22

91 22 8
                                    

Sehabis pulang dari sekolah, Kendra membersihkan diri dan mengistirahatkan badannya yang lelah di atas kasur empuknya. Ia terlelap saking lelahnya, di sela-sela tidur nyenyak nya ia bermimpi tentang sosok Nara yang menangis di dalam pelukannya, di dalam mimpi itu Nara mengeluarkan unek-uneknya. di sela-sela tangisan Nara, Nara berucap " Gue udah ga sanggup lagi ndraa, gue capek. Perjuangan gue ke Raditya selama ini ga ada artinya, gue pamit dan tolong jangan cari gue. Makasih atas semua yang udah Lo lakuin buat bantu gue."  ucapan Nara menjadi akhir dari mimpinya. Kemudian Kendra bangun dengan keringat bercucuran di dahinya, perlahan ia mengusapnya dengan kasar dan beranjak dari ranjangnya.

"Kenapa gue mimpiin Nara kaya gitu? Apa ini jadi pertanda kalo Nara bakalan pergi beneran?." Gumamnya bertanya-tanya.

Ia mondar-mandir di dalam kamar sembari memikirkan mimpi yang barusan ia alami. Mungkinkah Nara akan pergi dari kehidupannya atau justru ia akan merelakan Raditya bersama dengan Valen? Sesaat ia teringat ucapan Alvano di sekolah.

Flashback on

"Ngomong-ngomong tentang Nara, dia sekarang gimana ya? Gue jadi ga tega liatnya." Alvano jadi merasa bersalah pada Nara, kalo ia tau perkataannya kemaren bikin Raditya meresmikan hubungannya ia tak akan mengatakan hal itu.

"Gue gatau, gue harap dia baik-baik aja"

"Gaada yang baik-baik aja setelah tau doi nya jadian sama cewe lain. Ndraa akhir-akhir ini lo kan deket banget ma Nara, kenapa ga Lo samperin aja? " Usul Alvano pada Kendra yang menatap lurus kedepan.

Flashback off

Apa ia harus menemui Nara? Iya dia harus bertemu dengan gadis itu, Nara itu udah ia anggep kaya saudaranya sendiri. Setelah mempertimbangkan perkataan Alvano, Kendra bersiap untuk menemui Nara di rumahnya. Ia sengaja mematikan handphonenya dan tak memberi tahu Nara akan kedatangannya.

Skip rumah Nara

Motor sport milik Kendra memasuki halaman rumah Nara. Bisa ia lihat ibu Nara tengah menyirami tanaman di halaman rumahnya. Kendra melepas helm-nya dan turun dari motor. Kemudian ia menghampiri ibu Nara yang sibuk dengan kegiatannya.

"Assalamu'alaikum Tante" 

Wanita paruh baya itu pun menoleh dan mendapati sosok lelaki tampan yang tersenyum ke arahnya. Jika di lihat-lihat ia sepertinya mengenali postur tubuh lelaki di hadapannya. "Bentar, aku kaya kenal sama dia. Tapi siapa ya namanya? Aku lupa"  batinnya sambil mengingat-ingat siapa nama pemuda tampan itu.

"Walaikumsallam kasep, kamu Kendra temennya Nara kan?" Tanya Kirana memastikan. Soalnya dulu pernah ada cowo yang ngajakin putrinya maen, yang ia ingat ya cowo di depannya itu.

"Iya Tante saya temannya Nara. Nara nya ada kan Tan?" Perilaku sopan yang di miliki Kendra membuat Kirana terpana. Jarang lho pemuda seperti Kendra mau bersikap seperti ini, di luaran sana banyak pemuda/i yang tak berperilaku sopan terhadap orang yang lebih tua.

"Ada, bentar Tante panggilin dulu ya,, Kamu masuk gih di dalem juga ada Gibran." Titah Kirana yang menyuruh Kendra untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Iya Tan makasih."

Mereka berdua pun masuk ke dalam dan mendapati sosok Gibran yang merupakan kakak Nara tengah berada di diruang tamu sembari bermain hp. Kedatangan Kendra membuat fokus Gibran yang semula ke layar hpnya sekarang beralih ke arah lelaki tampan berpostur tinggi tersebut.

Gibran yang melihat kehadiran Kendra pun bertanya-tanya, ada gerangan apa ia datang ke rumahnya. Memang sih dari berita yang ia dengar, si Kendra ini dekat dengan adeknya bahkan ada yang bilang kalo mereka mempunyai hubungan spesial. Tapi masa iya Nara si pecicilan dapet pacar modelan Kendra yang gantengnya ga wajar? Walaupun masih gantengan dirinya sih kemana-mana.

Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang