluan aja! kalo udah ngantuk aku tidur kok"balas zizi sangat membuat hati vano teriris.

•••

Setelah sibuk debat panjang dengan pikiran dan hati yang masih berlawanan, pagi hari ini ternyata tak mengubah keadaan apapun.

Vano yang baru saja terbangun mengedarkan pandangan matanya ke semua sudut saat tak melihat istrinya berada di samping.

Zizi dengan kopi di tangannya beserta handphone yang tergeletak di atas meja, ia melakukan hal seperti malam tadi. Menatap lekat ke luar jendela dengan tatapan yang tak dapat di artikan.

Separuh HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang