13

113 37 5
                                    

Motor seorang lelaki berhenti di depan pagar rumah yang menjulang tinggi. Terdapat rumah bak istana yang megah dan tentunya mempunyai fasilitas tak main-main. Lalu datanglah seorang satpam, ia segera membukakan gerbang rumah itu. Gerbang pun terbuka, dengan cepat lelaki tadi masuk menggunakan motornya. Kemudian ia menaruh kendaraan beroda duanya di bagasi dan masuk kedalam rumah bak istana tersebut.

"Assalamu'alaikum Bun, kakak pulang"

Lelaki tadi ternyata adalah Raditya Nathan Wijaya. Mendengar suara putranya, seorang wanita berhijab yang masih terlihat muda tengah menghampiri Raditya dengan senyum teduh miliknya. "Alhamdullilah kakak pulang dengan selamat, yaudah bunda bawain tas nya. Kamu ganti baju dulu sana, habis itu pergi ke ruang makan, Bunda udah siapin semuanya disana" pintanya yang diangguki oleh Raditya.

Dengan patuh Raditya menuruti apa kata bundanya. Setelah itu wanita ini membawa tas anaknya ke atas. Beberapa menit kemudian, Raditya telah berganti baju. Segeralah ia pergi ke ruang makan yang ternyata sudah ada ayah, bunda, beserta adik dan neneknya. "Yeyy kakak udah pulang!!" Pekik seorang bocah melihat kakaknya pulang, sang adik sangat antusias.

Raditya tersenyum senang ketika dirinya disambut baik oleh adik kesayangannya. Raditya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ia mempunyai adik perempuan yang berusia delapan tahun, namanya adalah Clarissa Tamara Wijaya. Mereka berdua anak dari pasutri yang bernama Mahendra Siregar Wijaya dan Claretta Dwi Pitaloka.

Keluarga Raditya termasuk ke dalam jajaran keluarga terkaya di Jakarta dengan urutan ke tiga. Almarhum Kakeknya meninggalkan sejumlah perusahaan yang berada di dalam negri maupun di luar negeri. Meskipun sang kakek telah tiada, ayah nya lah yang saat ini memimpin perusahaan tersebut. Wijaya group bukanlah sembarang perusahaan biasa. Perusahaan besar milik keluarga Wijaya kini telah berkembang pesat. Maka dari itu mereka sangat di hormati.

"Gimana sekolahan kamu?" Tanya ayahnya tiba-tiba.

"Baik yah" seperti biasa, Raditya hanya menjawab seadanya.

Meski bersama keluarga, tak menutup kemungkinan sifat yang dimiliki Raditya akan cair. Retta sudah hafal dengan kelakuan putra kebanggaannya itu. Sedangkan neneknya hanya tersenyum melihat interaksi keduanya.

"Syukurlah kalau begitu ayah ga perlu repot untuk turun tangan" balasnya lega

"Hendra. . Kamu kaya ga hafal dengan Radit, cucuku ini ga mungkin bandel di sekolahannya" Bela nenek nya yang bernama Ratih Purwasih.

"Ya memang seperti itu mas Hendra mah" timpal Retta sembari terkekeh ringan.

"Ara juga ngga percaya kalo kak Radit bandel"

"Kamu ngikut aja ra"

"Sekali-kali gapapa lah Bun, ya kan nek?" Dengan percaya diri Ara menjawabnya. Gadis cilik ini juga meminta pendapat pada neneknya.

"Hahahah iya cucuku yang paling cantik" puji nek Ratih seraya mengusapkan tangannya ke kepala Tamara.

Menatap satu persatu keluarganya dengan tersenyum. Raditya bersyukur pada sang pencipta, ia masih diberikan keluarga sederhana seperti mereka. Apalagi melihat sang adik yang tumbuh sehat membuatnya ingin selalu disamping peri kecilnya. Dulu pernah sekali Raditya menolak kehadiran Tamara, sebab jika ada sang adik maka kasih sayang orang tuanya berbeda. Namun perkiraan Raditya salah. Malahan adiknya lah yang datang membawa kebahagiaan di keluarga ini.

Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang