•Jenara house
-Pukul 18.30Rumah milik keluarga Nara ini terkesan minimalis dan memiliki nilai kesederhanaan. Apalagi dengan keluarganya yang terdiri dari ayah,ibu juga Kakak laki-lakinya.
Ardian selaku ayah Nara, saat ini tengah bersantai didepan tv yang menayangkan sebuah sinetron. Sedangkan istrinya sedang membuat kopi di dapur. Jangan tanya dimana kedua anaknya, yang jelas mereka berdua sedang asyik berada di dalam kamar.
"Seru banget kayanya, lagi liat apa sih?" Tanya Kirana yang saat ini datang membawa kopi juga cemilan untuk suaminya.
Ardian menoleh kearah istrinya, pria ini tersenyum tipis seraya menjawab perkataan istrinya itu. "Sinetron buk, sini duduk samping ayah" ujarnya yang diangguki oleh Kirana.
"Anak-anak mana buk? Daritadi ayah liatin ga keluar-keluar." Tanya Ardian kepada istrinya.
" Mungkin dikamar yah,mau ibuk panggilin?" Jawab Kirana.
"Gausah buk, siapa tau mereka belajar." Larangnya.
"Gapapa yah,sekalian mau nyiapin makan malam" mau gamau Ardian menuruti perkataan istrinya.
Bangkit dari duduknya, Kirana pun menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamar Nara dan Gibran berada. Kamar Nara dan Gibran tuh dampingan, jadi Kirana ga cape bolak balik, Soalnya dulu kamar anak lelakinya dibawah tapi sekarang udah pindah diatas.
Tok
Tok
Kirana mengetuk pintu kamar Nara dengan pelan. "Sayang..ayo turun,kamu ditungguin ayah tuh dibawah" ujarnya.
Nara pov.
Putri bapak Ardian saat ini sedang mengisi buku diary nya dengan tulisan sederhana namun mempunyai makna sempurna. Hingga ketukan pintu dan suara ibunya terdengar ditelinga nya."Iya buk..,nanti Nara nyusul kebawah" teriaknya.Nara pun membereskan buku-buku yang berserakan di meja belajarnya. Tak lupa ia merapikan tempat tidurnya,serta mencepol rambut miliknya. Setelah selesai ia pun turun kebawah untuk menemui kedua orangtuanya.
Menuruni tangga dengan pelan, bisa ia lihat ayahnya yang saat ini masih bersantai ria didepan tv juga ada ibunya yang menemaninya. Menurut Nara sendiri hal seperti inilah yang membuatnya bahagia. Bukankah bahagia sesederhana itu? Lantas mengapa kisah percintaannya tidak sesederhana mereka?
"Tuhkan apa-apa gw samain!makin kesini makin ga karu-karuan" batinnya menjerit kesal. Nara pun menghampiri mereka, sesampainya diruang tamu ia bergabung dengan kedua orangtuanya.
"Tumben betah banget dikamar?biasanya kamu udah stay lihat kartun di tv" ucap ayahnya.
"Memangnya Nara anak kecil apa? yaa malas aja yah hari-hari lihat film kartun terus." Ayah dan ibunya tertawa ringan.
"Weh weh asyik banget yaa, sampe-sampe Gibran disini dianggurin duh" kakaknya datang dari arah dapur dengan membawa secangkir kopi buatannya.
"Kak mintaaaa!!" Ucapku
"Enak aja,buat sendiri dong" itulah si Gibran,menurutku dia tuh pelit.
"Ayahhh liat tuh abang, masa Nara ga boleh minta kopinya dikit?" Aduku pada ayah.
Ayah hanya memberi nasehat kepada kakak ku, katanya kalo jadi kakak tuh harus pengertian ke adeknya. Tuh kan abis itu dia nurut,buktinya gue dikasih kopi buatannya. Jujur saja kalo disuruh buat sendiri gue males pake banget,mangkannya gue nyomot punya Gibran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pujaan Hati
Roman pour AdolescentsGadis berparas cantik, bertutur kata lembut, baik hati dan juga mempunyai hati sekuat baja. Namun sayang gadis ini terjebak dalam perasaan aneh yang mengharuskannya menahan rasa sakit ketika seorang pria yang amat berarti dalam hidupnya mencintai ga...