24.

102 20 3
                                    

Mencintai dalam sepi dan rasa sabar mana lagi yang harus ku pendam dalam mengagumi dirimu. Melihatmu genggam tangannya, nyaman di dalam pelukannya membuatku tersadar dan sedikit menepi.

Tersadar dan sedikit menepi.

Itu semua adalah lirik lagu dari guyon waton yang sama persis dengan kisahnya. Seminggu sudah ia menghindar dari lelaki itu, iya Raditya Wijaya. Bukan karena ia marah, akan tetapi untuk sekedar bertemu dengannya setelah apa yang terjadi  membuat Nara tak sanggup menatap wajah lelaki itu. Mengingat betapa banyak perjuangan serta luka yang ia dapat dari lelaki itu. Lebih tepatnya perjuangan yang tak pernah Raditya anggap. Keberadaannya  hanya dijadikan rumah singgah oleh Raditya. Lantas apa yang harus Nara lakukan? Marah atas perlakuannya? Atau diam melamun seperti saat ini.

Benar, dirinya berdiam diri di antara sepi. Ditemani dengan pikiran-pikiran buruk yang berkecamuk dalam benaknya. Tak pernah ia bayangkan kisah cintanya akan berakhir sebelum dimulai. Menghela nafasnya berat, sejujurnya hal yang sudah berlalu tak perlu ia pikirkan sedalam ini. Akan tetapi untuk melupakannya barang sejenak pun sepertinya Nara takkan bisa. Padahal lelaki di dunia ini tak hanya Raditya saja. Apa gunanya memikirkan seorang lelaki yang sudah menjadi milik orang lain.

Benar

Lelaki yang ia sukai adalah milik orang lain, dan itu bukanlah dirinya. Seharusnya Nara sadar bahwa dirinya tak pantas begini. Ia harus menerima kenyataan bahwa lelaki yang ia cintai setulus hati bukanlah jodohnya. Toh juga ini bukanlah akhir dari segalanya.

"DORR!!" Pekik seseorang dari belakangnya. Hal itu tentu saja membuat Nara terkejut setengah mati, ia memegangi dadanya yang berdegup kencang akibat perlakuan Della barusan.

Lantas Nara pun membalikkan badannya ke arah Della dengan raut wajah kesal. Kenapa makhluk satu ini selalu ada di sekitarnya sih! Ia kan jadi tak tenang kalau begini. " Maunya galau kaya di tv, tapi ga berhasil gegara makhluk satu ini" batinnya seraya memutar bola matanya malas.

"Lo gada kerjaan ya selain bikin orang darah tinggi?" Sengitnya sambil berkacak pinggang menatapnya tajam.

Mendapat respon seperti itu tak membuat Della merasa bersalah, justru ia mendudukkan bokongnya di samping Nara dengan tampang biasa saja seolah ia tak melakukan kesalahan.

"yaelah raaa, ya maklum gue gabut." Jawabnya santai tanpa beban sedikitpun.

"Kegabutan lo ga lucu" Sentak nya galak.

"Yahh masa gitu aja ngambek" Ujar Della dengan suara yang di buat-buat.

"Apa Lo bilang? Cuma gitu aja? lo kira dengan kelakuan lo tadi itu bagus ha!?? Masih untung gue ngga jantungan." Dumal Nara dengan raut wajah yang kesal. Sungguh demi apapun gadis di hadapannya ini seperti tak mempunyai dosa. Lihatlah wajahnya seperti tak mempunyai kesalahan saja.

"Hehehe sorry raaa, janji deh ga gue ulangi lagi." Sesal Della sambil mengangkat kedua jarinya dan berjanji tak akan mengulangi hal yang sama lagi.

"Terserah"

"Eh btw, ngapa lo duduk termenung sendirian disini. Mana suasananya sepi, lo ga takut apa?" Demi mengawali pembicaraan, Della pun berbasa-basi kepada Nara.

"Justru gue lebih takut kalo
liat wajah lo" Jawabnya enteng. Raut wajahnya menandakan jika ia malas meladeni ucapan temannya itu.

Mendengar respon Nara membuat Della merenggut kesal sambil bersendekap dada. "Ga lucu sumpah"

"Siapa juga yang ngelucu"

"Jujur deh sama gue, lo lagi nge-galau?" Kalau gak ceplas-ceplos bukan Della namanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang