03

177 49 3
                                    

Semilir angin menambah kesan indah semesta,menerpa halus kulit seorang gadis yang saat ini tengah asyik dengan pikirannya sendiri. Entah apa yang gadis ini pikirkan yang jelas ekspresinya menunjukkan jikalau gadis ini tengah banyak pikiran,bercabang dari arah barat dan timur berkumpul menjadi satu menjadikannya peta mindai.

kita semua pasti pernah ada di fase yang ngga bisa dibilang mudah, dan kadang ada aja pikiran-pikiran nyeleneh yang mampir ke otak kita.

"Sebenarnya gua kenapa si? Padahal dia ga ngapa-ngapain tapi gua aja yang kesannya kek menghindar gitu" Gumamnya disertai helaan nafas berat.

Ternyata benar ya kata orang,"Sejauh mana pun kamu berkeliling dunia, jika kamu terus mencari sosok seperti dia maka waktu mu akan terbuang sia-sia" Buktinya sekarang perjalanan yang ia ambil sangat membuatnya bimbang antara menyerah atau tetap bertahan walupun ia tau resikonya.

Kadang kala kita dihadapkan banyak pilihan,tergantung pola pikir kita yang mampu untuk menghadapi serta menjalani alur cerita yg udah ditentuin sang Pencipta.

"Duh naraaa,ternyata lu disini gua cariin kemana-mana tauu" seru seseorang dari arah belakang membuat nara menolehkan kepalanya.

Della datang menghampirinya dengan raut wajah yang kesal,bokongnya ia duduk-kan disamping Nara. "Tadi bilangnya ke kelas, gw cariin ke kelas malah ga ada! Bikin kesal orang aja kerjaannya" Della menggerutu dengan bibir yang di cebikkan.

"yaa maaf atuh del, gw juga suntuk dikelas jadi kesini deh cari angin" Alibi Nara yang terkesan menyembunyikan Sesuatu.

"Angin ko dicari,bilang aja lu lagi ngehindar dari Radit kan?." Tebak Della membuat Nara yang mendengarnya pun mendengus kesal. Ternyata Della tak sebodoh yang Nara kira, Pikirnya.

"Gausah sebut merek bisa kali" Ujarnya dibalas cengiran oleh Della.

Keheningan mulai tercipta diantara keduanya, Della maupun Nara tak ada yang mau memulai percakapan. Della sendiri juga bingung mau ngomong apa, lagian dirinya tak pandai mencari topik. Alhasil dia hanya diam seraya melihat-lihat siswa maupun siswi yang berlalu lalang di hadapannya.

Hingga pertanyaan Nara membuatnya menoleh dan menatapnya intens.

"Del, salah ga sih kalo gw suka sama orang yang gatau peduli sama gw apa ngga? Gw bingung, di satu sisi gw mau nyerah gitu aja. Tapi disisi lain gw juga mau bertahan. Gw mau buktiin ke Radit kalo gw suka sama dia itu tulus bahkan gw udah nunjukin ke dia kalo gw suka, masa dia ga peka sih! " Nara mengadu sambil cemberut.

"Naraaa gw kan udah pernah bilang sama lu, mau lu tunjukkin rasa lu ke dia sampe kapanpun itu kalo yang dia mau bukan lu, lu bisa apa? Sebanyak apapun lu kasih kenyamanan buat dia, lu kasih perhatian, lu sayang sama dia, lu selalu ada disaat dia butuh, kalo dihatinya cuma ada satu cewe. Semua yang lu lakuin bakalan sia-sia. Ngerti mbak? "

"—Gw udah beberapa kali bilang sih? Sampe berbusa pun ucapan gw ga ada artinya! buktinya lu masih ngebet suka sama tu orang! Jelas-jelas masih ada cowo lain yang beneran bisa mencintai lu apa adanya" Bukan Della namanya kalo ucapannya gak ngena dihati Nara. Palingan cuma dijadikan angin lalu, pikir Della.

"Gw ngerti Dellaa,tapi hati gw nolak buat terima semua kenyataan.Gw gatau kenapa gw bego banget bisa suka sama tu orang, gw juga gatau kenapa sampai saat ini gw masih bertahan di satu titik yang bikin gw mau mundur. Gw gatauuuuu!"jelas Nara panjang dan lebar, matanya yang berkaca-kaca mengekspresikan jika ia terluka dengan semua hal ini.

Penjelasan Nara membuat Della menatap sahabatnya dengan sendu, ia tau mencintai dalam diam itu sesakit ini dan Nara juga tau resiko terbesarnya seperti apa tapi ia bangga dengan sahabatnya itu. Bagaimana tidak? Walaupun banyak rintangan ia tetap berdiri kokoh seperti tembok china.

Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang